"Bee, jangan bilang seperti itu! Aku janji padamu, besok semuanya akan aku bereskan, percayalah!" bujuk Reiko yang hatinya teriris-iris mendengar Brigita bicara seperti tadi.
"Aku akan dapat uangnya dalam Minggu ini juga, Bee! Sabarlah."
Tapi Brigita masih menggelengkan kepalanya menolak janji Reiko.
Hingga
"Gini Bee! Kalau aku tidak dapat uangnya, maka besok aku akan bilang pada papaku untuk meminjam uangnya! Keluargaku masih sanggup untuk memberikan modal itu padaku."
Sebuah kenyataan yang membuat Brigita mengerutkan dahinya, masih mengelengkan kepalanya tak yakin.
"Papamu kan punya uang dari kakekmu. Bukannya kakekmu tidak menyukaiku? Makanya kan dia memilih menjodohkanmu dengan wanita itu? Jadi bagaimana bisa ada uang untukku dari papamu?"
Ada tawa sinis lagi dari Brigita sambil menurunkan tangan Reiko supaya tidak lagi memegang lengannya.
Brigita tak terbujuk.
"Maaf tapi aku sudah tidak ingin lagi mengingat masalah ini, sayang. Dan biarlah semua impianku itu terkubur, terendap dalam pencapaian yang hanya ilusi."
"No, kamu salah Bee. Papaku bisa membantu! Papaku mendukungmu!" sanggah Reiko kembali ingin meyakinkan.
"Aku yakin kalau aku bicara dengan papaku semua tentang modal ini bisa kita usahakan, Bee! Dan itu adalah jalan terakhir kalau aku memang tidak dapat di tempat lain!" ucap Reiko yang kembali menarik wanitanya.
Sebuah janji lagi diberikan oleh Reiko, meski dia belum tahu bagaimana caranya.
'Bee sudah banyak sekali kubuat susah hidupnya. Dan aku berjanji tidak akan menyakitinya. Aku akan membuat impiannya terwujud. Kemarin-kemarin aku memang belum dapat caranya, tapi ini sudah tidak bisa ditunda lagi. kalau memang tidak ada uang, aku sudah putuskan mencari dari jalur keluargaku!'
Entahlah nanti Seperti apa pria itu berusaha. Tapi yang pasti, mata Reiko saat ini sudah menunjukkan bahwa dirinya akan bersungguh-sungguh untuk mewujudkan impian dari wanita yang sangat dicintainya itu.
"Jangan janji sayang, aku gak mau berharap."
"Percayalah Bee! Aku mencintaimu. Berikan sedikit kesempatan padaku! Modal itu adalah urusan yang mudah, aku janji akan segera mendapatkannya, membuat perusahaan kita qualified dalam seleksi." Reiko tetap bersikeras saat Brigita seakan menyerah.
"Aku tetap mencintaimu kok walaupun aku tidak mendapatkan tender itu, sayang. Jadi kamu nggak perlu memikirkan terlalu berlarut-larut." Brigita bicara sambil menggerakkan tangannya mengusap wajah Reiko, begitu lembut bahkan tersenyum padannya, pasrah seakan memang sudah pupus harapannya.
'Apalah aku ini? Kalau aku tak bisa mewujudkan harapannya, aku bukan pria sejati! Memalukan!' Sungguh menimbulkan rasa bersalah yang besar dalam hati Reiko
"Aku bicara kayak gini karena aku nggak mau kita ngebahas masalah ini lagi, sayang. Dan aku nggak mau kamu ngasih harapan ke aku lagi untuk sesuatu yang kita sendiri belum tahu gimana cara wujudkannya! Ya sudah aku ke kamar dulu ya!" makin pedih hati Reiko mendengar ini.
Makanya
CUP!
Pagutan bibir hangat itu pun diberikan untuk Brigita.
Siapa pria yang tidak nelangsa hatinya ketika mendengar wanita yang dicintainya mengucapkan kalimat begitu?
Saat ini Brigita tidak sama sekali menunjukkan kemarahannya. Dia hanya menunjukkan wajahnya yang sinis karena memang tadi dirinya berusaha untuk menunjukkan pada Reiko betapa dia tidak mau lagi berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romance"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...