Chapter 31

279 36 20
                                    

Malam ini di apartemen Sherina sangat gelap, tak satupun lampu yang dinyalakan. Dari dalam kamarnya terlihat seorang gadis sedang tertidur pulas di kasurnya. Posisinya jangan ditanya, sudah tidak jelas lagi. Dengkuran halus pun terdengar beraturan keluar dari bibir mungil gadis itu. Mungkin lelahnya dari Kalimantan baru terasa sekarang.

Setibanya di apartemen tadi sekitar pukul setengah tujuh malam, ya, kurang lebih tiga jam akumulasi waktu mereka menunggu di airport dan waktu terkena macet di jalan, Sherina langsung meletakkan koper dan barang bawaannya, melepas sepatunya dan menaruhnya sembarang saja. Ia sudah sangat lelah untuk merapikan semuanya.

"Rebahan bentar deh, berat banget ini badan kalau langsung mandi." Gumamnya sebelum melempar badan ke pulau kapuk miliknya. Badannya mendarat sempurna di atas sana. Yang niat awalnya hanya rebahan, tetapi, karna terlalu capek akhirnya ia ketiduran juga. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, yang berarti ia sudah tertidur kurang lebih satu setengah jam, hingga deringan ponselnya pertanda satu panggilan masuk mengganggu tidurnya dan beralih mengambil benda pipih yang terdapat di nakas samping tempat tidurnya.

Tangannya meraba-raba permukaan nakas dengan mata masih tertutup hingga akhirnya ia menemukannya dan berdecak kesal sebelum melihat nama pemanggil yang tertera di layar.

"Ck, ganggu aja deh." Sherina berdecak kesal, lalu, dengan malasnya ia menyalakan ponselnya dan melihat nama yang tertera disana. Seketika matanya terbelalak, ia langsung segar dan jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya.

Sadam (Yayang) A is calling...

Ternyata Sadam. Sherina buru-buru menekan tombol accept dan terdengar kata,
"Halo, Dy?" Dari Sadam saat telepon telah tersambung.

Mendengar suaranya saja Sherina kikuk, ia langsung mati kutu mengingat pernyataan sayangnya tadi siang kepada lelaki itu di airport, tidak menyangka bahwa status mereka yang awalnya sahabat malah menjadi rumit akibat ungkapan perasaan sayang yang melebihi sahabat itu. Akhirnya ia memberanikan diri untuk menjawab sapaan Sadam setelah menarik nafas dalam.

"Hai, Ga." Suara Sherina yang terdengar serak itu membuat Sadam yang berada di seberang sana mengernyitkan dahinya cemas.

"Dy, kamu kenapa? Sakit? Kok suaranya serak gitu?" Tanya Sadam beruntun dengan nada panik membuat Sherina terkekeh menanggapinya.

"Aku gapapa, Ga. Baru bangun makanya suaranya serak begitu." Sherina berusaha menenangkan Sadam dengan suara yang dibuat seceria mungkin. Namun, bukan Sadam namanya jika langsung percaya dengan omongan gadis itu, ia tau Sherina selalu berbohong akan apa yang dirasakannya.

"Beneran?" Tanya Sadam memastikan sekali lagi. Sherina mengangguk seakan Sadam dapat melihatnya.

"Bener, Aga." Balasan tegas dari Sherina menuai helaan nafas lega dari seberang telepon.

"Kenapa nelpon, Ga?" Tanya Sherina sesaat kemudian pada Sadam.

"Kamu belum ngabarin aku dari tadi kalau kamu lupa." Ujar Sadam mengingatkan Sherina yang sontak langsung menepuk jidatnya pelan dan bergumam,
"Aduh, aku lupa." Yang menuai deheman dari Sadam.

"Hmmm. Lupa kan? Emang aku suka dilupain sih sama kamu." Nada bicara Sadam berubah merajuk membuat Sherina terkekeh kecil, tak menyangka Sadam bisa juga merajuk seperti itu.

"Bukan gitu, Aga. Aku beneran lupa. Tadi niatnya aku ngabarin kamu kalau udah sampai apartemen aja. Tapi, waktu sampai aku malah rebahan, eh taunya ketiduran sampai jam segini. Untung kamu telepon, kalau nggak, aku ga tau mau tidur sampai jam berapa. Mana belum bersih-bersih lagi." Sherina menjelaskan panjang lebar pada Sadam. Lelaki itu manggut-manggut di seberang telepon seakan Sherina dapat melihatnya saat ini.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang