"Ih--"
"Tutup matamu!"
Baru Aida mau menimpali sudah kena marah. Terpaksa dia kembali menutup matanya selama pria di hadapannya itu bermain dengan perlengkapan make up milik kekasihnya.
Yang pasti mau protes juga tidak bisa. Aida hanya ngedumel sendiri saja menyayangkan beberapa hari terakhir ini nasibnya begitu sial.
Padahal aku sudah berharap selama lima tahun aku tinggal dengannya hidupku akan adem ayem dan aku akan menghindari semua konflik apapun dengannya dan kekasihnya. Tapi baru satu setengah bulan seperti ini saja aku sudah repot banget dengan kedua tanganku dan kakiku juga dua-duanya jadi korban. Sekarang wajahku lagi mau dibikin jadi badut.
Aida tentu saja tidak punya pemikiran lain kecuali ini.
Seorang pria bisa bermake up? Itu tidak mungkin menurutnya.
"Sudah bisa buka matamu."
Tapi sepertinya Reiko memang cekatan seperti dia tahu apa yang harus dilakukan dengan wajah Aida.
Sungguh ini membuat Aida penasaran sekali ingin segera mungkin menengok ke arah cermin di belakangnya.
"Diam. Tunggu dulu di sini. Jangan pakai kerudung yang ini."
Aida tak tahu apa yang ingin dilakukan Reiko tapi dia sudah keluar dari walking closet-nya meninggalkan Aida sendirian.
"Pfffh." Saat wanita itu menghempaskan napas.
"Mau mengambil apa dia di kamarku? Mengacak-ngacak lemariku dan mengambil kerudung kah?"
Aida tak tahu. Tapi tadi Reiko sudah mengatakan dia tidak boleh pakai kerudung itu.
Makanya Aida menebak begini dan sekarang bukan itu yang menjadi pikiran utamanya.
"Bagaimana wajahku sekarang?"
Dan rasa penasaran inilah yang membuat Aida memberanikan diri membalikkan badannya menatap ke arah cermin.
"Bagaimana dia bisa membuat wajahku jadi seperti ini?"
Aida hanya tertegun memandang wajahnya sendiri.
"Bahkan aku melihatnya lebih cantik daripada saat pernikahan kemarin yang make up nya itu kayak lebih tua."
Yah, benar yang dikatakan Aida. Dandanannya saat pernikahan kemarin itu disiapkan oleh Rika, ibu Reiko. Make up nya cukup tebal dan membuat penampilannya lebih berumur.
"Bagaimana dia bisa membuat aku jadi secantik ini?"
Aida tidak bisa memungkiri ini. Bahkan dia tersenyum sendiri ketika melihat wajahnya di pantulan cermin itu.
Reiko tidak membuat warna-warna berat yang membuatnya terkesan tua. Itu flawless make up seperti yang banyak wanita muda sekarang gandrungi.
Meski itu terlihat flawless tapi memang berhasil mengcover semua lebam-lebam di wajah Aida tanpa membuat dirinya terlalu berlebihan dengan make up dan terkesan itu seperti make up sehari-hari juga.
Jujur saja Aida tidak berhenti untuk tersenyum memandang wajahnya sendiri.
"Apa jangan-jangan dia juga melakukan ini pada kekasihnya? Dia bisa memasak dan dia bisa bermake up? Apa jangan-jangan dia ini sebenarnya punya kelainan?"
Klek.
Namun mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup cepat Aida kembali membalikkan badannya ke posisi awal karena sepertinya si pemilik kamar itu sudah datang.
"Ini semua barang belanjaan kamu?" Tak salah dong Aida bertanya karena Reiko membawa lumayan banyak kantong belanja dan ada juga beberapa yang dibuat seperti paket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
Romance"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...