Chapter 15

301 36 16
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.20 WIB saat mobil yang dikendarai oleh Sadam berhenti di pelataran sebuah wisma yang terbuat dari kayu jati dilapisi dengan cat berwarna cokelat yang menambah kesan menyatu dengan alam. Wisma itu dikelilingi oleh hutan yang akan membawa Sherina ke petualangan baru yang telah menantinya di depan sana.

"Neng, bangun. Udah sampai." Ujar Sadam sambil menggoyang bahu Sherina pelan, tak ingin mengejutkan gadis itu. Sedangkan Aryo sudah dari tadi terbangun karna merasakan mobil yang ditumpanginya berhenti bergerak.

"Enggghh..." Sherina melenguh kecil menggeliatkan badan, lalu, mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Sadam melepas seat belt nya lalu kemudian turun dari mobil meninggalkan Sherina yang masih mengumpulkan kesadarannya dan Aryo yang masih mengemasi barang bawaannya untuk dibawa turun.

"Yo, kita udah sampai ya?" Tanya Sherina setengah sadar sambil melongok ke arah Aryo di kursi belakang. Lelaki itu mengangguk sambil siap-siap menggendong ranselnya.

"Yaudah, yuk turun, Sher. Istirahatnya di dalam aja." Titah Aryo sesaat sebelum dia membuka pintu mobil dan turun dari benda beroda empat tersebut.

Sherina masih setengah sadar saat mengangguk mengiyakan perkataan Aryo. Kini tinggal gadis itu sendiri di dalam mobil, Sadam dan Aryo sudah duluan masuk ke dalam wisma untuk menaruh barang bawaan keduanya.

Lima menit kemudian, setelah kesadarannya terkumpul, Sherina memutuskan untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam wisma yang terlihat sepi dari luar itu. Penerangan di dalam wisma sudah cukup memadai untuk sekadar tempat tinggal di tengah hutan begini. Lampu neon berwarna kuning menerangi setiap sudut teras wisma dan semakin ke dalam terdapat ruang tengah yang diterangi oleh lampu LED berwarna putih cerah yang mampu membuat mata Sherina menangkap semua benda yang ada di dalam ruangan tersebut. Di sekeliling wisma terdapat jendela-jendela besar yang ketika siang mampu memberikan penerangan alami dari matahari dan ketika malam mampu menyampaikan udara dingin dari luar yang menusuk memenuhi ruang tengah wisma. Seperti saat ini, Sherina mulai merasakan hawa dingin menusuk tulangnya.

Sambil memeluk dirinya sendiri bermaksud menghangatkan badannya, dia berjalan berkeliling ruangan memperhatikan semua interior ruangan itu. Matanya tertuju pada Mading yang tertempel di dinding di depannya. Matanya fokus menelusuri setiap tempelan di Mading tersebut, hingga matanya fokus di satu artikel yang menampilkan anak perempuan seumuran kelas 5 SD, yang berfoto di samping box setinggi pundaknya dengan senyum yang merekah di bibirnya.

"Cerita Sindai, Gadis Kecil Penyelamat Orangutan"

Begitu kurang lebih judul artikel yang mampu membuat Sherina penasaran kemudian membaca penjelasan yang berada di sebelahnya.

"Itu Sindai, Neng. Anak lokal Tumbang Kaman." Tiba-tiba Sadam datang dari belakang Sherina, memberitahu gadis itu bahwa anak perempuan yang ada di artikel itu adalah Sindai. Tumbang Kaman sendiri adalah nama desa yang mereka pijaki sekarang sekaligus tempat didirikannya wisma OUKAL.

Sherina terlihat terkejut mendapati keberadaan Sadam di belakangnya. Sadam menatapnya dengan senyum manisnya, yang membuat detakan jantung gadis itu tidak beraturan lagi. Dengan kikuk, Sherina membalas senyuman Sadam, setelah itu dia berusaha untuk menormalkan detak jantungnya agar tidak terlalu kentara di depan Sadam.

"Bapaknya Sindai juga salah seorang pekerja di OUKAL. Jadi, dia sering sekali bermain-main di sekitar wisma ini. Anaknya kayak kamu waktu kecil dulu." Ujar Sadam melanjutkan kalimatnya tentang Sindai. Kalimat akhirnya membuat Sherina menatap Sadam dengan tatapan bertanya, kayak aku dulu, maksudnya? Sadam seolah dapat membaca pikiran Sherina, lalu tersenyum sebelum melanjutkan kalimatnya.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang