Chapter 53

241 22 17
                                    

Hawa Bandung yang sejuk mulai memenuhi isi mobil yang kacanya dibiarkan terbuka itu. Mami dan teh Alya menatap keluar sambil sesekali berujar, "Wah ini udah berubah ya, ga kayak dulu waktu aku pindah ke Sydney." Atau, "Sekarang udah lumayan padat penduduk ya, Yang, beda sekali dengan waktu Mami pergi ke Sydney." Atau (2), "Yayang ini kok perjalanannya ga berasa tau-tau udah mau nyampe aja?" Atau (3), "Tapi, tetep aja ya udaranya masih seger banget walaupun udah banyak yang berubah." Dan banyak celetukan lainnya yang dibalas dengan senyum oleh Sadam atau dengan, "Ya namanya udah lama, Teh. Pasti ada yang berubah lah, ga mungkin gitu-gitu terus kan?" Dan, "Iya Mi, pembangunan rumah penduduk disini juga termasuk pesat, bahkan waktu Sadam pertama kali pulang lagi kesini sejak dari Sydney waktu itu, rumah-rumah penduduk belum serame ini, Mi. Sadam juga kaget sih pembangunannya termasuk pesat." Dan (2), "Perasaan teteh aja kali, soalnya ini udah hitungannya lumayan lama lho untuk kita yang lewat tol, soalnya aku bawanya juga ga terlalu ngebut. Ini aja kita masih kurang lebih sejam lagi baru nyampe. Mungkin karna teteh kelamaan ga lewat sini makanya bilangnya cepet." Dan (3), "Berarti itu tandanya Bandung ga sepenuhnya berubah, walaupun tata letaknya lumayan berubah dan mulai padat penduduk, tapi hawa nya tetep sama kan dengan yang dulu teteh terakhir kesini? Segar, makanya Sadam suka, sama seperti di Tumbang Kaman. Belum banyak polusi." Setidaknya Sadam berusaha sebisa mungkin untuk menjawab celotehan dan pertanyaan dari Mami dan tetehnya, sesekali dibantu juga oleh Sherina yang matanya masih segar karna ikut excited juga melihat lampu-lampu rumah warga dan baru menyadari bahwa ternyata Bandung sekarang sudah padat penduduknya.

"Qia masih tidur, Teh?" Tanya Sadam sambil melihat ke belakang melalui kaca spion depan mobilnya yang memperlihatkan anggukan dari sang teteh.

"Masih nih, kayaknya capek banget tadi di pesawat belum tidur, asik main game." Balas teh Alya yang membuat Sadam mengangguk pelan, "Yaudah, biarin aja tidur dulu, nanti kalo sampe rumah juga dia belum bangun, biar aku yang angkatin ke kamar ya, Teh, jangan dibangunin, kasian." Ujar Sadam yang ditolak dengan halus oleh teh Alya, tak ingin membuat adiknya itu kerepotan mengingat Qia sudah bukan anak kecil lagi, pasti akan susah untuk Sadam mengangkatnya ke kamar, "Udah, ga usah, Dam, nanti juga bentar lagi bangun ini. Kalau ga bangun juga gapapa biar teteh bangunin. Lagian Qia udah lama kok tidurnya, cukuplah buat ilangin capeknya." Jelas teh Alya sambil tersenyum.

"Yaudah kalau gitu. Teteh ga tidur juga? Masih lumayan ini kalau mau tidur." Ujar Sadam yang dibalas dengan anggukan oleh teh Alya, "Iya nih, teteh juga mau tidur, jetlag kayaknya, taulah perbedaan jam di Sydney dan Indonesia. Yaudah, teteh tidur bentar ya, Dam. Sher, kamu tolong temenin Sadam dulu ya." Balas teh Alya yang diangguki oleh Sadam dan Sherina.

"Iya, Teh, gapapa, biar Sadam aku yang temenin. Mami juga kalo mau tidur, tidur aja ya." Ujar Sherina saat menyadari Mami sedari tadi belum tidur juga, malah asik ngobrol.

"Kamu ndakpapa ditinggal sama Sadam?" Tanya Mami merasa tak enak hati, namun, dibalas dengan senyum dari Sherina sambil menoleh ke kursi belakang dimana Mami berada, "Ya gapapa dong, Mi. Sher tadi juga udah minum kopi, jadi masih seger. Udah, Mami tidur aja ya. Nanti Sher bangunin kalo udah sampai rumah." Balasnya masih dengan senyuman yang dibalas dengan senyuman juga oleh Mami.

"Yasudah kalau begitu, Mami tidur dulu ya." Pamit Mami yang diangguki oleh keduanya.

Beberapa menit setelahnya, masih belum ada interaksi antara Sadam dan Sherina. Keduanya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, Sadam dengan stirnya dan Sherina dengan ponselnya yang sibuk mengabadikan pemandangan dari dalam mobil.

"Kamu ga tidur, Neng? Pasti capek seharian ga ada istirahatnya. Udah kamu tidur aja, biar aku nyetel lagu di radio buat nemenin aku nyetir." Ujar Sadam saat melihat Sherina saat ini sedang asik menekan tombol-tombol di ponselnya.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang