Chapter 40

294 25 28
                                    

Setelah pernyataan cinta yang tiba-tiba itu, kini keduanya resmi berpacaran. Tidak ada yang tau akan masa depan 'kan? Siapa sangka dua anak manusia yang dulu memulai hubungan dengn menjadi musuh, kemudian berdamau lalu berteman, lalu menjadi lebih dekat dan menjalin persahabatan, dan berakhir dengan status yang tak pernah ada dibayangan mereka berdua yaitu, menjadi sepasang kekasih. Namun, itulah hidup, kadang se-plot twist itu.

"Neng, kamu bosen ga sih disini terus dari tadi?" Sadam bertanya sambil memelintir rambut gadis yang tengah tidur di pangkuannya saat ini. Sang gadis yang semula sedang termenung sontak mendongak mendapati Sadam sedang menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Nggak sih." Jawabnya singkat disertai dengan gelengan pelan.

"Kok bisa ga bosen?" Tanya Sadam merasa heran, padahal kan weekend begini harusnya dihabiskan dengan refreshing sebelum besok sudah Senin lagi.

"Aku tiap weekend emang cuma di apart doang, males keluar, yang ada malah nguras energi." Jawab Sherina kembali mengalihkan pandangannya dari Sadam. Lelaki itu mengangguk pelan.

"Trus, recharge-nya gimana?" tanya Sadam lagi. Kini Sherina memilih untuk bangkit dari posisi rebahannya untuk kemudian duduk bersila di sisi Sadam.

"Ya recharge-nya ini, rebahan, males-malesan di apart, nonton, atau telepon Ayah Ibu. Pokoknya kalau weekend tuh aku refreshing-nya full di apart deh. Jarang banget keluar, kecuali ada undangan penting seperti yang Bapak Sadam lakukan di beberapa minggu lalu, ya aku tetep hadir, walaupun kesel dikit." Ujar Sherina dengan menyindir Sadam dipertengahan kalimatnya yang membuat lelaki itu terkekeh geli.

"Tapi, kalau kamu nolak undangan makan siang minggu itu, kita mungkin ga bakal ketemu lagi dan ga bakal pacaran kayak sekarang kan?" Tanya Sadam yang membuat Sherina mengangguk walaupun dengan mimik meremehkannya.

"Ya, mungkin." Balasnya singkat.

Sadam menoel hidung mungil gadis itu gemas.

"Gemes anet ciiii..." Baby voice Sadam entah kenapa selalu ingin keluar ketika sedang bersama dengan Sherina, entah karna bersama Sherina ia merasa nyaman sehingga bisa bermanja-manja dengan gadis itu, atau karna ia dan Sherina adalah sahabat kecil jadi ketika sudah berkumpul bersama seperti saat ini jiwa bocil dan inner child nya keluar. Entahlah opsi mana yang tepat, yang pasti ia nyaman bila berdekatan dengan gadis itu.

"Apaan sih toel-toel, kamu hutang cerita ya sama aku, kenapa bisa tiba-tiba udah sampai disini aja." Todong Sherina sambil dengan sigap mengubah posisinya jadi menghadap penuh ke arah Sadam kali ini. Tatapan tajam ia layangkan kepada Sadam yang sedari tadi hanya menatapnya dengan senyuman manisnya. Demi apapun Sadam Ardiwilaga stop natap gue dengan tatapan itu, mana senyumnya manis banget lagi, gue saltinkkk tolonggggggggg, kurang lebih itulah jeritan batin Sherina saat menyadari tatapan dan senyum Sadam untuknya.

"Yaudah, kamu mau tau apa, Neng?" tanya Sadam lembut ikut mengubah posisinya agar sepenuhnya berhadapan dengan Sherina. Lagi-lagi ia menatap Sherina dengan tatapan teduhnya yang dalam dan Sherina tau kalau tatapan Sadam adalah kelemahannya, oleh karena itu ia pura-pura berdehem untuk menetralkan jantungnya yang sudah tidak terkendali lagi detakannya sejak tadi.

"Kamu kenapa bisa sampai disini tanpa ngabarin aku dulu?" Sherina mati-matian berusaha untuk bicara dengan nada sebiasa mungkin, ia tak ingin terlihat grogi dengan tatapan lelaki di hadapannya ini.

Sadam mengangguk-angguk paham, "Kan surprise, Neng, kalau aku ngabarin kamu ya bukan surprise dong namanya." balas Sadam sangat diplomatis.

"Kalau itu aku juga tau, Yayanggg. Cuma kan bukannya semalem kamu susah dihubungi karna lagi riweuh ya di hutan?" Tanya Sherina polos.

Sadam terkekeh pelan, Sherina selain masih ceroboh juga ternyata masih polos, tapi tak apa, ia suka kepolosan gadis itu yang kadang muncul tidak pada tempatnya, walaupun tak bisa ditampik bahwa ia sedikit heran kok bisa modelan begini jadi jurnalis kondangnya Nex TV?

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang