"Eish, Kamu ini, Kakek sedang bicara denganku malah dimatikan teleponnya sih! berani sekali Kamu menggangguku menelepon."
"Iiiish!" Aida jadi gemas lagi. "Pakai dulu bajunya Pak, ish, gilani tau ndak sih!" Aida tak mau melihat Reiko dan memalingkan wajahnya.
"Kamu suka sama Aku? Kepengen sama Aku kalau liat? Makanya malingin muka?"
Baru juga Aida ingin memalingkan wajah tapi karena sindiran itu dia kembali menatap Reiko dengan matanya yang membulat ke netra Pria itu sebagai tanda, kalau memang Dia tidak punya rasa.
"Ndak, ndak sama sekali! Nih makan sendiri!" Aida pun menyodorkan mangkuk supaya dipegang Reiko.
"Suapin cepat!"
"Iiiish, pakai bajunya dululah, Bapak ni! Risih Aku tuh!"
"Sssh, suapi Aku, aaaaa!"
Tak mau tahu dengan kesalnya Aida, Dia juga sudah membuka mulutnya dan kini Reiko malah menaikkan satu kaki kanannya sambil kedua tangannya berada pada lutut kaki itu menunggu Aida menyuapinya. Seakan seperti duduk santai di warung kopi tanpa memikirkan kalau Dia tak pakai busana.
"Haah, makin gila Aku di sini!"
"Kalau kamu keluar, Aku telepon Ibumu dan Aku bilang, Aku sakit dan ditelantarkan olehmu! Ibumu kayaknya percaya banget padaku."
"Hahaha, jadi Bapak mengancamku?"
"Nggak, bukan ancaman ini. Sebentar aku telepon Ibumu!" Reiko sudah memegang handphonenya masih dengan kondisinya yang belum memakai apapun.
"Aiish, jangan Pak! Sini Saya suapi!" emosi, Aida pun mengambil banyak-banyak mie di sendok itu.
"Pelan-pelan menyuapinya. Itu masih agak panas!"
"Issh!" Aida makin gemas dia ingin menyemprot Reiko lagi
Tapi....
"Sebentar lah, Aku telepon Ibumu biar kamu sedikit lebih baik kalau mengurusku!"
"Iya Pak, iya, iya! Saya suapi Bapaknya pelan-pelan! Ndak usah ngancem-ngancem Saya lagi lah, Pak!"
Kesal Aida membuat Reiko tersenyum penuh kemenangan dan menaruh lagi handphonenya di sebelah kanannya.
"Tapi, Bapaknya apa ndak tahu malu ya, ndak mau pakai baju begitu? Apa Bapak sengaja mau bikin mata Saya tercemar terus-terusan?"
Aida yang menggerutu kembali mengoceh, sambil Dia mendekatkan sendok ke mulut Reiko.
"Kamu kan nggak tertarik padaku. Jadi bagaimanapun penampilanku di hadapanmu, tidak akan membuatmu suka padaku kan? Apa jangan-jangan kamu sudah suka padaku?"
"Gak Pak, enggak!" Aida cepat-cepat menggelengkan kepalanya dengan hatinya yang benar-benar kesal.
Tuhaaaan, percuma Aku menangisi dan merasa bersalah padanya selama dua bulan! Kalau aku tahu kelakuannya setelah kembali seperti ini, maka kemarin-kemarin aku harusnya menikmati hidupku bukan menangisinya! Iiish!
Aida jadi gemas sendiri! Merasa sia-sia hidupnya selama beberapa bulan terakhir
Dan sekarang dirinya malah makin kesal melihat Pria di hadapannya tersenyum.
"Ya sudah, kalau begitu bagaimana pun penampilanku di hadapanmu, Kamu gak usah protes. Toh Aku juga nggak menyentuhmu kok! Memang Aku memaksamu untuk tidur denganku sekarang?"
Aida menggelengkan kepalanya lagi.
"Ya sudah terserah Bapak! Mau tambah masuk angin ndak pakai baju begitu juga terserah Bapak! Tapi kalau sakit lagi Saya nggak mau...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romantik"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...