"Kamu belum ngantuk, Neng?" Tanya Sadam setelah Aryo berlalu dari hadapan mereka. Sherina menatap Sadam kemudian tersenyum dan menggeleng.
"Masih belum, Dam. Sayang banget ini pemandangannya kalau nggak dinikmati." Ujar Sherina pada Sadam yang dibalas dengan kekehan oleh lelaki itu.
"Kamu kalau ngantuk gapapa banget lho tidur duluan, Neng. Jangan ditahan-tahan itu ngantuknya. Masih ada besok malam buat nikmati pemandangannya lagi kan?" Ujar Sadam membuat Sherina tersenyum lalu menggeleng lagi.
"Nggak kok, Dam. Masih belum ngantuk, beneran." Balas Sherina meyakinkan Sadam bahwa dirinya memang benar-benar tidak mengantuk.
"Yaudah, oke. Nanti kalau ngantuk, kasih tau aja ya. Jangan ditahan-tahan." Sadam memperingati Sherina untuk tidak usah sungkan memberitahu padanya jika nanti dia mau tidur duluan, yang lalu diangguki oleh gadis itu.
"Kamu ga tidur juga, Dam?" Tanya Sherina berbalik pada Sadam. Lelaki itu menggeleng menatap Sherina.
"Masih mau nikmati pemandangannya juga, Neng." Jawab Sadam yang dihadiahi dengan kekehan kecil dari Sherina.
"Kamu ngikutin aku ya? Tapi, kan kamu udah sering liat pemandangan ginian, pasti udah puas dong." Ujar Sherina dengan senyum yang masih tersisa di bibirnya. Sadam memalingkan wajahnya ke depan dan berkata pada Sherina.
"Pemandangan di samping aku maksudnya. Udah lama banget ga ngeliatin anak gadis ini." Jawaban Sadam sontak membuat semburat merah di pipi Sherina. Semburat yang menghasilkan rasa panas di sekujur badannya. Efek dari perkataan Sadam sangat gila untuk gadis itu.
Kemudian Sherina menoyor pundak Sadam pelan.
"Ah kamu gombal." Ujar Sherina sambil memalingkan wajahnya saat melihat Sadam hendak menatapnya.
"Kok gombal sih, Neng? Serius ini." Jawab Sadam lembut yang membuat Sherina semakin tidak tau mau bertingkah bagaimana.
Sadam terkekeh melihat respon Sherina yang sangat membuatnya gemas itu. Kemudian jari-jari tangan lelaki itu merambat menelusup ke sela jari tangan Sherina yang sedang berada di pegangan kursi saat ini. Ukuran jari Sherina sangat pas untuk melengkapi sela-sela jarinya yang lebar. Gadis itu sontak menghadap ke arah Sadam dikarenakan kaget dengan perlakuan yang tiba-tiba itu, lalu, menarik tangannya pelan dari genggaman Sadam. Namun, seolah tak membiarkannya lepas, genggaman lelaki itu semakin dieratkan.
"Jangan dilepas. Biarin gini aja dulu ya, Neng. Dinginn." Ujar Sadam sambil mengelus jempol Sherina lembut. Gadis itu hanya mengangguk kaku, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya yang masih belum bisa mencerna kejadian ini.
Agak lama keheningan melanda keduanya. Masih dengan tangan yang tertaut satu sama lain, baik Sadam dan Sherina, terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing. Sherina sudah tidak lagi merasa kaku, malah sudah merasa sangat nyaman dengan tautan tangan mereka. Perlahan Sadam melepas tautannya. Dapat dirasakan oleh lelaki itu, Sherina terperanjat dari duduknya beralih menatap Sadam dengan tatapan bertanya. Sadam terkekeh melihat reaksi Sherina yang lucu itu. Tadi aja mau dilepas, sekarang kok kaget, Sher?
"Kok?" Tanya Sherina sambil mengangkat tangannya mengisyaratkan pada Sadam bahwa dia bertanya soal tautan yang terlepas.
"Takut kamu nggak nyaman, Neng." Ujar Sadam sambil menatap Sherina lembut. Gadis itu menggeleng kepada Sadam.
"Nggak kok, aku tadi cuma kaget aja sama perlakuan kamu yang tiba-tiba itu. Makanya reflek narik tangan aku." Jelas Sherina seakan memberi sinyal pada Sadam untuk menautkan kembali jemari mereka. Sadam terkekeh mendengarnya, kemudian mengelus puncak kepala Sherina pelan.
"Kamu jelasinnya udah kayak itu hal yang harus banget dijelasin, Neng. Padahal biasa aja." Kata Sadam pada Sherina. Gadis itu terdiam tidak mengerti juga mengapa dia menjelaskan hal itu kepada Sadam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...