Chapter 23

262 36 49
                                    

Malam ini angin berhembus agak kencang, memberikan efek sejuk bagi setiap orang yang merasakannya. Tak terkecuali bagi Sherina, gadis itu terlihat sedang duduk diam sambil memainkan ponselnya di ruang tengah. Entah mungkin karna efek hujan yang baru reda sekitar pukul setengah enam sore tadi, kini sekeliling wisma terasa begitu sepi, yang biasanya masih ada beberapa orang warga lokal yang lalu lalang di jalanan depan, tapi malam ini tidak ada sama sekali. Seakan semua orang mengunci diri di dalam rumah, berlindung dari gelap malam yang bisa saja menelan mereka.

Namun, tidak dengan Aryo, kameramen Sherina yang satu itu masih belum pulang ke wisma. Pukul setengah tujuh malam dan di luar masih berangin, tapi, lelaki itu belum juga memunculkan batang hidungnya di wisma. Sherina mulai khawatir. Segera ia mengalihkan layar ponselnya dari laman sosial medianya menuju ke roomchat-nya dengan Aryo.

"Yo, lo dimana?" Pertanyaan langsung tanpa basa-basi memang sudah lumrah terjadi diantara dirinya dan Aryo.

Saat pesannya telah terkirim, Sherina mengalihkan kembali layar ponsel dari roomchat ke sosial medianya sembari menunggu balasan dari Aryo.

Tak lama, ponselnya bergetar, menampilkan notifikasi dari atas layarnya, ternyata balasan dari Aryo.

"Ini masih di jalan, Sher. Gue sempet nyasar tadi sampe ke kampung sebelah. Untung ada bapak-bapak warga desa ini yang tau wisma OUKAL dan mau nganter gue pulang kesana naik motornya." Balasan Aryo berhasil membuat Sherina menggelengkan kepala tak percaya dengan hal ajaib lainnya yang diperbuat oleh Aryo. Walaupun begitu ia khawatir dengan kameramennya itu, segeralah ia mengetikkan balasan untuk Aryo.

"Lo ada-ada aja sih, Yo. Mainnya jauh banget. Jadi, lo sekarang dianter sama si Bapak? Yakin ga mau gue bilangin Sadam aja buat jemput?" Sherina menawarkan kepada Aryo untuk Sadam menjemput dirinya.

Kali ini, setelah pesannya terkirim, Sherina tidak langsung keluar dari roomchat mereka, ia memutuskan untuk menunggu balasan Aryo, karna ia tau lelaki itu sudah langsung membacanya dan akan segera mengetikkan balasan untuknya. Dan benar saja, sepersekian detik kemudian muncul pesan baru di bagian paling bawah, setelah pesan darinya.

"Iya, gue udah aman kok bareng sama Bapaknya. Nanti juga gue bakal langsung ke wisma. Lo tenang aja, ga usah bilangin Sadam buat jemput gue. Gue udah tanya ke Bapaknya kalau kita sekitar sejam lagi sampai wisma." Membaca itu Sherina menggelengkan kepala kembali.

"Sejam itu lama Aryooo." Ketiknya singkat.

"Itu juga gue tau, Sher. Udah ah, gue mau ajakin si Bapak ngobrol biar kaga ngantuk trus ngejuglak ini motor karna nabrak bapang tohon." Balas Aryo yang membuat Sherina mengerutkan keningnya, merasa agak asing dengan ungkapan bapang tohon.

"Bapang tohon apaan, Yo? Bahasa lokal untuk?" Tanya Sherina polos yang ternyata membuat Aryo yang masih berada di tengah hutan bersama si Bapak terkekeh pelan dan sialnya itu di dengar oleh si Bapak.

"Mas, kok ketawa? Nggak kesambet kan?" Tanya si Bapak agak bergidik ngeri karna Aryo yang awalnya diam tiba-tiba terkekeh. Mendengar itu Aryo menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bagaimana ia menjelaskannya ya?

"Oh, ini saya lagi bales pesan temen saya, Pak. Tadi ada yang lucu soalnya, makanya ketawa." Balas Aryo sesopan mungkin.

"Oohh, saya kirain kesambet kuntilanak, Mas. Haha." Si Bapak menjawab dengan gurauan yang membuat Aryo bergidik ngeri sambil melihat sekeliling yang gelap dan jauh dari rumah warga.

"Emang disini ada kuntilanak, Pak?" Tanya Aryo polos. Si Bapak terlihat berdehem panjang, memikirkan apakah ada makhluk halus berjenis kuntilanak disana atau tidak.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang