Menetap di Kalimantan bukanlah hal yang pernah terlintas di pikiran Sadam remaja kala itu. Masa remaja yang ia lalui dengan happy bersama keluarga yang masih utuh dan hangat, teman-teman sekolahnya, dan sahabat satu-satunya, Sherina Melody Darmawan. Euforia yang ia nikmati itu membuat ia belum berpikir sejauh : aku mau jadi apa ya nanti kalo udah gede?
Masa remaja termasuk masa paling indah untuk Sadam, tentu saja sebelum sang Ayah pergi menghadap sang khalik. Masa dimana beban terberat adalah memilih tempat nongkrong dan bagaimana caranya agar besok ia bisa mengumpulkan semangat untuk kembali memulai rutinitas hariannya sebagai siswa sekolah menengah. Walaupun sesungguhnya, ia bukanlah siswa badung yang hobi membolos ataupun suka buat onar di sekolah. Ia menyukai sekolah, sebagaimana ia menyukai segalanya tentang Bandung, kota kelahirannya dimana ia tumbuh besar disana, dan Jakarta, kota dimana ia belajar akan artinya bertanggung jawab bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk seseorang yang sudah dipercayakan sepenuhnya kepadanya, yaitu, sahabat perempuannya, Sherina.
Ada banyak hal yang ia sukai tentang dua kota itu. Eh, ralat, ia menyukai semua titik di kedua kota itu. Walaupun Jakarta dan Bandung adalah dua kota yang sangat berbeda, namun, ada satu persamaan yang dapat dipahami oleh Sadam, setidaknya itu yang ia rasakan selama berada disana : ia tidak pernah bisa menjadi diri sendiri. Biar aku bantu menjelaskannya.
Di Bandung, ia tidak pernah bisa menjadi dirinya sendiri karena harus selalu mengikuti kemauan Mami dan Papinya yang selalu saja mengatur apapun pergerakannya. Berlandaskan sayang, tapi, ia tak pernah merasa itu bentuk dari kasih sayang. Bukannya sayang harusnya tidak mengekang? Hal itu ia sadari ketika persahabatannya dengan Sherina mulai terjalin. Saat Sherina dengan mudahnya mendapat izin dari Ayah dan Ibunya untuk kemana saja ia mau. Dan sejak itu, ia mengerti bahwa kekang dan sayang adalah dua kata yang berbeda arti, namun, sering disalahgunakan. Dan itu yang ia pelajari tentang Bandung.
Jakarta, kota kedua yang sangat familiar untuknya, setidaknya itu penilaiannya sebelum melancong ke berbagai daerah di Indonesia, karena belakangan ia merasa lebih mengenal Kalimantan Tengah dibanding Jakarta. Di Jakarta ia tidak pernah bisa menjadi diri sendiri karena selalu berbohong terkait apapun yang dirasakannya terhadap sahabat perempuannya itu. Sherina yang sejak awal mereka menjadi siswa SMA sudah menjadi primadona sekolah dan diincar oleh kakak kelas. Sedangkan ia, selalu menjadi bayang-bayang Sherina saja. Awalnya ia merasa ini cuma kecemburuan sosial, karna sadar bahwa ia sejak kecil selalu kalah pamor dengan sahabatnya itu. Namun, lambat laun ia akhirnya tau, bahwa kecemburuannya ini bukan lagi karena alasan itu, tetapi, dilandasi oleh rasa memiliki Sherina sepenuhnya. Tidak ingin satupun orang mengambil Sherina darinya, karna belakangan ia menyadari bahwa ia bukan hanya menganggap Sherina sebagai sahabat, melainkan sebagai sosok perempuan idolanya, yang ingin ia jadikan seorang kekasih. Namun, ia juga sangat sadar bahwa Sherina hanya menganggapnya sahabat, makanya ia memilih untuk kencan dengan seseorang bernama Devano, sosok lelaki pentolan sekolah yang terlihat sangat serasi bersanding dengan Sherina yang sama-sama pentolan sekolah juga. Dan berangkat dari fakta itu, ia bersikap seolah semua baik-baik saja dan tidak pernah membahas hal itu kepada Sherina hingga pertemuan mereka tempo hari. Sekian tentang Jakarta.
Ya, Jakarta dan Bandung memang memiliki cerita yang berbeda bagi masing-masing orang. Dan untuk Sadam, Jakarta menjadi saksi perasaannya yang tak terungkap kepada Sherina, dan Bandung, menjadi saksi betapa ia sangat ingin menjadi Sherina yang tidak pernah dikekang oleh Ayah dan Ibunya dan yang selalu diberi izin kemanapun ia mau.
Hhh... Time flies, dan sekarang kenyataannya, ia sudah bisa mengekspresikan dirinya sendiri sebebasnya di Kalimantan Tengah ini. Ia suka bagaimana Kalimantan Tengah, khususnya Tumbang Kaman membuatnya menjadi sosok yang benar-benar Sadam sekali. Sadam yang selalu ingin mengeksplor banyak hal tentang alam dan makhluk hidup disekitarnya tanpa adanya larangan dari Maminya, karna sekarang Papi sudah tidak ada. Sadam yang selalu memiliki jiwa petualang di dalam dirinya. Sadam yang selalu ingin mengambil risiko tentang apapun keputusan yang dipilihnya. Sadam yang selalu menjadikan Sherina sebagai panutan. Dan Sadam yang selalu 'membawa' Sherina kemanapun ia pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...