Tumbang Kaman pagi ini tidak secerah dua hari terakhir. Awan hitam menghalangi pancaran sinar matahari pagi yang biasanya sudah menyambut dibalik rimbunnya dedaunan. Rintik gerimis terlihat membasahi ranting-ranting dan batang pohon sekitar wisma. Hawa dingin menusuk tulang, sampai-sampai membuat Sherina enggan beranjak dari balik selimut tebalnya yang nyaman. Begitupun dengan Aryo, yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Memang cuaca di luar serta suasana wisma yang hening menjadi perpaduan yang sangat pas untuk dinikmati dengan bermalas-malasan.
Namun, hal itu tidak berlaku untuk sang Program Manager OUKAL, Sadam Ardiwilaga. Lelaki itu sudah rapi dengan uniform-nya untuk bekerja pagi ini. Jam menunjukkan pukul setengah enam ketika dia sudah terbangun dari tidurnya dan melaksanakan ritual paginya sebelum bersiap-siap untuk pergi bekerja. Dan sekarang sudah pukul setengah tujuh, yang artinya dia memakan waktu satu jam untuk melakukan ritual paginya plus bersiap-siap untuk bekerja.
Dia saat ini sedang berada di dapur untuk menyeduh kopinya yang akan dimasukkan ke dalam tumbler dan membawanya ke 'sekolah hutan', tempatnya bekerja.
Ceklek...
Terdengar suara pintu terbuka, lalu, suara langkah kaki yang mengarah ke kamar mandi. Setelahnya terdengar pintu kamar mandi tertutup dan suara air dari keran menyala, menandakan seseorang ada didalamnya. Sadam masih saja berkutat dengan kopinya, tak terdistraksi dengan suara apapun.
Tak berselang lama, pintu kamar mandi terdengar dibuka. Terlihat seseorang melangkahkan kaki ke dapur, lalu, berdiri dan menyenderkan badannya di pintu dapur sambil menatap Sadam yang masih belum selesai dengan kopinya. Merasa diperhatikan, Sadam menoleh ke belakang.
"Eh, lo, Yo. Ngapain?" ternyata seseorang itu adalah Aryo. Terlihat rambutnya masih berantakan dan muka bantal khas orang baru bangun tidur. Dengan menguap, ia menjawab pertanyaan Sadam.
"Tadi gue kebangun mau ke toilet. Waktu gue lewat pintu dapur gue ngeliat lo, makanya gue samper. Lo mau kemana pagi-pagi gini udah rapi? Kerja?" tanya Aryo ketika selesai menjawab pertanyaan Sadam. Sadam sedang mnuang kopi ke dalam tumblernya ketika ia mengangguk mengiyakan pertanyaan Aryo.
"Iya, Yo." Jawab Sadam singkat karna sedang fokus pada tumblernya. Aryo mengangguk pelan.
"Lo kalau weekend tetep kerja juga, Dam?" tanya Aryo lagi karna melihat Sadam sudah selesai menuang kopinya ke dalam tumbler.
"Kalau weekend gue emang tetep kerja, Yo, tapi nggak selama jam kerja gue kalau weekdays. Gue cuma mau ngecek orangutan yang ada di sekolah hutan trus ngecek apa ada laporan dari pekerja yang stay disana. Paling sebelum makan siang gue udah pulang ke wisma kok." Sadam menjawab sambil bergerak mengambil kain lap untuk membersihkan meja tempat ia membuat kopinya. Aryo mengikuti pergerakan Sadam dengan matanya, lalu, manggut-manggut.
"Lo jadi keliling desa sini?" tanya Sadam setelah selesai dengan pekerjaannya.
"Jadi, tapi paling jam 9-an lah gue geraknya. Masih males gue mandi, airnya dingin banget, mau lanjut tidur dulu bentar." jawaban Aryo mendapat kekehan dari Sadam yang sekarang sudah mendudukkan diri di kursi meja makan, berniat untuk sarapan sebelum pergi bekerja.
"Ooh, gitu. Okee. Lo nggak sarapan dulu, Yo?" tanya Sadam menawarkan untuk sarapan bareng kepada Aryo. Aryo menggeleng pelan.
"Nggak deh, gue mau minum aja. Sarapannya nyusul, masih berat banget ini mata gue." ujar Aryo sambil melangkahkan kakinya mengambil gelas dari dalam lemari dan mengisinya dengan air dari dispenser di samping Sadam. Sadam mengangguk paham.
"Oh iya, Sher belum bangun, Dam?" tanya Aryo sembari menunggu gelasnya terisi penuh. Sadam menggeleng kemudian melahap roti yang menjadi sarapannya pagi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...