Chapter 4

314 38 15
                                    

Saat ini, ketiganya sedang bersantai menikmati sisa minuman mereka dan melanjutkan perbincangan soal kenapa Sadam mengundang mereka makan siang hari ini.

"Ok, gue mau mulai ngomong, udah bisa kan?" tanya Sadam sembari melihat Sherina dan Aryo secara bergantian. Aryo yang sibuk memperbaiki belt nya beralih fokus ke Sadam.

"Bisa dong, Dam, gue mah udah ampe begah ini perutnya saking kenyangnya. Lanjut, lanjut." Sahut Aryo yang membuat Sadam mengangguk dan beralih pada Sherina.

"Sher, gimana? Kamu udah selesai? Kita bisa lanjut?" pertanyaan Sadam membuat Sherina hanya mengangguk mengiyakan. Sedangkan di sisi lain, Aryo yang sejak tadi mengamati interaksi keduanya mengerutkan kening, ada beberapa pertanyaan di benaknya saat ini yang apabila tidak ditanyakan langsung akan membuatnya kepikiran terus. Ah, bodo lah, sikat brooo.

"Eh, bentar ye bentar, maaf gue interupsi dulu omongan lo, Dam. Gue mau nanya ni, kayaknya kalo gue tahan buat diem pasti gue ga bisa. Boleh kan yak" potong Aryo sebelum Sadam melanjutkan pembahasan mereka. Baik Sadam dan Sherina sama-sama bingung ke arah mana pembicaraan Aryo bermuara, tapi mereka pun sontak mengangguk mempersilakan Aryo untuk bertanya. Aryo yang merasa mendapat lampu hijau pun mulai mengeluarkan semua pertanyaan yang ada di benaknya sejak tadi dia menginjakkan kaki di tempat ini.

"Oke, rada banyak ya pertanyaannya, maaf ibu jurnalis sekarang saya mengambil alih tugas anda untuk menjadi jurnalis dan anda bersama Bapak Sadam adalah narasumber. Hehe." Lelucon yang dilontarkan Aryo membuat suasana yang tadinya tegang kini lumayan melunak, Sadam menanggapinya dengan senyum dan Sherina pun begitu, energinya ia simpan untuk menjawab pertanyaan dari Aryo yang menurut firasatnya akan sangat emosional itu. Aryo kemudian melanjutkan lagi.

"Nah, yang mau gue tanyakan adalah, pertama, lo berdua napa dah kaga ada interaksi sama sekali sejak gue nyampe disini ampe sekarang. Lo, Sher, ngangguk mulu kerja lo, ditanya jawabannya cuma ngangguk, beda banget sama lo yang di kantor sumpah. Ked---" saat hendak melanjutkan kalimatnya, Sherina memotong omongan Aryo dengan nada tidak setuju, lebih ke sewot sih sebenernya. Tuhkan, firasat Sherina benar, ini akan jadi obrolan panjang yang emosional tentunya.

"Apasih, Yo, lo mah sukanya gitu, asumsiin semua sendiri." Sherina menampilkan wajah tidak nyamannya yang membuat Aryo tersenyum, entah apa arti dari senyumnya tapi yang pasti Aryo sudah mengetahui jawabannya sekarang. Sedangkan Sadam? Sejak Aryo mulai berbicara, dia bagian menyimak saja. Memang lelaki itu selalu tau menempatkan emosinya.

"Tuhkan, lo biasanya ga sesensi ini, Sher. Apalagi di depan orang baru dan mungkin bakal jadi calon client, lo selalu professional dan selalu tau dimana lo menempatkan diri. Ini sebenernya ada apa sih diantara kalian berdua? Hah?" semprotan Aryo kali ini membuat Sherina dan Sadam mati kutu, tidak tau mau menjawab apa. Tuhkan, sifat asal bunyi nya Sherina tiba-tiba keluar sendirinya dan jatohnya malah sewot lagi, haduh, Sher, plis be calm, gerutu Sherina di dalam hatinya merutuki kebodohannya yang selalu kalah dengan emosinya. Hingga,

"Ehmm..." deheman Sadam membuat Aryo melihat Sadam dan menaruh jari telunjuknya di bibir, pertanda diam.

"Ssttt, bentar, Dam, gue belum selesai ngomong. Nanti kalo udah semua, gue persilakan lo berdua buat jelasin ke gue sejelas-jelasnya biar kaga gini jadinya." Sadam mengangguk mengiyakan perkataan Aryo. Sherina sejak tadi sudah bersedekap dada, mulai dongkol dengan pembahasan ini. Sebenernya ada apa dengan Sadam dan Sherina? Kenapa Sher sampai seemosional itu ketika ditanyai Aryo soal mereka berdua?

"Selanjutnya, tadi gue sempet notice Sadam nanya ke gue pakenya lo-gue, tapi pas nanyanya ke lo, Sher, Sadam pakenya aku-kamu. Aduh, penggunaan aku-kamu untuk orang dewasa kayak kita di Jakarta ini, bakal buat orang salah paham. Harusnya kalau kalian baru ketemu sekarang, kalian ga mungkin panggilnya pake aku-kamu. Layaknya orang baru dan mungkin soon bakal jadi rekan kerja, harusnya pakai saya-anda dong. Kalian sus banget sumpah." Picingan mata Aryo di kalimat terakhir semakin membuat Sherina dan Sadam tidak tau mau menjawab apa selain menjelaskan sejujurnya pada makhluk ajaib satu ini, ya, ajaib, mana ada orang baru kenal kemarin sore lalu dengan akrabnya mempertanyakan hal pribadi dari orang tersebut dengan mulut tidak ada remnya dan akhlak yang hilang? Ya, Cuma Aryo emang yang bisa begitu😊

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang