Chapter 11

291 37 28
                                    

Sadam sedang bersantai di balkon apartemennya ketika ia mendapat balasan dari Sherina. Melihat nama Sherina terpampang di layar ponselnya mampu membuat lelaki itu tersenyum lebar, segera ia membuka balasan dari gadis itu. Namun, seketika senyumnya memudar berganti tatapan nanar sesaat setelah membaca balasan singkat dari Sherina.

"Yang ninggalin aku atau kamu nih?" Singkat, namun membuat hati Sadam mencelos membacanya. Dia baru ingat setelah pertemuan kemarin, dia belum menyampaikan maafnya pada Sherina karna telah meninggalkannya bertahun-tahun.

Dia tau betul kalau Sherina orang yang sangat prosedural, jadi, jika orang berbuat salah maka harus meminta maaf terlebih dahulu sebelum menjelaskan karna itulah prosedurnya. Namun, Sadam melupakan itu. Dengan segera ia mengetikkan balasan untuk Sherina.

"Balasannya kok gitu sih, Neng?" Balasan Sadam berhasil terkirim ke Sherina, setelah itu Sadam menunggu balasan untuk pesannya sembari termenung menatap langit sore yang menebar cahaya kekuningan di seantero Jakarta.

Kepalanya saat ini dipenuhi oleh pemikiran-pemikiran yang tidak tau mau ditumpahkan ke siapa. Ingin bercerita namun, orang yang ingin diajaknya bercerita sedang tidak ada disini. Sherina satu-satunya orang yang sangat ingin ia jadikan 'tempat sampah' untuk menampung segala pemikirannya yang tak menentu saat ini.

Kegundahan tidak hanya dirasakan oleh Sherina, tetapi Sadam juga, lelaki itu tidak tau mau berbuat apa. Dia bingung ingin memulai dari mana untuk kembali ke hubungan sebelumnya dengan Sherina. Awalnya dia kira percakapan mereka malam itu di apartemen Sherina hingga tadi pagi sebelum Sherina berangkat ke Bandung akan membawanya ke lembaran baru pertemanan mereka. Ternyata itu baru langkah pertama dari sekian ribu langkah lain yang harus dia tempuh untuk kembali mendapatkan Sherina-nya yang sudah hilang sepeninggalnya. Bukan, bukan raganya yang menghilang, tapi kepribadiannya. Sherina sekarang sudah berubah, tidak seperti Sherina yang terakhir dia kenal sebelum memutuskan untuk pergi.

"Ternyata 8 tahun mengubah kamu begitu banyak ya, Sher. Sampai-sampai aku tidak mengenalimu lagi." Monolog Sadam sore itu. Senyuman kecut terbingkai di bibirnya, menyesali keputusannya yang tiba-tiba pergi saat itu.

"Andai waktu itu aku ga pergi, mungkin kita tidak akan berjarak seperti ini, Sher. Andai dulu aku ga mementingkan egoku untuk pergi dari kamu dan menjauhi kamu hanya untuk mengetahui aku mau apa, pasti kita sekarang sudah mengukir lebih banyak kenangan. Andai di hari terakhir kita SMA aku berani mengutarakan pemikiran ku ke kamu, bukan malah mengharap kamu peka, pasti kita akan lebih dewasa menyikapinya. Andai semuanya terulang, aku ga bakal pergi dari kamu kalau tau ternyata akhirnya akan begini, Sher." Segala kalimat pengandaian yang dilontarkan Sadam sore ini melayang di udara dan lenyap termakan gelap yang semakin menyelimuti kota.

Sesal semakin membuncah di dada Sadam saat mengingat betapa dulu dia sangat membanggakan persahabatan mereka ke semua orang, namun, sekarang ternyata ialah yang menghancurkan persahabatan tersebut. Namun, menyesal kemudian tiada arti kan? Dan Sadam tau betul akan hal itu. Oleh karenanya, Sadam akan berusaha membangun kembali hubungan mereka yang sudah retak oleh kesalahannya sendiri, dimulai dari kemarin, setidaknya Sherina sudah tidak seketus itu lagi padanya.

"Semangat Sadam, itu sudah progress yang bagus." Monolog Sadam sambil menyemangati dirinya sendiri.

Tingg...

Suara notifikasi ponsel Sadam membuatnya tersadar dari lamunannya. Saat melihat pesan itu dari Sherina, Sadam was-was akan balasan yang di dapatnya dari gadis itu. Dengan menarik napas dalam, dia membuka pesan Sherina.

"Haha, ga usah dipikirin, tadi aku balasnya ngasal." Balasan Sherina yang terlihat santai itu ternyata tidak kunjung membuat lelaki itu merasa lega. Dia merasa Sherina memang berniat untuk mengetikkan seperti itu padanya, bukan malah ngasal. Dia tau betul gadis itu akan selalu mengungkapkan apa yang ada dipikirannya, tak terkecuali pada Sadam. Dengan cepat Sadam membalas pesan itu.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang