Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu jauh, namun, akibat pemikirannya dan pertanyaan-pertanyaan yang sangat panjang dan banyak di otaknya selama mengemudi jadinya terasa jauh, saat ini dia sedang memarkirkan mobilnya, lalu, bergegas ke meja resepsionis untuk bertanya reservasi atas nama program manager OUKAL.
"Mba, ada reservasi atas nama program manager OUKAL? Janjiannya tadi jam makan siang sih, tapi, harusnya jam segini masih bisa." Tanya Sherina kepada resepsionis sambil melirik jam tangannya yang sudah menandakan pukul 12.30 WIB.
"Bentar ya, Mba, saya cek dulu." Ujar respsionis sambil membuka catatan berisi jadwal reservasi di hari itu.
"Oh, ada, Mba. Di meja nomor 5 ya reservasinya. Di pojok sebelah kanan ya, Mba." Ujar sang resepsionis sambil menunjuk meja yang dimaksud dengan jempolnya, Sherina mengangguk tanda paham, dan berterima kasih pada si Mba resepsionis lalu, melangkahkan kakinya ke meja yang dituju. Dari kejauhan terlihat seorang lelaki sedang duduk membelakanginya, Okay, dari perawakannya kayaknya program manager OUKAL masih muda deh, batin Sherina. Perlahan Sherina menuju meja yang dimaksud, lalu, menyapa lelaki tersebut.
"Em, permisi, Pak, saya ..., Sherina M. Darmawan, jurnalis dari Nex TV." Perkenalan singkat dari Sherina tiba-tiba tercekat di pertengahan setelah melihat siapa di hadapannya kini, namun, dia berusaha profesional dengan tetap melanjutkan kalimatnya walaupun sebenarnya lidahnya kelu dan tulang-tulangnya terasa kehilangan penyangga.
"Hai, Sherina M. Darmawan, lama tak berjumpa." Lelaki tersebut menyapa dan melebarkan tangan pertanda hendak memeluk Sherina, seolah-olah sudah sangat akrab sang program manager OUKAL kemudian membawa Sherina ke dalam pelukannya. Sherina masih mematung tak membalas pelukan tersebut sembari berusaha mencerna arti pelukan ini baginya dan sang program manager OUKAL.
"Aku Sadam Ardiwilaga, program manager-nya OUKAL. Senang bertemu kamu kembali, Sherina." Dengan pelukan yang masih bertaut, sang program manager OUKAL memperkenalkan dirinya dan ternyata, dia adalah Sadam. Lalu, apa yang membuat Sherina sampai tercekat ketika melihat Sadam di hadapannya? Entahlah, ini agak pelik dan butuh waku lama untuk mencernanya. Karna saat ini walaupun pelukannya terlepas, Sherina masih terpaku di hadapan Sadam.
"Eh, duduk dulu, Sher. Oh iya, Aryo mana? Dia kameramenmu kan?" Sadam mencoba ramah dengan bertanya kemana Aryo, walaupun dia juga sedang dilanda kekakuan akibat pertemuan ini. Sebenernya dua anak manusia ini kenapa jadi kaku-kakuan sih? Sherina mengangguk dan menarik kursi untuk tempatnya duduk sebelum menjawab pertanyaan Sadam yang terakhir. Meja tersebut berbentuk bulat dengan 3 kursi, yang satunya untuk Aryo.
"Harusnya tadi Aryo kesini bersama saya, hanya saja ada urusan mendadak, jadinya Aryo agak terlambat sampai kesini." Jawab Sherina sesingkat mungkin, dia tidak mau ada pertanyaan-pertanyaan lain yang akan diajukan Sadam kepadanya. Sadam terlihat mengangguk menanggapi jawaban Sherina. Dan saat ini, keberadaan Aryo sangat dibutuhkan oleh Sherina, duh, Yo, lo bisa datengnya agak cepetan ga sih? Gue gatau mau berbuat apa ini, batin Sherina sembari menatap kursi untuk Aryo.
Setelah percakapan singkat barusan, baik Sadam maupun Sherina sama-sama membisu dengan kegiatan masing-masing. Sherina dengan ponselnya dan Sadam dengan daftar menu yang ada di tangannya saat ini. Minimal kalo ga tau mau ngapain ga usah terlalu klise gitu dong caranya, Mas, Mba.
"Ehm, Sher? Kamu mau pesen apa?" tanya Sadam pada Sherina sambil menyodorkan daftar menu kepada Sherina setelah menentukan menu yang akan dia pesan. Pandangan Sherina yang tadinya fokus ke ponsel kini beralih ke Sadam. Sherina mengangguk dan mengambil daftar menu yang disodorkan Sadam kepadanya, lalu, melihat menu yang sekiranya cocok untuk dia.
"Em, saya pesen Beef Katsu Garlic saja, Pak." Konsistensi Sherina dalam memanggil dirinya sendiri dengan, 'saya' dan Sadam dengan, 'Pak' yang sudah terjadi sejak awal membuat Sadam gagal fokus dan menatap Sherina dengan mengerutkan keningnya, lalu, membuka mulut ingin berbicara pada Sherina, namun, seolah mengetahui gelagat Sadam yang akan mengajaknya berbicara, Sherina buru-buru memanggil pramusaji untuk kemudian memesan makanannya dengan Sadam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...