Bab 67. KACAU BALAU

53 2 0
                                    

"Pacarmu?"

"Iya ratu lebah. Eh, maksudku nyonya Brigita."

Dan tentu saja kata-kata Aida ini hampir saja memicu emosi Brigita

Tapi

"Kalau kalian masih mau berantem lanjutin aja. Tapi saya permisi dulu ya, nggak enak sama Mas Waluyo kalo Dia nunggu kelamaan. Soalnya di pabrik itu kan jamnya shift-shiftan istirahatnya."

Aida memilih pamit. Dirinya juga sudah menurunkan tangannya yang tadi menunjukkan layar handphonenya itu.

Tanpa Aida sadari seseorang tadi memperhatikan tangan kanannya sebelum dia pergi beranjak.

"Dia sudah punya pacar? Apa kamu tahu itu?" tanya yang membuat Reiko hanya menggelengkan kepalanya.

"Itu bukan urusanku," ucap Reiko kemudian, dengan perasaan gamang di hatinya.

Benarkah dia sudah punya pacar? Reiko malah bisik-bisik begini di hatinya.

Ada rasa percaya tidak percaya juga saat Reiko memikirkan ini dan tadi ada sesuatu yang mengganjal juga ketika Aida menunjukkan handphone yang sempat dilihatnya.

Dia masih memakai cincin pernikahannya denganku tapi dia sudah punya pacar? Reiko tak mengerti. Kalau dia sudah punya pacar bukankah seharusnya dia tidak perlu memakai cincin itu lagi?

Agak berat Reiko memikirkan ini. Hanya saja dia tidak bisa memikirkan ini terlalu lama.

"Hahahah." Karena di saat yang bersamaan tawa wanita di hadapannya meledak.

"Lihat tadi. Dia sendiri mengakuinya kalau dia sudah punya pacar. Dan kamu pikir dia adalah gadis baik-baik, begitu?"

"Aku tidak pernah berpikir begitu tentangnya."

"Kamu bohong."

Reiko sebenarnya dari tadi mencoba fokus mennyelesaikan masalahnya dengan Brigita. Jadi mana ada dia kepikiran tentang Aida.

"Dengar Bee, aku tidak sama sekali peduli dan mengurus apa saja kegiatan pribadinya!" tegas Reiko yang sudah kembali lagi ke permasalahan.

"Aku pulang hanya untuk mengurus masalah nature space saja. Kalau aku sampai dua jam berada di sini, karena tadi macet. Aku di rumah ini baru sejam dan aku memastikan betul apa yang dia lakukan di taman ini dengan benar. Aku tidak mau ada kesalahan apapun lagi, Bee. Ini adalah tempat favoritku di apartemen ini."

Mata Reiko menatap tajam lawan bicaranya saat menjelaskan.

Tak ada senyum di wajahnya pada Brigita. Sungguh sebuah pemandangan yang tidak pernah dilihat oleh Brigita sebelumnya.

Karena kalaupun marah biasanya Reiko tetap menunjukkan senyum dan berusaha bersabar padanya.

"Kau marah padaku?" karena itulah Brigita mengambil kesimpulan begini.

"Kau tahu kau baru membentakku?" cicit Brigita lagi, saat Reiko belum merespon.

"Kau yang datang tiba-tiba ke sini dan kau marah-marah padaku."

Brigita marah dan ini membuat Reiko juga meninggikan suaranya menunjukkan emosi.

Entah kenapa dia tidak bisa menahan kesalnya untuk saat ini. Bawaannya jadi tiba-tiba merasa bad mood, marah dan emosi Reiko naik turun tak stabil.

"Seharusnya kau berpikir sedikit. Apa pantas kau marah-marah di depanku begitu, hmm?"

Lagi dan lagi suatu kejanggalan. Reiko memanggil Brigita biasanya dengan kata ganti kamu. Tapi saat ini Reiko memanggilnya dengan sebutan kau. Dia benar-benar tak menyadari itu. Entah kenapa mood-nya jadi tidak bagus sekali sekarang

Bidadari (Bab 1 - Bab 200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang