Jarum di arloji Sherina menampilkan pukul dua kurang lima belas menit saat mereka memutuskan untuk menuju waiting room.
"Kalau sudah semua, kita ke waiting room aja yuk. Nunggu disana aja." Ajak Sadam sambil memeriksa kembali isi hand bag nya agar tak ada yang terlupa. Sherina dan Aryo mengangguk saja. Biasa kan orang kalau udah kenyang tuh jadi ogeb hehe.
"Periksa semua barangnya, jangan sampai ada yang ketinggalan." Lagi-lagi Sadam yang memberi instruksi pada bocah kembar dua itu, yang lagi-lagi diangguki oleh mereka.
"Gue udah semua, ga ada yang ketinggalan." Ujar Aryo mengonfirmasi kepada Sadam yang diangguki oleh lelaki itu.
Sherina masih berkutat dengan tas selempangnya, sedang mengabsen satu persatu isi di dalamnya dan make sure tidak ada satu barangpun yang tertinggal. Hingga akhirnya ia mendongak dan menjawab pertanyaan Sadam.
"Bawaanku juga semua sudah aman.""Oke, karna semua sudah aman, kita langsung ke waiting room aja." Tukas Sadam kemudian bangkit dari tempat duduknya diikuti oleh Sherina dan Aryo.
Setelah kursinya dikembalikan ke tempat semula, Sadam menyilakan Sherina dan Aryo untuk berjalan duluan, yang diikuti olehnya dari belakang. Jangan lupa dengan koper Sherina yang digeret oleh Sadam.
"Biar aku aja yang bawa, Dam. Eh, Yang." buru-buru Sherina meralat panggilannya ketika tersadar ia memanggil Sadam dengan namanya. Saat itu juga Sadam sontak menatapnya dengan tatapan tak bisa dijelaskan."Biar aku aja, Neng. Gapapa." Jawabnya singkat tetap keukeuh tak ingin menyerahkan koper gadis itu.
"Tapi, aku bisa bawa sendiri, Yang." Ujar Sherina agak terbata di akhir kalimatnya. Masih belum terbiasa memanggil Sadam dengan singkatan yang membuat siapa pun yang mendengarnya menjadi ambigu itu.
"Aku tau kamu bisa, tapi, biarin aku aja ya." Balas Sadam dengan nada lembut, tapi, ada ketegasan di baliknya.
Sherina baru hendak mendebat perkataan Sadam lagi ketika suara Aryo membuatnya mengurungkan niatnya.
"Ah elah ni dua orang emang ga tau tempat ya, selalu aja berdebat. Capek gue." Ujar Aryo sambil membalikakan badannya menatap Sherina dan Sadam yang sedang jalan bersisian di belakangnya.
Sherina mencebikkan bibirnya sebal pada Aryo.
"Dia duluan, Yo. Gue kan niatnya baik ga mau nyusahin, tapi, dia ga mau ngasih kopernya." Adu Sherina pada Aryo sambil menunjuk Sadam yang sedang menatapnya dengan tatapan tak terima."Kan aku juga niatnya baik, Neng. Bawain koper kamu biar kamu ga kesusahan. Orang tuh ya berterimakasih kok ini malah ga seneng?" tanya Sadam kepada Sherina yang saat ini sedang bersedekap dada sambil mengerucutkan bibirnya. Aryo menggeleng melihat kelakuan keduanya, namun, tetap tak bergeming hendak melihat sampai mana keduanya akan berdebat.
"Ya aku ga enak sama kamu, Sadam. Masa dari tadi di wisma kamu mulu yang bawain koper aku. Sekarang giliran aku dong. Udah siniin." Sherina ngotot dengan pendiriannya dan berusaha meraih kopernya dari genggaman tangan Sadam.
Lelaki itu menghindari tangan Sherina, ia mengelak dan menjauhkan diri dari Sherina agar tidak bisa diraih oleh gadis itu.
"Aku bilang nggak, ya nggak, ya, Sherina." Oke, namanya sudah diserukan oleh Sadam dengan nada tegasnya, membuat ia agak jiper menghadapi Sadam versi ini yang jarang sekali diperlihatkan padanya. Ia tak menyangka hanya karna perdebatan tentang koper, Sadam versi galak keluar sendirinya. Dengan pasrah gadis itu mengangguk, tak ingin membuat lelaki itu mengeluarkan nada-nada tegas lainnya lagi. Akhirnya ia membiarkan Sadam menggeret kopernya dan berjalan bersisian dengan lelaki itu."Udah selesai berantemnya?" Tanya Aryo sambil melambatkan langkahnya agar dapat menyamai posisi keduanya saat ini.
"Hmm..." Sherina menjawab hanya dengan deheman. Sedangkan Sadam hanya terdiam, tak berniat menanggapi perkataan Aryo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...