Chapter 21

265 40 44
                                    

Pukul sepuluh kurang lima belas pagi, Sadam sudah tiba di wisma. Saat mendengar suara motor mendekat, Sherina yang sedang bersantai di ruang tengah sambil memainkan ponselnya buru-buru memasuki kamar. Masih enggan bertemu dengan lelaki itu.

"Neng..." panggil Sadam dari pintu masuk sambil melepas sepatu dan kaos kakinya. Namun, karna tak ada sahutan, Sadam memutuskan untuk masuk ke dalam untuk mencari sosok yang ingin dia temui.

"Neng... Kamu dimana?" tanya Sadam lagi, namun, masih sama seperti sebelumnya, tidak ada sahutan.

Sadam akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Sherina setelah mengecek ke dapur dan sekeliling wisma.

Tok, tok, tok...

Lima detik, sepuluh detik, dua puluh detik, satu menit, Sadam menunggu jawaban dari balik pintu tersebut namun, nihil, seperti tidak ada kehidupan di dalam sana. Sadam jadi khawatir dengan keadaan Sherina yang tidak menyahutinya sejak tadi, akhirnya dia memutuskan untuk menggerakkan knop pintu dan membukanya perlahan.

"Nengg..." ujar Sadam pelan sambil mengedarkan pandangannya ke dalam ruangan berukuran sedang tersebut.

Tak lama, netranya terpaku pada sosok yang sedang menutup dirinya sepenuhnya dengan selimut di kasur. Segera Sadam berlari ke arah tempat tidur Sherina, lelaki itu panik, takut Sherina kenapa-kenapa.

"Nengg, kamu kenapa? Sakit?" tanya Sadam saat sudah mendudukkan diri di sisi ranjang Sherina. Namun, gadis itu tetap tak bergeming di dalam selimut. Tidak ingin menampakkan wajahnya pada Sadam kali ini.

"Nenggg... Kamu kenapa?" desak Sadam dan mencoba untuk menarik selimut yang menutupi wajah Sherina, namun, ditahan oleh gadis itu.

"Nenggg, kenapa ga di buka selimutnyaa." rengek Sadam sambil terus berusaha membuka selimut di bagian wajah Sherina. Di dalam selimut Sherina sedang merutuki dirinya habis-habisan, kenapa bisa sampai lupa mengunci pintu kamarnya.

"Sher, bisa buka dulu nggak selimutnya?" oke, kali ini Sherina membuka selimut yang menutupi wajahnya.

Entah kenapa, bagi Sherina ketika Sadam memanggilnya dengan sebutan 'Neng' dan 'Sher' itu rasanya beda. Neng terdengar lembut, sedangkan Sher terdengar tegas. Makanya Sherina memilih untuk mengikuti perkataan Sadam, dari pada harus mengundang amarah dari sang Program Manager OUKAL.

Kini Sherina sudah membuka selimutnya setengah badan, menampilkan wajahnya yang sudah memerah akibat menahan pengap dari dalam selimut tersebut. Sedangkan Sadam beralih menatap Sherina dengan tatapan menelisik ke wajah Sherina yang membuat sang empunya wajah memalingkan pandangan, tak ingin menatap Sadam lantaran masih merasa malu akibat kejadian tadi malam.

"Kamu kenapa dari tadi ga sahutin aku?" Sadam mulai menginterogasi Sherina dengan nada tegasnya yang mampu membuat Sherina agak ngeri mendengarnya.

"Tadi aku ketiduran, Dam." Sherina beralasan ketiduran pada Sadam padahal dia baru saja dari ruang tengah ketika Sadam tiba.

"Kamu sakit?" Sadam menatap Sherina intens, lalu, menempelkan punggung tangannya di jidat gadis itu, mencoba merasakan apakah tubuhnya panas atau tidak.

Sherina mematung, dia benci setiap kali kulitnya bersentuhan dengan Sadam karna akan membuatnya mematung dan membisu. Sadam masih saja mengecek suhu Sherina dengan bergantian merasakan suhunya sendiri, lalu, bergumam.

"Nggak panas kok, tapi kenapa wajahnya merah?" gumaman Sadam rupanya terdengar oleh Sherina yang membuat gadis itu menahan tawanya melihat Sadam bertanya sepolos itu.

"Kamu rasain apa, Neng? Pusing? Mual? Ga enak badan?" rentetan pertanyaan Sadam akhirnya membuat Sherina mengerucutkan bibirnya kesal.

"Dam, aku cuma pengen tidur aja, bukan hamil." sahut Sherina sambil memutar bola matanya jengah.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang