Kicauan burung pagi ini menyambut Sherina yang baru saja selesai mengemas barang bawaannya untuk liputan nanti. Pukul 06.00 WIB gadis itu sudah selesai mandi dan memakai riasan tipis, khas seorang Sherina M. Darmawan. Kini dia sedang berada di kamar masih berkutat dengan beberapa bawaan yang masih tergeletak asal di atas kasurnya, dia berniat membereskan semuanya sebelum pergi untuk liputan hari ini.
Tok, tok, tok.
Terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar. Sherina yang masih sibuk membereskan bawaannya seketika menghentikan kegiatannya lalu beranjak membuka pintu, bermaksud untuk membukanya.
"Iya, si---" kalimat Sherina terpotong ketika melihat siapa yang kini ada dihadapannya.
"E-eh, kamu Dam." Ya, Sadam, lelaki itu yang ada di hadapan Sherina saat ini, sedang tersenyum dan menatap Sherina dengan tatapan teduhnya. Hal itu membuat Sherina merutuki dirinya yang tiba-tiba kikuk di hadapan Sadam.
"Kok kaget gitu, Neng?" Tanya Sadam seolah menghiraukan ucapan Sherina yang terdengar terbata itu. Sherina menggaruk kepalanya bingung mau menjawab apa.
"Nggak, nggak apa-apa." Singkat, tapi Sadam mampu merasakan Sherina saat ini sedang tidak nyaman bertemu dengannya. Entah karna apa, yang pasti ada satu alasan yang terlintas di benak lelaki itu saat ini.
"Kamu kikuk gitu karna tadi malem ya?" Tanya Sadam yang sontak membuat Sherina membulatkan matanya tak percaya Sadam dengan santainya membahas hal itu lagi padanya yang jelas-jelas sedang menghindari percakapan tentang itu.
"Kamu marah?" Tanya Sadam lagi pada Sherina yang masih melongo tak percaya pada pertanyaan yang dilontarkan Sadam. Apa-apaan ini Bapak Sadam. Lo mending diem deh, batin Sherina.
Karna tak ada jawaban, Sadam berujar lagi pada Sherina.
"Kalau kamu marah soal kemarin, aku minta maaf ya, aku kan cuma ngikutin kamu yang langsung nyo---" Kali ini pertanyaan Sadam memang berhasil membuat Sherina menjawabnya, tapi, sebelum lelaki itu menyelesaikan omongannya.
"Sadammmm!!! Kata aku kamu mending diem aja deh." Pekikan tertahan dari Sherina, itu yang didapat oleh Sadam pagi ini. Sadam yang mendengarnya kemudian terkekeh geli, tak percaya bahwa kalimat terakhirnya mampu membuat Sherina bereaksi seperti itu.
Kini pipi gadis itu terlihat memerah, rasa panas mengalir di seluruh tubuhnya, dan detak jantungnya tak bisa terkontrol lagi. Dalam hati ia tak hentinya merutuki Sadam yang terus membahas itu.
"Iya, Neng, iya. Aku diem." Jawab Sadam pasrah daripada nanti Sherina jadi tak nyaman berdekatan dengannya saat liputan pelepasliaran berlangsung.
Setelah berujar demikian, Sadam kemudian mencoba mengalihkan pembicaraan dan pikiran Sherina dari pembahasan mereka barusan. Biar Neng-nya ga kikuk lagi.
"Sarapannya udah siap ya, Neng. Nanti kalau mau sarapan langsung ke dapur aja, udah disiapin semuanya di atas meja." Ujar Sadam kemudian pada Sherina. Sedangkan gadis itu masih tak berani menatap mata Sadam dan hanya menjawab dengan anggukan singkat. Namun, bukannya kesal karna hanya ditanggapi dengan anggukan, Sadam malah terkekeh melihat tingkah Sherina yang kikuk itu, kemudian dengan gemas dia menepuk pundak kepala Sherina dan pamit pada gadis itu.
"Yaudah, kamu nanti sarapan ya, Neng. Aku lanjut siapin semua peralatan untuk pelepasliaran nanti." Sopankah begitu Bapak Sadam? Yang satu belum beres, udah ditambah lagi, batin Sherina yang saat ini sedang mematung akibat mendapat puk-puk tiba-tiba dari Sadam.
Kemudian Sadam berlalu dari hadapan Sherina dan gadis itu langsung menutup pintu kamarnya agak keras. Tak mampu menyembunyikan detak jantungnya yang hampir lepas dari tempatnya itu. Setelah itu Sherina melangkahkan kaki ke kasurnya untuk lanjut membereskan barang-barang yang tadi sempat terhenti karna Sadam. Dalam hati berharap dengan cara ini bisa mendistraksi degupan jantungnya yang masih terasa kencangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...