Udara Palangkaraya yang setiap hari terasa sejuk akhirnya dinikmati oleh seluruh indra Sherina dan Aryo. Rasa lelah yang sejak pagi menggelayuti Sherina sirna sudah sejak melihat keindahan alam selama dia berada di pesawat tadinya dan ditambah dengan udara yang bebas polusi membuat rasa lelahnya benar-benar hilang terganti rasa excited untuk melanjutkan perjalanan menuju OUKAL yang berjarak kurang lebih 4 jam dari Palangkaraya.
"Ini tempat cocok banget sama lo, Sher." Ujar Aryo tiba-tiba saat mereka sedang berjalan menuju tempat pengambilan bagasi. Sherina yang fokus dengan sekelilingnya menatap Aryo kemudian tersenyum lalu mengangguk menyetujui perkataan Aryo.
"Lo bener sih, Yo. Kayaknya gue bakal betah banget disini." Timpal Sherina yang dibalas dengan senyum usil oleh Aryo, Sherina langsung merasa dia salah bicara.
"Emang bener kan? Lo sendiri yang bilang kalau suasana di Palangkaraya ini cocok banget sama gue." Tanya Sherina mencoba meyakinkan kembali Aryo dengan jawabannya, Aryo terdiam namun tetap mempertahankan senyum usil di bibirnya.
"Apaan sih, Yo." Desak Sherina mulai jengah dengan senyum usil Aryo yang membuatnya was-was itu. Akhirnya tawa Aryo pecah melihat Sherina mengerutkan kening pertanda sebal itu.
"Iya, iya, lo bener kok, maksud gue juga gitu. Kenapa sih elah sensi mulu sama gue." Ujar Aryo pada akhirnya. Namun, Sherina memicingkan matanya curiga kepada Aryo, masih belum mempercayai perkataan Aryo sepenuhnya.
"Itu lo tadi senyum-senyum kenapa deh?" Tanya Sherina langsung malas berbasa-basi lagi. Aryo kemudian tersenyum lagi mendengar pertanyaan Sherina yang menurutnya jurnalis banget. Senyum-senyum mulu lo, Yo, bae-bae ntar kena amuk Sher lho.
"Gue lagi mikir nanti kalo udah sampe OUKAL, lo bakal betah karna alamnya atau karna ada Sadam ya?" Tanya Aryo jahil lalu berlari meninggalkan Sherina sebelum diamuk oleh gadis yang kalau marah ngalah-ngalahin singa itu. Sherina yang sedang mencerna perkataan Aryo hanya terdiam lalu sesaat setelah paham arti pembicaraan Aryo,
"ARYOOOO!!! AWAS LO YA!" ya, pekikan Sherina bergaung di penjuru ruangan tempat dia berada sekarang. Tidak peduli dengan tatapan orang-orang disekitarnya, Sherina mengejar Aryo yang sudah lumayan berjarak dengannya dengan mulut yang komat-kamit merutuki keusilan Aryo yang tiada habisnya itu.
Setelah drama bak sinetron India itu berakhir, keduanya kini sudah berada di depan tempat pengambilan bagasi, sedang berdiri dengan nafas yang masih memburu akibat terlalu lama berlari.
"Lo nggak di Jakarta, nggak di Kalimantan, nggak dimana-mana selalu recokin gue." Ujar Sherina dengan nafas ngos-ngosan saat sudah berdiri di samping Aryo. Aryo malah nyengir kuda sambil berusaha mengatur nafasnya yang sama ngos-ngosannya dengan Sherina.
"Ya maap, Sher." Balas Aryo kemudian.
"Lo sehari nggak usilin gue kayaknya bisulan deh, Yo." Ujar Sherina lagi, merasa kesal dengan kelakuan Aryo yang selalu mengusilinya itu. Sedang Aryo hanya senyum-senyum tak berdosa sambil mengacungkan dua jarinya dihadapan Sherina pertanda peace yang dihadiahi tatapan sinis oleh Sherina.Tak lama berselang setelah perdebatan kecil tersebut, koper Sherina dan Aryo sudah tiba di tempat pengambilan yang langsung diambil oleh Aryo.
"Thanks, Yo. Akhirnya lo berguna juga." Ujar Sherina berterimakasih pada Aryo karna sudah membantunya menurunkan kopernya, namun, tetap dengan olokan di akhir kalimatnya.
"Yeu, gue mah selalu berguna kalii. Nggak ada gue, ga bisa tuh liputannya ditayangin." Ujar Aryo sambil menepuk dadanya dengan bangga membela dirinya di hadapan Sherina yang saat ini hanya memutar bola mata jengah.
"Iyain." Jawab Sherina singkat, lalu, melangkah mendahului Aryo untuk menuju lobby bandara untuk melihat apakah jemputan mereka sudah tiba.
Sherina melirik arloji hitam miliknya yang sudah menunjukkan pukul 14.55 WIB, yang artinya sudah ±30 menit mereka disini setelah pesawat landing. Seperti teringat sesuatu, buru-buru Sherina mengambil ponsel dari dalam tas nya untuk menghubungi seseorang yang pasti sedang menunggu kabar darinya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...