Di ruangan berukuran sedang itu terlihat seorang gadis dan seorang pria sedang duduk manis berhadap-hadapan terlihat sedang menunggu sesuatu.
"Masih lama ya datengnya?" Tanya sang gadis.
"Masih ini kata drivernya lagi macet. Kamu laper banget?" Pria tersebut ikut bertanya.
"Sebenernya sih udah laper banget, tapi, gapapa deh kalau macet. Lagian ini juga ibukota, wajarlah jam segini masih macet." Ujar gadis itu lagi sambil melirik ke arah jam dinding yang menggantung di ruangan itu. Benda tersebut menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit.Sesampainya di Jakarta pukul enam sore tadi, sepasang anak manusia yang ternyata adalah Sadam dan Sherina itu langsung menuju ke apartemen untuk segera beristirahat disana, tidak terpikir untuk mencari makan malam lebih dulu. Oleh karenanya, sejam yang lalu mereka memutuskan untuk memesan makanan siap saji yang kenyataannya hingga sekarang belum tiba juga.
"Eh drivernya udah di lobby, aku turun dulu ya." Pucuk dicinta ulam pun tiba, seperti memiliki telepati dengan drivernya, Sherina tidak perlu menunggu lebih lama lagi karna pesanannya sudah tiba di lobby saat ini.
Sherina mengangguk sebagai jawaban untuk kalimat Sadam barusan. Kemudian lelaki itu bergegas turun dan meninggalkan Sherina yang sedang memainkan ponselnya di ruang tengah itu.
Selang beberapa detik setelah pintu ditutup oleh Sadam, Sherina mendapatkan telepon dari Aryo. Sontak ia mengernyitkan dahinya heran, tumben makhluk itu menelpon jam segini, namun, walaupun begitu ia tetap mengangkatnya dan terdengarlah seruan dari seberang sana yang membuat telinganya agak pengang, "SHERRRR!!!!" Reflek ia menjauhkan ponsel dari telinganya agar tetap baik-baik saja.
"Apaan!! Kok teriak?!" Tanya Sherina tanpa sadar ikut teriak juga.
"Lo juga teriak ege!!" Seru Aryo.
"Oh iya..." Polos Sherina mengangguk-anggukan kepalanya dan lantas mengecilkan volume suaranya.
"Jadi, kenapa? Tumben lo nelpon jam segini?" Tanya Sherina setelah suaranya normal.
"Tolongin gue!! Di apart lagi ada roh jahat ngehalangin depan pintu. Gue ga bisa masuk, takut jadi katak." Ia meminta tolong namun tetap dengan seruan yang tidak masuk akal darinya yang membuat Sherina memutar bola mata jengah.
"Lo bisa pelanin dulu ga suaranya? Telinga gue nih berdenging denger suara cempreng lo itu." Ujar Sherina yang diangguki oleh Aryo dari seberang sana, seolah gadis itu bisa melihatnya sekarang.
"Oke, sorry. Gue ga bisa masuk ke apart ini. Dari tadi dia ada disana nungguin gue." Jelas Aryo kini dengan suara normalnya.
"Dia siapa?" Lagi-lagi Aryo membuat Sherina bingung.
"Mantan gue, Sherinaaa. Dia dateng ngamuk-ngamuk, ga terima kalau gue lagi deket sama cewek lain. Padahal dia yang dulu mutusin gue demi cowok lain yang punya turbo. Aduh, ini gimana dong... Bantuin gue plisss..." Mohonnya diakhir kalimat yang membuat Sherina terkekeh geli.
"Jadi, dia liat status lo yang itu?" Tanya Sherina mengingat kembali soal status yang Aryo bagikan di media sosial kemarin.
"Iyaaa itu, dia ga terima. Aneh banget. Perasaan gue dulu waktu diselengkehin kaga ngamuk kayak begini deh, kok dia malah ngamuk? Gue sama dia udah putus jugaan." Gerutunya lagi yang membuat Sherina menghela nafas pelan, "Iya, lo ga ngamuk, tapi, nangis. Kan?" Telak. Ia sudah memegang kartu lelaki itu, membuatnya tak lagi berkelit.
"Y-yaa, ya, itu kan reaksi alamiah kalau sakit hati, Sher. Lu mah ah, kaga bisa emang diiyain dulu? Gue lagi serius ini..." Gregetnya yang dibalas dengan anggukan oleh Sherina, "Oke. Jadi, lo ngadu ke gue mau ngapain?" Tanyanya to the point, karna Sadam sudah datang dengan makanan di tangannya dan tatapan heran yang ditujukan untuknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...