"Yo, lo mending cabut deh omongan lo barusan." Aryo menerima satu pesan singkat dari Sherina. Lelaki itu membacanya sembari mengernyitkan dahi, tak paham. Barusan ia melakukan kesalahan apa lagi sampai dikirimi pesan dengan bunyi seperti itu oleh Sherina? Ia berpikir, mencoba mengingat apa perkataan yang sekiranya harus ia cabut.
"Ah elah Sher mah kalau lagi ngambek suka buat jantungan. Ini lebih susah daripada nyelesein teka-teki silang. Dikata gue cenayang apa bisa tau isi hatinya." Setelah menggerutu seperti itu, ia mengetikkan balasan kepada Sherina.
"Pe mangsud ni makcik? Dateng dateng langsung nyuruh cabut omongan aja."
Send
Setelah menekan tombol kirim, Aryo dengan sabar menanti balasan Sherina selanjutnya. Tak disangka, ia langsung ditelepon oleh gadis itu. Ia yakin ini sudah urgent jika Sherina secepat itu merespon.
"Ehemm... Firasat gue ga enak nih, tapi, gapapa, patut dicoba." Deheman Aryo sebelum menekan tombol accept di layar ponselnya.
"Hal---"
"Aryoooooo!! Sadam udah diembat sama cewek lain, Aryoooooo!! Ueueue..." Baru Aryo ingin menyapanya dengan ceria, namun, sudah dipotong lebih duluan dengan semprotan dari Sherina beserta rengekannya yang mampu membuat telinga Aryo pengang.
"Gimana, gimana?" Tanya Aryo mencoba mencerna kalimat Sherina barusan.
"Hueeee... Sadam diembat sama yang lain disana, Aryooo..." Rengekan Sherina semakin tak terkendali, di bayangan Aryo saat ini gadis itu sedang menangis jelek di kamarnya dengan ingus yang meler kemana-mana. Membayangkan itu Aryo terkekeh sendirinya membuat Sherina memprotesnya.
"Lo ngetawain gue yaa!! Bisa ga sih lo empati dikit sama temen lo ini. Ini juga gara-gara mulut lo yang asal jeplak aja tadi. Hueeee..." Sherina menutup protesannya dengan rengekan di akhirnya.
Aryo yang tidak terima dituduh seperti itu lantas membalas perkataan Sherina, "Apaan gue. Orang dari tadi lu Mulu yang ngomong."
"Ya elo, gara-gara tadi lo bilang kalau Sadam bakal di embat sama cewek lain disana, sekarang kejadian kan. Makanya itu kata-katanya dicabut dulu." Sherina menjelaskan dengan satu tarikan nafas membuat Aryo yang mendengarnya ikut ngos-ngosan setelah kalimatnya selesai.
"Buset dah Sher mulutnya cepet bener. Pelan-pelan dong. Gue ikutan engap ini." Ujar Aryo karna ia sedang ikut menghela nafas panjang sekarang.
"Bodo. Pokoknya gue mau lo cabut kata-kata lo dulu. Buruan cabut." Tuntut Sherina yang membuat Aryo mengernyit.
"Apaan yang dicabut sih Sher? Kayak tuntutan aja lo segala dicabut." Ujar Aryo yang membuat Sherina semakin merengek.
"Ya itu omongan lo soal Sadam bakal diembat cewek lain disana, itu dicabut duluuu." Balas Sherina dengan nada agak geram.
"Ya gue nyabutnya gimana coba?" Tanya Aryo tak paham.
"Lo bilang aja kek, gue cabut omongan gue soal Sadam bakal diembat cewek lain disana. Sadam ga bakal begitu karna Sadam anak baik. Sadam bakal terus sama Sherina selamanya. Udah buru ikutin itu." Sherina mendikte kepada Aryo apa yang harus ia katakan, walaupun Aryo tau bukan begitu konsepnya, tapi tetap ia lakukan demi untuk Sherina tidak tantrum lagi.
"Yaudah iya, gue cabut omongan gue soal Sadam bakal diembat cewek lain disana. Sadam ga bakal begitu karna Sadam anak baik. Sadam bakal terus sama Sherina selamanya. Udah. Puas lo?" Tanya Aryo dengan nada terpaksanya yang ditimpali Sherina dengan senyuman puas di seberang sana.
"Udah hehe..." Kekeh Sherina yang suasana hatinya seakan-akan sudah membaik hanya dengan mendengar kalimat tersebut dari mulut Aryo.
Lelaki itu menggeleng pasrah, udah kayak bocil SMA baru pacaran aja ini Sherina, sampai sebegitunya demi Sadam.
"Trus, lo ga ada yang mau diceritain lagi ke gue selain minta cabut omongan gue tadi?" Tanya Aryo yang penasaran ada apa sebenarnya hingga Sherina sampai segila itu meneleponnya hanya untuk mencabut omongannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...