Chapter 6

294 32 4
                                    

Jakarta sore ini terasa lebih hectic dibanding sore kemarin, entah cuma perasaan Sherina saja atau memang Jakarta semakin hari semakin tidak ramah untuk ditinggali. Pemikiran itu muncul begitu saja saat Sherina pulang kantor sore ini, melihat banyaknya mobil yang mengantre untuk mendapatkan giliran melewati lampu merah mampu membuat Sherina menghela nafas kasar di balik kemudinya padahal sebenarnya ini sudah hal lumrah dialami di kota metropolitan seperti Jakarta kan? Dan Sherina harusnya sudah terbiasa dengan keadaan macet-macetan setiap pulang kantor, lalu, kenapa baru sekarang dia merengut? Kenapa tidak dari dulu? Apa ternyata yang sedang hectic adalah pikirannya dan bukan Jakarta? Sepertinya begitu, karna disela-sela segala keriuhan ibukota sore ini Sherina sempat-sempatnya memikirkan percakapannya dengan Aryo tadi pagi.

"Gue Kamis besok udah flight ke Palangkaraya buat persiapan untuk ngeliput pelepasliaran orangutan hari Jumat di OUKAL. Dan setelah pertemuan kemarin dengan Sadam, gue masih belum siap buat ketemu dia lagi apalagi sampai harus satu project bareng." Rengut Sherina sambil menggenggam kemudinya erat dan dengan muka yang cemberut bingung harus bagaimana di situasi seperti ini.

"Apa gue batalin aja ngeliputnya?" Ya, itulah Sherina yang selalu impulsif dan tidak memikirkan risiko ke depannya. Sesaat kemudian dia menggeleng mengusir pemikiran itu dari otaknya.

"Hush, ga boleh gitu, itu namanya ga profesional, lagian Pak Ilyas udah ngizinin juga. Oke, Sherina lo pasti bisa! Lo tinggal berangkat hari Kamis bareng Aryo, Jumat liputan, Sabtu pulang. Istirahatnya di Jakarta aja puas-puasin di hari Minggu. Oke, cuma itu yang harus lo lakuin dan itu ga memerlukan banyak interaksi dengan Sadam. So, it's okay! Right?" terdapat jeda panjang sebelum,

"Harusnya sih oke." Lanjut Sherina pada akhirnya. Ya, awalnya dia menyemangati dirinya namun, kalimat akhirnya melambangkan kepasrahan yang ada dalam dirinya, tapi, hal ini selalu dia lakukan ketika sedang dilanda kebimbangan seperti ini, menyemangati diri sendiri karna Ibu dan Ayah jauh darinya.

"Huh, kangen pelukan Ibu dan nasihatnya juga. Apa gue ambil tawaran dari Pak Ilyas untuk ga masuk besok kali ya? Biar gue pulang jumpa Ayah Ibu trus ke airportnya Kamis pagi dianter sama Ayah Ibu? Kan gue flightnya lepas siang? Ga capek banget dong harusnya." Lanjut Sherina bermonolog.

Ternyata tadi ketika Sherina mengurus izin ke Pak Ilyas untuk liputan hari Jumat di OUKAL, Pak Ilyas sangat antusias dan langsung mengizinkan Sherina untuk pergi hari Kamis, bahkan saking antusiasnya Pak Ilyas mengizinkan Sherina dan Aryo untuk tidak masuk kantor mulai dari hari Selasa, alasannya untuk mempersiapkan stamina Sherina dan Aryo untuk liputan hari Jumat di hutan Kalimantan. Namun, Sherina tidak langsung memberi jawaban untuk tawaran Pak Ilyas kali ini, dia meminta waktu untuk membicarakan hal ini dengan Aryo, dan kalian pasti tau jawaban Aryo apa kan?

♫♫♫

"Sher, gue sayang banget sama lo. Sumpah! Gue bersyukur banget bisa kenal ame lo gue rela deh tandeman sama lo di semua project, lo bawa hoki banget kata gue mah." Ujar Aryo antusias, sedangkan Sherina mendelikkan matanya.

"Mulai deh, Yo. Tinggal jawab mau apa nggak aja musti drama dulu. Lo oke ga? Kalau oke gue langsung kabari Pak Ilyas sekarang juga." Tanya Sherina malas dengan dramanya Aryo.

"Ya oke dong, Sher!" Seru Aryo bersemangat. Sherina mengangguk dan pamit ke Aryo untuk kembali menemui Pak Ilyas di ruangannya saat ini.

"Oke kalau gitu sekarang gue ke ruangannya Pak Ilyas dulu, buat bicarain hal ini ke beliau." Aryo menjawabnya dengan anggukan dan jempol terangkat di udara tanda setuju. Sherina kemudian melengos pergi dari hadapan Aryo.

Sesampainya di depan ruangan Pak Ilyas, Sherina mengetuk pintu sopan dan izin untuk masuk, setelah ada sahutan yang memperbolehkan untuk masuk, Sherina segera membuka pintu dan melangkahkan kaki mendekat ke meja Pak Ilyas, Pak Ilyas yang melihat ternyata Sherina yang menemuinya sontak tersenyum menyambut sang jurnalis andalan Nex TV tersebut.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang