Sadam menghampiri Sherina dengan menenteng dua bungkus sate di tangan kanannya.
"Neng? Ini satenya. Mau langsung pulang aja atau masih ada yang mau di beli?" Tanya Sadam yang kini sudah berada di samping Sherina. Sherina yang masih duduk harus menengadah untuk menatap Sadam, lalu menggeleng.
"Nggak ada lagi, Dam, pulang aja yuk." Putus Sherina yang membuat Sadam menganggukkan kepalanya dan mengulurkan tangan berinisiatif membantu Sherina untuk memundurkan kursi saat melihat Sherina merasa kesulitan mendapatkan ruang untuk keluar. Melihat hal tersebut Sherina berterimakasih pada Sadam.
"Thank you, Dam." Ujarnya sambil mengulas senyum tulus pada Sadam. Sadam membalas dengan senyuman manisnya.
"You are welcome, Neng." Setelah itu mereka bergegas menuju apartemen yang berada berapa ratus meter saja dari mereka. Sadam terus mencuri pandang pada Sherina yang kini berada disampingnya sedang menatap lurus ke depan sambil sesekali melihat jalanan yang ditapakinya.
"Kamu, kenapa panggil aku neng terus sih, Dam?" Tanya Sherina tiba-tiba sambil melihat ke arah Sadam yang kebetulan sedang menatap Sherina. Melihat hal itu baik Sherina dan Sadam sama-sama salah tingkah, Sherina salah tingkah karena ditatap diam-diam oleh Sadam, sedangkan Sadam salah tingkah karna ketahuan menatap Sherina diam-diam. Haduhh, dibuat langsung nikah aja apa ya mereka berdua?🥴
"Ehmm, aku suka." Jawab Sadam singkat namun, membuat ambigu Sherina. Sherina menautkan alis seolah bertanya pada Sadam tentang arti dari kalimatnya barusan.
"Suka? Kamu suka? Apa?" Pertanyaan Sherina membuat Sadam salah tingkah untuk kedua kalinya, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Sadam mencoba mencari hal yang bisa mendistraksi degupan jantungnya yang saat ini tidak ramah di dengar.
"Dam?" Tegur Sherina sambil menepuk pundak Sadam, dia kebingungan karna Sadam terlihat menghindari tatapannya. Sadam yang terlonjak kaget mendapat tepukan itu semakin membuat Sherina bingung.
"Ehm, itu, apa... Ya aku suka aja manggilnya. Indonesia banget." Jawab Sadam pada akhirnya walaupun harus bersusah payah mencari alasan yang masuk akal untuk disampaikan pada Sherina. Plis, Dam, ini bukan waktu yang tepat untuk ngereog, okay? Batin Sadam. Sherina tersenyum menanggapi jawaban Sadam yang tidak menjawab pertanyaannya itu. Lalu,
"Sekarang bahasnya Indonesia banget ya, Dam, udah lebih cinta sama Indonesia ni setelah jadi program managernya OUKAL." Goda Sherina pada Sadam. Sedangkan yang digoda terlihat sudah mampu mengendalikan detak jantungnya lebih baik daripada tadi.
"Haha, kelihatan banget ya cinta Indonesia nya?" Tanya Sadam menanggapi godaan Sherina. Sherina menimpali dengan anggukan, kemudian mereka berdua tertawa geli. Pembahasan macam apa ini, Sherina? Kenapa jadi bahas negara, batin Sherina tak paham lagi dengan pembahasan mereka yang makin tak jelas itu, tapi yang jelas, Sherina paham betul malam ini dia merasa senang sudah kembali menghangat dengan Sadam.
Setelah jalan kaki beberapa ratus meter yang diwarnai dengan tawa dan sipu malu tersebut, mereka kini tiba di depan unit Sherina karna dia menawarkan pada Sadam untuk makan di apartnya saja dan Sadam dengan senang hati mengiyakan.
"Masuk, Dam." Ajak Sherina ketika pintu sudah terbuka, Sadam mengangguk dan mengikuti Sherina masuk ke dalam. Sherina menuntun Sadam memasuki ruang tengahnya dan menyilakannya duduk di sofa sembari Sherina ke dapur untuk mengambil minuman untuk mereka berdua. Selama Sherina mengambil minum, Sadam memperhatikan setiap sudut ruangan ini dari tempat dia duduk, sebenarnya ia ingin berkeliling, namun, merasa tak enak dengan tuan rumah, jadi, segini saja cukup untuk sekadar memperhatikan. Hal yang didapati oleh Sadam adalah rapi, bersih, dan tertata dengan beberapa buku di rak minimalis yang terletak di samping lampu berdiri dan di atas rak tersebut terdapat tiga frame yang berisikan foto Sherina kecil yang tengah tersenyum manis ke arah kamera, foto Sherina remaja memakai baju taekwondo dan sabuk kuningnya, lalu terakhir foto Sherina dewasa yang tersenyum menghadap kamera dengan rambut sebahu dengan background hamparan pepohonan hijau yang luas membentang, yang Sadam perkirakan itu diambil di awal Sherina memulai karir menjadi jurnalis di Nex TV. Kemudian Sadam tersenyum simpul dan bergumam, Sherina selalu mampu membuat tempat yang ditinggalinya terasa kayak pulang ke rumah. Tanpa sadar sebenarnya yang membuat Sadam merasa begitu bukan karna tatanan apartemen Sherina yang nyaman, tetapi karna Sherina-lah rumah nya. Namun, untuk sekarang hal ini masih belum diiyakan oleh Sadam, maka dari itu biarlah waktu yang membuatnya mengiyakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...