Chapter 37

275 29 29
                                    

Seharian ini Sherina sibuk bermain dengan PC nya, tidak peduli dengan Aryo yang sudah berulang kali merecokinya.

"Sher, pinjem stapler dong." Oke
"Ada yang perlu gue bantu atau lo yang perlu bantu gue?" Tengil banget sih
"Sherina, gue mau mesen kopi, lo mau nitip nggak?" Oke (2)
"Sher, lo ada liat pulpen gue nggak?" Sherpedia
"Sher, menurut lo gue mau ngapain?" Konsep hidupnya emang kehilangan arah☺️🙏🏻
"Sher..."
"Sher..."

Itu hanya sebagian dari cerocosan Aryo yang membuat Sherina hampir menyumpal mulut lelaki itu.

"Sher, menurut lo nanti kalo ke Davos kita hunting foto yang bagus dimana ya?" Satu pertanyaan keluar yang menjadi pertanyaan ajaib terakhir yang dilontarkan oleh Aryo karena Sherina sudah membungkam mulutnya dengan seruan kekesalan. Aryo selalu saja menjadikannya Sherpedia:)

"Aryooo! Lo bisa diem nggak? Dari tadi nanya mulu, udah gue jawab juga tapi lo nya masih nyerocos. Lo ga usah pikirin dimana musti hunting foto yang bagus, ini dulu lo bantuin gue buat riset nih." Seru Sherina kesal pada Aryo yang membuat lelaki itu mengeluarkan cengirannya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Enggg, itu, Sher, kayaknya gue ga bisa bantu, gue enggg, gue..." Kata Aryo terbata sambil melirik sana sini karena sedang mencari alasan yang tepat untuk melarikan diri dari tugas Sherina.

Sherina mendelikkan matanya sebal, ia tau ini akan mengarah kemana,
"Apa? Lo kenapa? Mau ngeles gimana lagi?" Tanya Sherina langsung membuat Aryo nyengir lagi.

"Nggak, gue ga ngapa-ngapain kok. Gue siap bantu lo hehe." Jawab Aryo yang langsung mengambil tempat di ruang kosong samping Sherina untuk ikut melihat apa yang sedang dicari oleh gadis itu.

"Bagus. Yaudah nih bantu gue buat nyari lagi info soal WEF yang bakal kita liput nanti." Ujar Sherina sambil menunjukkan layar PC nya pada Aryo. Disana terlihat artikel yang membahas tentang WEF dan siapa saja yang akan menghadirinya.

Aryo mengangguk kemudian membantu Sherina untuk membuka artikel lain yang membahas tentang WEF dan coba membandingkan pembahasan di dalamnya untuk bisa dijadikan sebagai bahan yang harus mereka ketahui sebelum melakukan liputan di Davos.

Keduanya sangat fokus melakukan riset tentang WEF, hingga akhirnya ponsel Sherina berdering. Gadis itu melirik ponselnya yang tergeletak begitu saja di samping PC nya. Terlihat ia mengerutkan dahinya saat melihat siapa yang meneleponnya, nomor tidak dikenal. Sontak ia dan Aryo saling bertatapan dengan tatapan bertanya-tanya.

"Siapa?" Tanya Aryo. Sherina memperlihatkan layar ponselnya kepada Aryo, kemudian mengedikkan bahu.

"Ga tau juga. Lo tau ini nomor siapa?" Tanya Sherina balik kepada Aryo yang dijawab dengan gelengan dari lelaki itu.

"Gue juga ga tau. Coba di angkat deh telponnya, siapa tau penting." Suruh Aryo menunjuk ponsel Sherina dengan dagunya.

"Oke, gue angkat dulu ya." Izin Sherina yang diangguki oleh Aryo.

Segera gadis itu memberi jarak dengan Aryo kemudian menekan tombol accept di ponselnya dan terdengarlah suara bariton dari seberang sana.

"Halo, Sherina. Ini gue Herman. Maaf nyimpen nomor lo sembarangan. Gapapa kan?" Ternyata pemilik suara bariton itu adalah Herman. Sherina yang clueless sejak awal mendengar suara lelaki itu sekarang ber-oh-ria.

"Ohh, Herman, iya gapapa kok. Ada apa ya?" Tanya Sherina to the point yang membuat Aryo mengangguk pertanda paham bahwa itu adalah Herman.

"Gue cuma mau ngajak lo bahas soal WEF yang bakal kita liput Januari nanti, Sher." Ujar Herman yang membuat Sherina manggut-manggut. Matanya melirik Aryo dan memberikan isyarat dengan tangannya untuk menunggu sebentar yang diangguki oleh lelaki itu dan ia lanjut membaca artikel dihadapannya.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang