Chapter 17

271 35 32
                                    

Saat ini Sherina sedang duduk bersama dengan Aryo dan Sadam di salah satu tempat pemberhentian untuk beristirahat sejenak sejak berjalan kaki sejauh ± 5 KM ke dalam hutan. Karena hanya ada jalan setapak yang dapat dilalui oleh pejalan kaki saja sebagai akses masuk ke dalam hutan.

Sherina terlihat mengambil Tumbler nya yang selalu tersedia di dalam tas, lalu, meneguk minuman di dalamnya. Terlihat beberapa tetes peluh di dahinya, membuat Sadam menyodorkan saputangannya kepada Sherina.

"Nih, saputangan buat lap keringatnya." Sherina melihat saputangan yang disodorkan oleh Sadam, lalu, mengambil benda itu.

"Thanks, Dam. Nanti aku balikin kalo udah di cuci ya." Ujarnya lalu mengelap peluh di dahinya perlahan-lahan. Sadam mengangguk mengiyakan kemudian beralih membaca lembar laporan mengenai pelepasliaran hari ini yang diberikan oleh pekerja padanya.

"Widih, Sadam vibes-nya udah bapak-bapak banget. Kemana-mana bawa saputangan." Kini Aryo yang bersuara di tengah keheningan keduanya. Sadam dan Sherina kemudian memandang ke arah Aryo yang berada di sisi kiri Sherina. Terlihat lelaki itu tersenyum usil. Kalau nggak usil, nggak asik ya, Yo.

"Ngaco lo, Yo. Emang cuma bapak-bapak yang bawa saputangan kemana-mana?" Tanya Sherina pada Aryo. Sadam menyimak saja, seperti biasa.

"Ya emang bapak-bapak tuh identik dengan saputangan di sakunya. Selalu, kaga pernah absen dah. Soalnya bapak gue di rumah gitu." Ujar Aryo sambil memberikan contoh yaitu bapaknya. Sherina mengerutkan dahi, menurutnya itu hanya stereotip yang beredar di masyarakat saja, padahal anak muda juga boleh kok bawa saputangan kemana-mana. Sadam melihat gelagat Sherina hendak mendebat pernyataan Aryo, lantas mengangkat bicara sebelum keduanya ribut hanya karna persoalan saputangan.

"Neng, udah jangan didebat lagi ya. Nggak capek udah jalan kaki sejauh ini masih aja mau berdebat. Simpen energinya buat liputan nanti, ya." Ujar Sadam lembut sambil memegang pundak sherina yang kini menatapnya sebal. Aryo terkikik geli melihat Sherina yang selalu bungkam dengan Sadam.

"Hahahha fix Sadam udah cocok jadi bapak sih, ngemong banget orangnya." Aryo malah lanjut menggoda Sadam yang dihadiahi dengan senyuman dari lelaki itu. Namun, Sherina memutar bola matanya kesal, masih tak terima kalau debatannya dihalangi oleh Sadam.

"Masam banget itu mukanya, Sher. Udahlah, dengerin aja kata Sadam, ada benernya kok dia." Lanjut Aryo lagi mencoba memberitahu Sherina bahwa apa yang dikatakan Sadam itu tidaklah salah. Namun, Sherina tetaplah Sherina yang keras kepala, dia malah menjawab perkataan Aryo dengan nada ketusnya.

"Lo sebenernya temenan sama siapa sih, Yo. Atau Lo disogok apaan sama Sadam sampe ngebela Sadam segitunya?" Ujaran Sherina membuat Aryo tak kuasa menahan tawanya, begitupun dengan Sadam yang tak menyangka bahwa gadis itu akan berpikiran seperti itu.

"Lho kok disogok sih, Neng?" Tanya Sadam bingung.

"Ya iya, kamu tadi negur aku, padahal aku niatnya ngebelain kamu." Jelas Sherina yang membuat Sadam paham bahwa gadis itu kesal padanya karna menegurnya padahal dia hanya ingin membela Sadam dari godaan Aryo.

Tangan Sadam kemudian terulur untuk mengelus puncak kepala Sherina sayang. Dengan senyum yang selalu bertengger di bibirnya, Sadam menjawab perkataan Sherina dengan sabar.

"Neng, kalau kamu debatin soal itu, emang bakal buat Aryo berhenti godain aku? Nggak kan? Makanya aku suruh kamu buat gausah debat perkataan Aryo lagi. Nanti kamu malah makin kesel denger jawaban dia yang selalu ada itu." Jelas Sadam yang kemudian membuat Sherina mengangguk paham, dalam hati ia merutuki sifatnya yang terlalu gegabah, terlalu berapi-api padahal tidak semua hal yang ditanggapi dengan menggebu-gebu itu berakhir baik. Kekesalan Sherina meluap berganti dengan senyum manis yang dia tampilkan pada Sadam.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang