Chapter 50

322 28 40
                                    

Jakarta hari ini lumayan terik, padahal masih terhitung pagi untuk merasakan hawa sepanas ini, namun, mengingat ini adalah Jakarta jadi orang-orang di dalamnya sudah tidak heran lagi. Termasuk untuk Aryo dan Sherina yang saat ini sedang sibuk dengan berkas-berkas dan file liputan yang masih 'kotor', tidak terganggu sedikitpun dengan panasnya hawa di luar.

"Hari ini Sadam balik kan ya?" Tanya Aryo di sela-sela kegiatannya sambil menoleh ke arah Sherina.

Gadis itu mengangguk, "Heem, sorean sih nyampenya." Aryo balas mengangguk sebagai balasan atas jawaban Sherina.

"Dia naik bus lagi?" Tanya Aryo lagi yang diangguki lagi-lagi oleh Sherina.

"Iya..." Balas Sherina sekenanya karna masih sibuk dengan berkas-berkas liputannya.

"Ooh gitu, trus dari terminal dia naik apa buat ke apart lo?" Tanya Aryo lagi, kayaknya ini emang Aryo kepo deh, bukan lagi bertanya untuk membunuh waktu wkwk.

"Ojol kayaknya, Yo." Balas Sherina masih sabar.

"Kok naik ojol sih? Kenapa ga lo jemput aja pake mobil lo?" Pertanyaan keempat yang dilontarkan Aryo, kali ini mampu membuat Sherina yang sejak tadi hanya fokus menatap berkas-berkas di hadapannya kini beralih menatap Aryo dengan tatapan horornya disertai helaan nafas pendek yang menandakan Aryo sedang dalam bahaya.

"Gue ga tau dia sampainya jam berapa di terminalnya, Aryo, makanya ga jemput. Ngerti?" Gadis itu menjelaskan dengan penekanan di setiap katanya yang membuat Aryo hanya mengangguk sambil cengengesan tidak jelas. Karna ia tau sekali lagi ia bertanya, bisa dijamin jiwa raganya tidak selamat disini.

"Oke paham. Nice ingfo ngab!" Balas Aryo dengan mantap dan gaya pecicilannya, memutuskan untuk tidak menanyakan apapun lagi kepada gadis itu sebelum ia berubah menjadi singa betina yang sangar.

Sherina hanya menatapnya dengan malas kemudian menggeleng dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda hanya karna meladeni pertanyaan yang menurutnya tidak begitu penting. Toh Sadam juga sudah besar dan tau jalan pulang sendiri, pikirnya begitu.

Tak lama keheningan melanda keduanya. Selain suara angin dari AC yang menyala di sudut ruangan, hanya suara lembaran kertas yang bergesekan satu sama lain dan keyboard PC yang berisik, itulah yang mendominasi ruangan tersebut.

Sherina ditengah kesibukannya dengan semua berkas liputan hari itu, memikirkan perkataan Aryo barusan. Ia mungkin bisa mempertimbangkan usul lelaki itu untuk menjemput Sadam di stasiun sore nanti.

"Pssttt, Yo, Aryoo..." Bisiknya pelan memanggil lelaki itu karna takut mengganggu pekerjaan yang lain. Aryo menoleh ke arahnya dengan alis yang dinaikkan, mengisyaratkan "apa?".

"Gue terima usulan lo deh." Ujarnya dengan senyum mengembang, Aryo bereaksi dengan wajah bingungnya yang membuat Sherina mendengus kesal, "Yang jemput Sadam lho. Ih pikun ih." Jelas Sherina yang akhirnya membuat Aryo ber-oh-ria dan mengangguk paham.

"Ohh. Bilang dong, kaga usah nanggung gitu ngomongnya, udah tau gue memorinya cuma 2 MB." Balas Aryo sambil merapikan kembali berkas-berkas yang terlihat berantakan di atas mejanya. Setelah itu ia memutar kursinya hingga berhadapan lurus dengan Sherina.

"Nape tiba-tiba berubah pikiran dah lu? Tadi ae marah-marah." Gerutu Aryo sambil menatap gadis itu tajam, yang ditatap hanya memamerkan deretan gigi rapinya tanpa dosa.

"Ya maaf, Yo, namanya juga tadi lagi hectic lho malah banyak nanya." Ujar Sherina tulus sembari menumpuk berkas yang akan diserahkannya hari ini ke bagian editing untuk disesuaikan dengan record-an liputan yang ada.

Aryo mencibir, "Helehhh..." Sherina tergelak, lalu, bangkit dari duduknya berjalan mendekati kursi lelaki itu dan menepuk pundaknya pelan, "Thank you usulnya, Yo. Sehat-sehat orang abnormal." Kemudian gelak tawa terdengar dari gadis yang sudah menjauh dari Aryo itu sebelum orang abnormal yang ia goda tadi menyadarinya dan menghujaninya dengan pisuhan aneh khas lelaki itu.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang