Hari demi hari dilalui oleh Sherina dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah cantiknya. Walaupun ada hal yang mungkin tidak mengenakkan hatinya, tapi, ia punya Sadam sebagai 'tempat sampah' untuk semua keluh kesahnya dan tak jarang ia merasa bersalah dengan Sadam karna harus menerima semua efek dari kelelahannya setiap hari, namun, Sadam adalah lelaki paling pengertian setelah Ayahnya, lelaki itu tak pernah mengeluh malah ia mampu menenangkan segala hal yang mengusik Sherina.
Gadis itu tidak pernah membayangkan ternyata menjalin hubungan yang entah apa namanya ini dengan Sadam bisa jadi lebih menyenangkan dibanding persahabatan yang telah mereka jalin selama bertahun-tahun.
Tak terasa sudah dua minggu berlalu sejak Sadam memberikan Sherina bunga yang dititipkan melalui resepsionis apartemen gadis itu. Dan minggu ini adalah minggu terakhir di bulan November, yang artinya lepas minggu sudah masuk ke bulan Desember.
Bagi Sherina ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu, karena ia tinggal butuh menghitung hari untuk mengambil cuti dan pulang ke Bandung menemui kedua orangtuanya. Namun, di waktu bersamaan, ia juga harus mengorbankan jam santainya untuk tetap bekerja dan mencari tau semua hal yang harus ia ketahui tentang WEF agar ia bisa menikmati cuti dengan tenang.
Seperti sore ini, ia sedang menyesap kopinya di balkon apartemennya, persis seperti yang selalu ia lakukan setiap sore ketika pulang kantor tepat waktu sembari melihat mentari kembali ke peraduannya. Kalau biasanya ia hanya duduk santai lalu menyesap kopinya sambil membuka akun sosial medianya atau memandangi ratusan kendaraan yang silih berganti menunggu giliran lampu merah berganti menjadi hijau di bawah sana, kali ini berbeda, ia sedang tidak bersantai atau merefleksikan diri tentang bagaimana ia melewati hari ini, melainkan sedang berkutat dengan laptopnya. Ia sibuk mengejar deadline yang dibuatnya sendiri untuk dirinya sendiri juga tentang riset WEF agar cutinya bisa dihabiskan dengan tenang.
Jam di laptopnya sudah menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat, dan ia masih betah memandangi benda persegi itu. Ia sadar, hari ini Sadam sama sekali belum menghubunginya duluan, sejak pagi pesannya hanya di balas singkat, ia merasa aneh, namun, merasa maklum dalam satu waktu. Aneh karena tumben lelaki itu tidak memberinya kabar duluan, sedangkan maklum karena mungkin pekerjaan lelaki itu banyak di lapangan dan dia tidak punya banyak waktu untuk mengabari dirinya.
Ia memutuskan untuk menyampingkan kerjaannya terlebih dahulu dan beralih fokus pada ponselnya untuk kembali menghubungi Sadam, terselip sedikit kekhawatiran di dalam hatinya mengingat Sadam tidak pernah berlaku seperti ini sejak pertama kali mereka kembali bertemu dengan hubungan yang berbeda.
Anda : Yayang, kamu udah pulang?
Send...
Ternyata pesannya centang satu, alias tidak tersampaikan atau sang penerima pesan sedang offline. Ia tidak mengerti kenapa Sadam tiba-tiba susah dihubungi seperti ini. Namun, ia tetap dengan sabarnya menunggu tanda centang di pesan lelaki itu berubah menjadi dua, mungkin saja pesannya delay karena sinyal disana jelek, ia berusaha ber-positive thinking.
Sembari menunggu, ia iseng menggulir ke atas pesan di roomchat mereka. Membaca kembali pesan mereka hari ini yang bubble chatnya bisa dihitung tanpa harus effort menghitung. Dan isi balasan pesannya singkat sekali, seperti bukan Sadam.
Anda :
Selamat pagi Yayang❤️
Tumben banget hari ini nggak ngirim ucapan selamat pagi. Biasanya selalu duluan hehe
-08.00 WIB-Sadam (Yayang) A :
Pagi, Neng. Maaf ya aku lagi sibuk banget disini.
-09.25 WIB-Anda :
Kamu sibuk ya? Yaudah deh gapapa, semangat kerjanya, Yayang❤️
-09.25 WIB-
![](https://img.wattpad.com/cover/355907505-288-k602296.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfic/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...