Pagi ini Sherina bangun agak terlambat dari biasanya. Mungkin efek dari lelah berkepanjangan akibat seharian di kantor kemarin di tambah dengan perjalanan ke Bandung dan perjumpaan dengan keluarga Sadam yang sungguh menguras habis energinya. Untungnya hari ini dia tidak ada agenda apapun kecuali nanti agak siang kembali ke Jakarta untuk mengejar penerbangan Sadam yang dijadwalkan sekitar pukul tiga sore nanti.
"Pagi, Yah, Bu..." Sapa Sherina saat tiba di dapur untuk mengambil minum dan melihat bahwa Ayah dan Ibu sedang berada disana dengan kegiatan masing-masing. Ibu yang berkutat dengan masakannya dan Ayah yang dengan setia duduk di kursi yang berada disana sambil membaca koran menunggui Ibu selesai bekerja.
Keduanya menoleh bersamaan ke arah suara, menampilkan Sherina yang sedang mengisi air di gelas kosongnya.
"Pagi, Sher. Terlambat ya kita bangunnya. Ibu sama Ayah juga baru bangun ini. Makanya baru masak." Ujar Ibu sambil mengaduk sayur yang hampir matang itu.
Sherina mengangguk pelan, tak menjawab karna sedang meneguk minumannya hingga tandas.
"Iya, Bu. Capek banget kayaknya." Balas Sherina lalu menaruh gelasnya di atas meja dapur dan menghampiri Ibu.
"Hmm... Wangiii... Aku bantu apa, Bu?" Tanya Sherina setelah membaui masakan Ibu.
Ibu tersenyum sambil menggeleng pelan, "Ini udah hampir matang kok sayurnya, Sher. Tapi, tolong ambilin wadah ya untuk tempat sayurnya." Jawab Ibu yang diangguki dengan cepat oleh gadis itu, kemudian ia bergegas mengambil wadah yang berukuran sedang untuk diberikan kepada sang Ibu.
"Aku taruh disini ya, Bu..." Ia meletakkannya di atas meja dekat Ibunya memasak. Ibu mengangguk lalu mengoreksi rasa sayur yang ia buat itu. Sedangkan Sherina mendekat ke arah sang Ayah lalu mengambil tempat di kursi kosong yang berada di samping Ayahnya untuk kemudian ia berbincang dengan lelaki paruh baya itu.
"Ayah tumben ga buat kopi? Biasanya pagi-pagi gini baca korannya ditemenin sama kopi..." Sherina memulai pembicaraan dengan topik kopi.
Ayah menjawab dengan kekehannya, "Ayah lagi belajar hidup sehat, Sher. Kalau biasanya minum kopinya sebelum makan, sekarang Ayah biasain minum kopinya setelah makan." Jawab Ayah sambil menutup koran miliknya dan fokus dengan percakapan antara ia dan anak gadisnya itu.
Sherina mengernyitkan dahinya heran, "Tumben? Ada apa nih tiba-tiba banget belajar hidup sehatnya?" Tanyanya heran.
Ibu yang sejak tadi mendengar percakapan mereka kemudian terkekeh pelan. Ayah pun ikut terkekeh kemudian menunjuk Ibu yang tengah membelakangi mereka dengan bibirnya, lalu, dengan setengah berbisik kepada Sherina Ayah menjelaskan, "Ibu tempo hari marah-marah karna Ayah selalu kenyang setelah minum kopi pagi-pagi. Jadi, seringnya skip sarapan." Dan dengan perasaan tak berdosanya lelaki paruh baya itu mengedikkan bahunya acuh membuat Sherina mendengus kesal kepadanya.
"Pantes Ibu marah, Ayah juga gitu. Udah tau sekarang umurnya ga muda lagi, malah ngeyel masih mau minum kopi sebelum makan. Bagus tu, Bu, marahin aja Ayahnya kalau bandel kayak gitu lagi." Sherina ikut mencecar Ayah dengan segala wejangannya yang membuat Ayah dan Ibu terkekeh mendengarnya.
"Iya, Sher, makanya itu Ibu marah ke Ayah tempo hari. Tapi, malah Ayah kamu tu drama, bilangnya Ibu galak, tapi, tetep diikuti juga omongan Ibu hahaha..." Timpal Ibu kemudian.
"Ya gimana ga diikuti, nanti Ibunya ngambek malah buat masalah makin runyam." Balas Ayah yang membuat keduanya tergelak.
"Sudah, sudah, ini sayurnya udah mateng. Ayah duluan aja ke meja makan sekalian bawa ini piring dan gelasnya juga." Ibu mengakhiri percakapan tentang Ayah dan kopi pagi itu dengan membagi tugas untuk Ayah dan anak gadisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfic/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...