"Kenangan hanya untuk dikenang, bukan untuk menahan kita di masa lalu", setidaknya itu yang dikatakan oleh seorang profesor asal Korea, Professor Lee In ah. -dikutip dari akun X @/tang_kira-
Hippocampus, adalah bagian kecil di otak yang berperan penting dalam mengingat informasi baru dan menghubungkan emosi ke dalam ingatan tersebut. Jika hippocampus rusak, maka akan terjadi gangguan dalam pembentukan memori.
Hippocampus dapat menyimpan banyak memori, ratusan? Ribuan? Atau bahkan milyaran memori? Tidak ada yang tau pasti berapa kapasitas penyimpanannya, tapi, yang pasti ia bisa menyimpan banyak memori baik dan buruk yang memiliki output berupa kenangan, yang menghasilkan outcome, yaitu, sifat dan karakter seseorang saat ini.
Tidak tahu seberapa banyak kenangan yang tersimpan baik di hippocampus milik Sadam. Beberapa masih sangat jelas dan jernih diingatan, dan beberapa lainnya hanya bisa diingat kembali ketika dipicu oleh sesuatu hal. Bukan, bukan berarti ingatannya hilang, hanya terpendam oleh ingatan-ingatan lain yang lebih 'menggores' untuk diingat. Sebagian besar orang hanya bisa mengingat dengan sangat amat jernih sebuah kenangan yang memiliki arti yang sangat dalam baginya. Dapat berupa arti yang baik, pun yang buruk.
Persahabatan yang sudah terjalin sejak usia belia olehnya dan Sherina. Permusuhan yang terjadi sebelum mereka memutuskan untuk berdamai dan menjadi sahabat hingga saat ini --soon to be his wife btw--. Kenangan ketika ia diculik dan diselamatkan oleh Sherina. Hari dimana ia kehilangan papi untuk selamanya. Saat ia memutuskan untuk meninggalkan Sherina tanpa penjelasan sedikitpun. Pertemuan pertamanya kembali dengan Sherina. Dan seluruh emosi yang ia rasakan setelah juga sebelum perjumpaan kembali dengan gadis itu masih sangat jernih dalam ingatannya. Ini masih sebagian kecil dari keseluruhan ingatan yang tersimpan rapi di hippocampus nya. Dan bisa dilihat, dari sebagian kecilnya saja, sudah berapa kali nama Sherina muncul dan turut andil dalam menciptakan memori-memori baru dengannya? Lelaki itu tersenyum mengingatnya, sungguh benar ia sangat mengagumi gadis cantik favoritnya itu.
Ia lalu menggulir foto demi foto yang sedang ia lihat sejak tadi, inilah caranya untuk kembali mengenang memori tentang bagaimana foto itu bisa terbentuk. Ia senang mengabadikan semuanya lewat foto, setidaknya, sekalipun tak bernyawa dan tak bergerak, itulah salah satu cara ia untuk membekukan sebuah memori. Karna, ia paham betul otak kita tidak bisa mengingat hal itu semua secara bersamaan tanpa 'pemantik'.
Saat ini, ia sedang berada di apartemen gadisnya, Sherina. Ditemani dengan secangkir kopi panas, ia duduk di balkon apartemen gadis itu, sembari melihat pemandangan hectic nya jalanan ibu kota di bawah sana.
"Heii, Yayangg... Kamu lagi liat apa?" Tanya Sherina yang tiba-tiba muncul dari arah belakangnya dan menepuk pundaknya pelan. Ia berjengit sesaat, agak terkejut, tapi, seketika ia tersenyum ketika melihat wajah lelah gadisnya sudah berganti dengan wajah fresh selesai mandinya. Ia menepuk punggung tangan Sherina yang masih betah bertengger dipundak kanannya, "Lagi liatin kamu." Ucapnya dengan senyum lebar.
Sherina mencibir, "Halah, bohong kamu, orang aku baru selesai mandi kok. Apa kamu ngintip aku?" Seketika raut wajah santai gadis itu berubah menjadi was-was sambil menyilangkan tangan di dada, membuat Sadam tergelak lalu menggeleng.
"Astagaa, pikirannya ih, Neng. Aku liatin foto kamu dari ponselku ini lho." Ia menunjukkan sekilas layar ponselnya yang masih menampilkan gambar seorang gadis cantik ke arah Sherina.
Dengan senyum malunya Sherina lalu menepuk sekali lagi pundak Sadam, "Oh itu, bilang dong. Kamu juga ga bilang dari tadi liatin aku dari mana. Kan aku jadi mikir macem-macem." Ujarnya sembari mendudukkan dirinya di kursi yang berada di sebelah Sadam.
Kini giliran lelaki itu mencibir, "Iya deh, aku yang salah. Mana pernah aku menang kalo lawan debatnya kamu."
Mendengar itu, Sherina tergelak lalu menatap remeh Sadam, "Heh... Ya jelas begitu dong. Dari dulu yang terbukti jagoan itu aku, bukan kamu. Anak mami." Dua kata terakhir disebutkan dengan nada ditekan, membuat ego masa kecil Sadam kembali mencuat, ia berbalik mencibir gadis itu, "Aku tuh dari dulu yang ngalah aja sama kamu. Sebenernya mah kalo aku mau, aku bisa menang. Tapi, aku kasihan, nanti kamu malu sama plaster-plaster yang nempel di badan kamu itu, jadi, yaudah, aku biarin kamu aja yang menang, walaupun jadi aku yang akhirnya dicengin anak mami." Balasan Sadam sontak membuat gadis itu tak berterima, ia lalu menatap geram lelaki itu, sedang yang ditatap, hanya menampilkan wajah tanpa dosanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...