Di apartemen seluas 25 meter persegi itu terlihat seorang gadis yang sudah rapi dengan stelan kantornya sedang mondar mandir dari depan ke belakang dan dari dalam keluar. Tidak tau apa yang terjadi, namun, dari gelagatnya ia sedang diburu sesuatu.
"Duhh, ini lanyard gue dimana lagi. Waktu dibutuhin malah ngilang. Mana waktunya udah mepet banget. Ishhh..." Gerutunya sambil membongkar satu persatu isi tasnya dan segala sesuatu yang kemungkinan menjadi tempat ia menyimpan lanyard-nya.
"Di laci nggak ada, di tas nggak ada, di lemari nggak ada, di gantungan nggak ada. Ihhhh... Ini kemarin naronya dimana sih!!" Ia menggeram kesal sambil berkacak pinggang di depan cermin seukuran badannya yang menempel di lemari pakaiannya, mencoba berpikir dimana ia mungkin menyimpan benda itu.
"Aish!!" Ia menggeram kesal ketika melihat benda yang ia cari ternyata menggantung indah di lehernya.
"Dari tadi gue cariin ternyata udah gue kalungin. Astagaa Sherina lo kapan ga pelupa sih." Ia kesal sendiri dengannya yang sering lupa. Untung saja ia berkacak pinggang di depan lemari yang ada cerminnya, kalau tidak ia tidak tau bagaimana jadinya.
Drrtttt...
Dering beserta getaran di ponselnya yang berada di meja riasnya membuat fokusnya berganti ke arah benda pipih itu berada, segera ia mengambilnya dan melihat siapa penelepon sepagi ini.
Aryo Cameramen is calling...
Setelah mengetahui bahwa Aryo yang menghubunginya, ia langsung menekan tombol accept dan menaruhnya di telinga sambil bergegas keluar kamar lalu mengambil tas yang berada di meja ruang tengah, bersiap untuk memakai sepatu setelahnya.
"Halo, Sher, lo dimana? Ini gue udah sampe lobby apart lo." Ujar Aryo to the point membuat Sherina yang sedang memasangkan sepatunya menyahut dengan kesusahan.
"Lho, gue kan belum bilang mau nebeng sama lo?" Tanyanya heran, menghentikan kegiatannya sejenak untuk mencerna perkataan Aryo.
Terdengar helaan nafas singkat dari seberang sana, "Gue udah tau betul kebiasaan lo kalo lagi urgent gini ada aja dramanya. Makanya daripada gue nungguin lo disana sendirian kayak orang bego, walaupun gue harus bengong nungguin lo disini tapi seenggaknya gue berangkat bareng lo kesananya."
Sherina mendengus sebal mendengarnya, kemudian melanjutkan kegiatannya memasang sepatunya, "Iya, iya, ini gue lagi make sepatu. Bentar ya. Lagi riweuh ini." Balas Sherina dengan nada yang naik turun akibat ponselnya yang tidak menentu posisinya.
"Oke, gue tunggu." Jawab Aryo yang tidak lagi dipedulikan oleh Sherina, yang ia tau ia harus segera turun menemui Aryo karna jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat lima menit, sedangkan ia harus tiba di lokasi liputan pukul tujuh.
"Udah dulu, Yo, gue turun dulu." Ujar Sherina dengan suara kunci apartemennya yang membuat Aryo mengangguk.
"Oke." Setelah itu panggilan terputus dan Sherina berlari kecil ke arah lift yang berada di ujung kanan ruangan yang akan membawanya menuju lantai dasar untuk bertemu dengan Aryo.
Ya, seperti yang bisa di tebak, jika Sherina terburu-buru seperti ini, tandanya ia sedang diburu oleh waktu atau dengan kata lain ia terlambat bangun.
Entah apa yang membuatnya terlambat bangun kali ini, mungkin akibat overthinking tentang Sadam tadi malam atau mungkin karna belakangan kualitas tidurnya tidak teratur atau karna keduanya? Mungkin saja begitu.
Eh ngomong-ngomong tentang Sadam, gadis itu belum mengecek sedikitpun notifikasi dari lelaki itu pagi ini sejak ia bangun dari tidurnya. Alasannya sudah pasti karna ia baru bangun pukul enam kurang sepuluh dan sudah tidak sempat untuk mengecek apapun notifikasi yang ia dapat selama tidur. Karena ketika terbangun tadi, ia hanya sempat terbelalak sedetik ketika melihat jam yang menggantung di dinding kamarnya kemudian segera mandi tanpa menyianyiakan detik berikutnya. Bahkan sarapan pun ia tidak sempat, ia hanya meminum segelas air hangat untuk memulai hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...