"Eeeh, saya nggak akan ke kamar mandi kok Pak, Bapak gak usah tidur di sini."
"Sudah kamu gak usah protes sajalah. Lagian aku di sini juga nggak bakal ngapa-ngapain kamu."
"Ya tetep aja Pak, Bapak ga bisa tidur di sini. Kasurnya cuma satu."
"Ya berdualah. Lagian nggak ada dosa buat kamu dan aku kalau aku tidur di situ. Aku masih berstatus sebagai suamimu kok."
"Suami gadungan."
"Hmm. Tetep aja suamimu."
"Nah, katanya, Bapak ama keluarga Bapak enggak gila mau jodohin Bapak nikah ama saya kan?"
"Tetep aja, kamu istriku. Udah terlanjur. Jangan tanya-tanya lagi." Baru juga Reiko mau melangkah sudah ditegur lagi. Makanya dia sewot.
"Lah, yang harusnya ngomel kan saya Pak? Kok Bapak yang emosi?"
Sudah cukup untuk Aida seharian ini dia dipusingkan oleh Reiko dan juga harus mengikuti semua peraturan yang dibuat oleh pria itu. Tapi tidak untuk malam ini. Bagaimana bisa dia harus berbagi tempat tidur dengannya?
Dan pertanyaan itu tak digubris oleh Reiko yang justru tetap melangkah ke dalam.
"Pak, nanti kalau Ratu lebah pulang aku aduin loh."
"Coba aja kalau berani." Reiko yang sudah menutup pintu, dia berdiri menatap Aida.
"Sekali kamu berani ngelakuin itu habis kamu. Aku beneran menidurimu."
"Dih."
"Ya lakuin aja kalau emang kamu pengen punya anak dari aku, bilang aja. Tapi status kamu tetep di bawah Brigita, gak tinggal di sini dan aku cuma bertanggungjawab untuk anakku, kalo perlu aku bilang kamu cuma pembantunya, ibunya udah mati."
Malah Reiko bahas ke mana-mana yang juga tidak didengarkan oleh Aida. Masuk telinga kanan, keluar langsung dari telinga kirinya. Percuma juga Aida meminta orang itu pergi. Dia tidak akan pergi dan percuma juga dia mau protes juga tidak akan pernah didengar.
"Pak punya guling nggak?" Akhirnya Aida berpikir untuk pengaman.
"Buat apa?" Reiko sudah lama sekali tidur tanpa guling.
"Ya taruh di tengah sini gulingnya," jawab Aida yang membuat Reiko melihat tangan Aida yang menunjuk ke tengah-tengah tempat tidurnya.
"Dih, zaman gini masih nyari guling kamu?" Reiko mengerutkan dahinya.
"Ya biasanya kan aku tidur juga pakai guling di rumah ibu. Bantal ni aku jadiin guling juga kalo malem di sini soalnya ga da guling."
"Haha." Reiko sambil menahan tawa melanjutkan berjalan menuju ke arah meja.
"Apanya yang lucu sama guling?"
Setahu Aida dari dulu dia tidur dengan guling. Dan tidak pernah ada masalah. Bahkan akan terasa sangat nyaman sekali kalau tidur memeluk guling. Terus kenapa harus ditertawai?
"Ya gitu kalau nasib orang kurang belaian."
"Dih." Mendengarnya saja Aida sudah eneg
"Denger ya." Tanpa menatap Aida, Reiko bicara. "Untuk orang dewasa itu guling adalah pasangannya. Jadi kalau kamu tidur bersama dengan pasanganmu ya pasanganmu gulingnya, saling menghangatkan, tidur berpelukan itu mengikat bonding, menambah kasih sayang dan membuat mereka lebih kuat cintanya."
Reiko bicara sambil dia menaruh beberapa barang di meja tempat Aida menaruh buku-bukunya juga. Dia tak memperhatikan Aida yang makin eneg lagi mendengar ucapannya untung saja dia tidak muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 1 - Bab 200)
عاطفية"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria Reiko Byakta Adiwijay...