Chapter 1

583 36 11
                                    

Jakarta bukanlah tempat yang tepat untuk siapapun yang tidak menyukai kebisingan kota serta hiruk pikuknya. Hal ini kemudian diiyakan oleh Sherina saat dia sudah berusia 17 tahun, usia yang mulai menjadikannya seseorang yang mempertanyakan dia sebenarnya mau jadi apa? Lalu, beberapa waktu kemudian Sherina mengerti mengapa banyak sekali orang tidak ingin hidup di Jakarta atau bahkan membenci Jakarta.

Sherina Melody Darmawan, kerap disapa Sherina, Sher, dan belakangan dia dijuluki jurnalis kondang dari Nex TV. Sherina yang adalah seorang jagoan saat dia kecil, kini sudah menginjak umur 25 tahun dan tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantiknya effortless dengan tetap menjadi jagoan tentunya haha, dan sudah menjadi jurnalis yang umurnya masih terbilang junior, namun, kerap kali disandingkan kinerjanya dengan jurnalis yang sudah senior di kantornya, dannn ... dia masih menetap di Jakarta walaupun dia sudah sangat setuju bahwa Jakarta tidak se-asyik itu untuk ditinggali. Tetapi, yang dia tahu sekeras apapun Jakarta mengubah kehidupannya dulu maupun sekarang, tidak akan pernah bisa menjadikannya seorang wanita yang tangguh sebagaimana yang selalu diperlihatkannya di lingkungan sekitarnya. Di waktu-waktu tertentu dia bisa saja menjadi lemah dan hal ini hanya diperlihatkannya kepada dirinya di depan cermin, lalu kepada seseorang di masa lalunya yang sekarang entah kemana. Bahkan kepada ayah dan ibunya pun ia tidak memperlihatkan sisinya tersebut, alasannya bukan karna tidak dekat dengan mereka, namun, dia sangat benci dianggap lemah dan berujung dengan kekhawatiran yang membuatnya merasa bersalah karna telah menambah beban pikiran orangtuanya.

Sore ini dia sedang menikmati pemandangan kota Jakarta yang konon katanya tidak pernah tidur tersebut di balik balkon apartemennya, dengan secangkir kopi panas yang asapnya menguap kemana-mana, sama seperti isi pikirannya yang melayang entah kemana. Dia mulai memikirkan sejak kapan dia menyukai kopi hitam yang seingatnya dahulu tidak pernah ada dalam list minuman favoritnya. Setelah mengetahui alasannya, dia mencoba mengusir pikiran itu. Tidak ada yang tahu pasti mengapa dia sangat membenci pikirannya tentang kopi tersebut.

"Inaa, nanti jalan ya, aku jemput agak sorean. Kamu dandan yang cantik. Okayyy!!" seketika ingatan tentang kopi buyar berganti dengan ingatan manis yang ia miliki saat kencan dengan pacar pertamanya, yang selalu memanggilnya dengan sebutan 'Ina'. Salah satu panggilan yang pernah menjadi panggilan favoritnya kala itu. Seperti remaja umur belasan yang sudah sewajarnya memiliki pacar, Sherina juga menganggap itu adalah hal manis yang akan menjadi bagian dari masa mudanya.

"Sher, pinjem PR Bahasa dong, ribet ni gue sama OSIS." Kenangan tentang pacar pertamanya kemudian buyar lalu tergantikan dengan permintaan teman sekelasnya yang kebetulan anggota OSIS untuk meminjaminya PR Bahasa. Kehidupan remaja SMA yang sudah sangat lumrah bertukar PR dan pinjam meminjam alat tulis satu sama lain. Kenangan ini membuat Sherina senyum-senyum sendiri jika mengingat penggalan-penggalan kenangan tentang masa SMA nya. Salah satu bagian dari kenangan manisnya dahulu, bahkan hingga sekarang.

"Sher, nanti sore jadi kan diskusi kelompok di rumahnya Alyssa?" mengingat setiap detail tentang kehidupan masa SMA nya membuatnya mengingat kembali kebersamaan bersama teman-teman kelompoknya ketika sibuk mengatur waktu untuk melakukan diskusi kelompok dan tempatnya dimana. Ini menjadi salah satu part favorit Sherina dan teman temannya karena bisa hangout bersama teman-temannya tanpa merasa bersalah karena telah membuang-buang waktu dengan bermain-main. Diskusi kelompok juga bisa jadi ajang hangout kan? Seperti kata pepatah, sekali mendayung dua pulau terlampaui. Kalimat dalam otaknya ini ditujukan oleh Sherina pada dirinya yang saat ini sedang merasa bahwa dulu itu adalah perbuatan yang tidak baik, karna lebih banyak mainnya dibanding diskusinya. Seolah kembali ke basic, Sherina tetaplah Sherina yang Ketika kecil selalu suka mendebatkan hal-hal remeh yang sebetulnya bisa dilupakan dan tidak perlu didebat sama sekali.

"Sher, gue nebeng lo dong, mobil ditahan sama bokap ni. Biasa, hehe." Kebiasaan lain dari teman masa SMA nya yaitu, suka nebeng di mobilnya Sherina kalau mobil mereka sedang ditahan oleh ayahnya. Entah alasan tidak masuk akal apalagi yang dilontarkan temannya itu kepada ayahnya sampai-sampai membuat ayahnya capek lalu menahan mobilnya. Sekelebat ingatan ini membuat Sherina tak mampu menahan tawa gelinya, lalu menggeleng sebelum kemudian dia memilih untuk menyesap kopinya. Huhh, pengen kembali ke masa masa SMA dimana dulu yang jadi momok menakutkan hanyalah PR matematika, fisika, kimia, dan setoran hafalan rutin nama-nama organ dan bahasa latin tumbuhan di pelajaran biologi.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang