Chapter 18

293 40 35
                                    

Pemandangan dari wisma OUKAL saat ini terlihat sangat cantik. Langit dipenuhi cahaya jingga dari sisa pantulan sinar matahari yang hendak berganti tugas dengan rembulan.

Sherina, Aryo, Sadam, beserta tim OUKAL baru saja tiba di wisma. Jam di dinding ruang tengah wisma menunjukkan pukul lima sore, dua jam setelah mereka melakukan perjalanan dari lokasi pelepasliaran.

Sepanjang jalan pulang ke wisma, Sherina tak henti-hentinya memuji keindahan alam di sekelilingnya, terlalu indah, membuat Sherina masih ingin berlama-lama di Kalimantan rasanya.

"Sher, gue masuk duluan ya, mau bebersih dulu, lengket banget." Ujar Aryo kepada Sherina yang masih berada di teras wisma untuk menikmati pemandangan di depannya. Sherina mengangguk mengiyakan, lalu, Aryo beranjak ke dalam untuk membereskan peralatannya dan membersihkan badannya yang penuh dengan peluh.

Saat sedang asik memandangi langit, Sherina tak sadar bahwa Sadam sedang memperhatikan dirinya dari belakang saat ini. Lelaki itu tersenyum melihat Sherina yang masih terlihat cantik walaupun sudah kucel akibat liputan hari ini. Perlahan, Sadam mendekati Sherina. Mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya, Sherina memalingkan pandangan ke arah belakangnya, ke sumber suara. Ternyata Sadam, sontak keduanya saling bertukar senyum.

"Eh, Dam." Sapa Sherina basa-basi yang di jawab dengan senyum oleh lelaki itu.

"Boleh aku disini?" Tanya Sadam yang diangguki oleh Sherina.

"Gimana liputan hari ini?" Tanya Sadam lagi, mencoba menanyakan bagaimana perasaan gadis itu tentang liputan hari ini. Sherina memandang Sadam dengan mata bulatnya yang berbinar.

"Seru banget, Dam. Makasih ya udah ngajakin aku ngeliput pelepasliaran ini. First time banget nih aku ngeliput kegiatan ginian." Ujar Sherina antusias dengan senyum yang tetap mengembang. Sadam terkekeh melihatnya. Selalu ekspresif, batin Sadam.

"Kamu nggak capek?" Tanya Sadam kemudian. Sherina menggeleng mantap.

"Nggak dong. Aku kan jagoan." Jawab Sherina jumawa sambil mengangkat dagunya sombong. Melihat itu Sadam terlihat gemas pada Sherina lalu mengacak pelan rambut gadis itu.

"Kamu ini, kalau capek bilang. Jagoan juga boleh capek." Ujar Sadam lembut, mengingatkan Sherina bahwa dia tidak pernah bisa membohongi sahabat kecilnya itu. Gadis itu nyengir dengan menampilkan deretan gigi rapinya.

"Aku lupa kalau lagi ngomong sama Sadam Ardiwilaga, sahabat aku yang ga pernah bisa dibohongin. Hehe capek deh, dikittt. Tapiiii, seru kok!" Jawab Sherina dengan jujur kemudian. Sadam mengangguk paham kemudian beralih menatap langit di atasnya.

"Kamu kalau capek, istirahat ya, Neng. Jangan suka bilang oke padahal aslinya nggak oke." Entah mengarah kemana percakapan Sadam ini, namun, Sherina tau Sadam baru saja membuka jalan untuknya mengajak Sadam kembali berbicara serius malam ini.

Sherina menatap Sadam dalam diam, tak ingin menjawab perkataan Sadam barusan. Nanti saja kalau mereka sudah bersantai dan tidak ada lagi kegiatan lain, biar lebih enak ngobrolnya, itu yang ada dipikiran Sherina saat ini.

Sadam mengalihkan pandangannya ke arah Sherina, memperhatikan wajah gadis itu dari samping. Tidak banyak yang berubah dari sahabatnya itu. Mata bulatnya dengan binaran yang tak berubah sejak ia pertama kali mengenal Sherina yang selalu berbinar setiap kali membahas hal yang disukainya. Hidungnya yang mungil, tapi, mancung, pas dengan ukuran wajahnya. Pipi yang konsisten chubby sejak dulu selalu membuat lelaki itu gemas. Bentuk bibir yang indah, membuatnya terlihat semakin manis. Di mata Sadam, tidak ada yang berubah dari Sherina sejak mereka pertama bertemu 15 tahun yang lalu, hanya mungkin badannya yang semakin tinggi. Dan dia harus akui, sekarang Sherina tumbuh dengan baik menjadi seorang gadis cantik yang tidak lagi tomboy melainkan sudah agak feminin. Mengenang hal itu membuat Sadam terkekeh pelan. Sherina merasa penasaran apa yang membuat Sadam terkekeh, kemudian dia menghadap Sadam, dan netra keduanya bertemu.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang