Jakarta di hari Minggu pukul 07.00 masih lengang, mungkin orang-orang sedang quality time dengan keluarganya, mungkin sebagian ada yang ke puncak, sebagiannya lagi staycation, dan sebagian kecil di rumah saja, atau lain sebagainya, yang pasti pagi ini seorang gadis sudah bangun dan dengan lincahnya bergerak kesana kemari, menyiapkan segelas smoothies sebagai sarapannya dan mulai berolahraga rutin di apartemennya seperti yang biasa dia lakukan.
Ting ......
Suara notifikasi ponsel yang ada di dekatnya saat ini membuat Sherina terpaksa menghentikan fokusnya pada treadmill yang sedang ia gunakan. Ia menghentikan aktivitasnya dan melangkahkan kaki ke sofa untuk mendudukkan dirinya sembari mengatur nafasnya yang agak memburu.
"Sher, aku ada titip sesuatu di resepsionis ya. Jangan lupa di ambil😊 -Ardi-" sebuah pesan singkat dari nomor tidak dikenal membuat Sherina mengerutkan dahinya mencoba mencari ingatan tentang nama 'Ardi' di dalam hippocampusnya, namun, nihil, tidak ada clue apapun soal nama itu. Kadung penasaran, Sherina dengan cepat mengetik balasan di nomor tersebut.
"Maaf, ini siapa?" Sherina membalas dengan perasaan was-was, entah kenapa pesan yang dia dapat ini kurang membuatnya enak hati. Tak lama balasan dari pesannya muncul kembali.
"Nanti kamu juga tau, senang jumpa kamu kembali, Sher." Yang terlintas di pikirannya kala itu hanya satu nama, yaitu, Devano -yang merupakan mantan pacar pertamanya di SMA dulu- namun, kalau benar itu Devano, dia tidak perlu repot-repot mencari nama lain untuk disisipkan di akhir pesannya kan? Kebiasaan Sherina ketika sedang penasaran dengan sesuatu pasti harus tuntas, jadi dia memilih membalasnya lagi.
"Sorry, but it's so creepy, kamu dapat nomorku dari mana, Ardi??" Sherina memberanikan diri untuk menyisipkan nama pengirim pesan tersebut di bagian akhir pesannya.
Tanpa dia ketahui, di seberang sana seseorang terkekeh gemas dengan balasan Sherina yang menurutnya selalu ceroboh dan berlaku sok jagoan itu, lihatlah, mana mungkin ada yang berani terang-terangan mengungkapkan dirinya sedang ketakutan saat membalas pesan dari orang tak dikenal dan disaat yang bersamaan dia merasa bak jagoan pemberani yang mengintimidasi lawan bicaranya dengan cara mengulang namanya walaupun dia tak kenal. Sepertinya hanya Sherina yang terlalu ceroboh di setiap saat.
1 menit, 2 menit, 5 menit, 10 menit, tak kunjung ada balasan dari si pengirim pesan yang membuat Sherina semakin penasaran.
"Ah, daripada makin penasaran mending turun ke resepsionis buat ngambil titipan yang katanya buat gue itu." Celoteh Sherina pada dirinya sendiri sesaat sebelum dia turun menggunakan lift apartemennya.
***
"Permisi, Mba, apa ada titipan atas nama Sherina Melody Darmawan?" tanya Sherina ramah pada resepsionisnya.
"Oh, ada Mba, bentar ya saya ambilkan dulu." Resespsionis segera mengambil barang titipan atas nama Sherina tersebut dari balik meja resepsionis lalu menyerahkannya pada Sherina.
"Terimakasih, Mba. Mari." Pamit Sherina setelah titipan tersebut berada di tangannya. Resepsionisnya menjawab sama-sama sebelum Sherina hilang dari pandangannya.
Sherina buru-buru menaiki lift dan menekan nomor lantai dimana unitnya terletak. Rasa penasaran yang tidak pernah berhasil dia sembunyikan sejak kecil itu mengantarnya untuk segera membuka titipan tersebut. Dari luar Sherina merasa clueless soal titipan itu, namun, sesaat setelah membukanya, matanya membelalak dan mulutnya menganga tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Donat? Gula?" gumamnya setelah rasa kagetnya reda. Perlahan pikiran-pikiran tentang donat gula dan seseorang yang senang memberikannya donat gula berkecamuk dan membuatnya menggeleng cepat, mencoba mengusir pikiran bodohnya itu. Itu ga mungkin dia kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...