Chapter 30

305 31 62
                                    

Udara Jakarta yang lumayan penuh dengan polusi kembali menyambut paru-paru Sherina dan Aryo ketika tiba di bandara Soekarno-Hatta sore ini. Sekira pukul setengah lima keduanya landing dan kini masih menunggu ojol untuk membawa mereka kembali ke apartemen masing-masing.

"Sher, lo udah ngabarin ibu lo?" Tanya Aryo saat mereka sedang duduk menunggu di lobby airport. Sherina yang sedang asik mengamati sekitar pun menoleh ke arahnya.

"Nanti aja deh, kalo udah sampe apart. Gue lagi males buka ponsel." Ujar Sherina menampilkan wajah lelahnya membuat Aryo terkekeh geli.

"Yaudah, jangan lupa juga nanti Sadam nya di kabari. Tadi dia udah bilang ke lo kan?" Aryo mengingatkan Sherina untuk tidak lupa mengabari Sadam juga. Mendengar nama Sadam, Sherina senyum tertahan. Mengingat kembali perkataan Sadam padanya sebelum mereka masuk ke pesawat siang tadi. Aryo terheran melihat senyum tertahan dari gadis tersebut.

"Lo ngapa dah? Kesambet setan lo di pesawat?" Tanya Aryo dengan wajah bingungnya. Sherina menatapnya sebal.

"Sembarangan mulutnya Aryo." Aryo menanggapinya dengan cengiran kuda khasnya yang menampilkan deretan gigi rapi berwarna putih gading itu.

"Ya abisnya lo senyumnya ketahan kayak lagi nahan berak. Lo abis dibisikin apa sama Sadam tadi?" Tanya Aryo yang mampu membuat gadis itu mati kutu, ia tak mengerti kenapa Aryo bisa tau bahwa Sadam membisikkan sesuatu padanya ditengah pelukan mereka tadi.

Sherina menggeleng, berbohong kepada Aryo soal bisikan Sadam sebelum ia masuk ke pesawat siang tadi.
"Nggak, gapapa kok. Gue cuma keinget Hilda sama Sayu aja." Ujar Sherina mengelak yang dihadiahi anggukan oleh lelaki itu.

"Keinget Hilda sama Sayu atau keinget Sadam?" Akhirnya godaan Aryo keluar lagi. Seakan sudah melupakan janjinya ketika di mobil tadi kepada Sherina, ia melanjutkan aksi menggodanya lagi, dan selalu pada orang yang sama dengan topik yang sama pula. Menggoda Sherina dengan topik Sadam.

Sherina memutar bola matanya jengah dan menampilkan wajah kesalnya.
"Lo belum tua banget tapi pikunnya udah mendekati alzheimer kayaknya, Yo. Barusan juga tadi di mobil lo janji berhenti godain gue. Eh sekarang kumat lagi." Ujar Sherina dengan nada pasrah namun setengah jengkel itu.

Aryo kembali menampilkan cengiran kuda khasnya, yang membuat Sherina semakin tak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki itu.
"Ya kan itu janjinya tadi waktu masih di Kalimantan, jadi, cuma berlaku disana aja. Kalau disini kan belum buat janji lagi." Oke, jawaban tak masuk akal lainnya kembali terucap dari mulut Aryo. Sherina menatap lelaki itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"Gue angkat tangan deh sama lo, Yo. Asli, selalu ada aja jawabannya." Pasrah Sherina kemudian yang membuat lelaki itu tergelak melihat reaksi yang tak biasanya diberikan oleh gadis itu.

"Tumben lo langsung pasrah gitu aja jawabnya. Biasanya juga didebatin sampe itu urat leher udah segede uler baru berenti." Dasar Aryo, udah mah Sherina ngeiyain doang biar ga ada perdebatan lagi, malah dipancing terus sama Aryo. Memang lelaki satu itu suka sekali mengganggu Sherina.

Gadis itu menatap Aryo dengan tatapan tak tertariknya.
"Energi sosial gue udah abis. Jadi, males ngomong apa-apa lagi."

Nada lelah dari balasan Sherina membuat Aryo berniat untuk tidak lagi mengganggu gadis itu untuk sementara waktu. Ia tau betul selama kurang lebih 4 hari mereka berada di Kalimantan dari sejak tiba hingga hari ini pulang kembali ke Jakarta, itu sangat hectic dan pasti gadis itu merasakan capek yang luar biasa. Apalagi kekurangan jam istirahat karena bercengkerama dengannya dan Sadam disaat ada waktu luang. Jadi, ia memutuskan untuk membiarkan Sherina berdiam diri dahulu untuk me-recharge energi sosialnya yang sudah low itu.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang