"Neng, maaf lama bales, baru selesai packing untuk besok." Balasan yang langsung muncul ketika Sherina membuka ponsel saat terbangun dari tidur siangnya. Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 15.30 WIB, tandanya dia sudah tertidur selama kurang lebih 3 jam.
"Saking capeknya sampe ga sadar kalau siang cuma makan surabi. Pantes jam segini udah laper." Gumam Sherina lalu beranjak ke dapur untuk melihat ada apa disana.
"Hmm, gurame goreng asam manis kesukaan gue. Makasih banyak Ibuuuu." Gumam Sherina kegirangan karna melihat makanan kesukaannya terbentang di hadapannya. Segera dia mengambil piring dan menyedokkan nasi yang disusul oleh lauk di atasnya. Sherina makan dengan lahap, sampai-sampai lupa untuk membalas pesan Sadam."Ini enak banget sih." Gumam Sherina sambil melemaskan badannya ke sandaran kursi setelah menghabiskan satu piring nasi beserta lauk favoritnya itu. Setelah bersantai sekian detik, Sherina beralih mengambil gelas berisi air di depannya, meminumnya hingga habis, kemudian dia bersendawa.
"Ehh, anak gadis kok sendawanya gede banget. Malu di denger orang, Sher." Tegur Ibu yang ternyata mendengar sendawa Sherina yang lumayan besar itu. Yang ditegur malah cengengesan gak jelas lalu beranjak ke wastafel untuk mencuci piring bekas makannya tadi. Ibu yang tiba-tiba muncul membuat Sherina bertanya.
"Ibu ngapain ke dapur? Bukannya ga ada lagi ya kerjaan?" Tanya Sherina sambil menyuci piring. Ibu menggeleng kemudian berkata.
"Tadi Ibu denger grasak-grusuk disini, Ibu pikir kucing tetangga yang sering sekali masuk kesini. Makanya Ibu dateng buat mastiin itu kucing apa bukan, eh taunya kamu lagi makan." Balas ibunya yang membuat Sherina membulatkan mulutnya membentuk 'O' namun tak bersuara dan mengangguk paham dan beralih menyusun piring dan sendok ke tempatnya semula, kemudian mengajak Ibu ke ruang tengah.
"Yaudah kalau gitu kita ke ruang tengah deh, Bu, sambil cerita-cerita." Ajak Sherina menggamit tangan Ibu, yang diikuti oleh Ibunya.
Sesampainya di ruang tengah, Sherina mengajak Ibu untuk duduk di sofa yang menghadap piano kepunyaan Sherina yang sudah terlihat usang karna termakan usia, namun masih bagus itu. Kemudian Sherina memulai percakapan.
"Oh, iya, Bu, ayah dimana?" Tanya Sherina sambil mengedarkan bola matanya ke seisi ruangan ini setelah sadar bahwa tidak ada tanda-tanda ayahnya berada di rumah.
"Oooh, itu, tadi ayah pamit sama ibu mau ke balai desa dulu sebentar, katanya ada rapat mengenai bakti sosial yang akan diadakan Sabtu besok." Jawab Ibu yang membuat Sherina manggut-manggut dan meng-oh-kan jawaban Ibu. Setelah percakapan tersebut, kini giliran Ibu yang mulai percakapan.
"Sher, kamu belum cerita sama Ibu lho waktu kamu dan Sadam pertama kali ketemu di restoran itu." Ujar Ibunya, terlihat dari raut wajahnya, sang Ibu sangat penasaran dengan apa yang terjadi di perjumpaan pertama mereka setelah 8 tahun berlalu. Sherina melihat ke arah Ibu dan tersenyum lembut yang dibalas dengan senyum tak kalah lembut juga oleh sang Ibu.
"Oke, berhubung di rumah cuma ada aku dan Ibu, aku mau cerita deh, males kalau ada ayah, suka godain aku Mulu." Balas Sherina sambil mengerucutkan bibirnya mengingat sang ayah yang sangat hobi mengusilinya sejak kecil sampai sekarang. Mendengar itu, Ibu terkekeh pelan dan mengangguk pada Sherina, pertanda menyilakan anak gadisnya untuk bercerita apapun yang dia mau ceritakan. Okay, it's girl time, Guys.
"Jadi, di hari aku ada janji sama program manager OUKAL, paginya aku dapat pesan singkat dari nomor tak dikenal. Isinya itu memberitahu kalau ada titipan untuk aku di resepsionis, di ujung pesannya ada nama pengirimnya, Ardi. Aku penasaran dong, Bu, titipan apa dan Ardi itu siapa? Jadi aku turun ke meja resepsionis untuk mengambil titipannya. Nah, pas aku udah sampai kamar dan buka titipan itu, tau ga, Bu, isinya apa?" Tanya Sherina pada Ibunya, sang Ibu menggeleng clueless. Kemudian Sherina melanjutkan ceritanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfic/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...