Chapter 39

542 37 46
                                    

Pagi ini Sherina terbangun akibat mendengar suara grasak-grusuk dari luar kamarnya. Ia mengucek matanya yang masih sangat berat sambil terduduk diam sejenak sebelum menyadari bahwa ia sudah berada di kamarnya pagi ini. Sejak kapan? Perasaan kemarin masih di sofa lagi nyantai bareng Sadam, pikirnya.

Tak menunggu lama, ia turun dari kasurnya dan keluar dari kamar, mencoba menerka sumber suara tersebut dari mana. Ternyata dari dapur dan pelakunya adalah Sadam.

"Morning, Neng." Sapa Sadam dengan senyuman yang merekah ketika menyadari keberadaan Sherina disana.

Gadis itu balas tersenyum,
"Morning, Dam." Lalu, mendekat ke arah lemari untuk mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih yang kemudian ia teguk untuk membasahi tenggorokannya yang kering karna semalaman tak tersentuh oleh apapun.

"Kamu kebangun karna aku berisik ya? Maaf." Tanya Sadam merasa tak enak pada Sherina.

Gadis itu menggeleng pelan masih dengan senyuman yang terpatri di bibirnya.
"Berisiknya dikit sih hehe. Tapi, gapapa, emang aku bangunnya jam segini biasanya kalo weekend kayak gini." Jawab Sherina santai sambil mendudukkan badannya di kursi yang sepaket dengan meja makannya, memperhatikan gerak gerik Sadam yang terlihat sedang berkutat di depan kompor. Entah apa yang sedang dibuatnya, Sherina hanya melihat saja karna nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya.

Dengan tangan menopang dagu, Sherina sesekali tersenyum melihat Sadam mondar mandir mengambil peralatan yang biasa dia gunakan untuk memasak. Wangi tumisan bawang merah dan putih beserta cabai menguar memenuhi ruangan dan indra penciuman Sherina, membuatnya seketika merasa lapar.

"Hmm, wangiiiii..." Puji Sherina yang membuat Sadam berbalik menghadapnya dengan senyuman manis.

"Aku lagi bikin nasi goreng, Neng." Ujar Sadam yang diangguki oleh Sherina, kemudian ia melanjutkan kegiatannya mencampuradukkan semua bahan-bahan yang memang sudah di luar kepalanya itu.

"Maaf ya, karna aku kesiangan jadinya kamu laper trus masak sendiri gini." Ujar Sherina yang saat ini sudah mendekatkan diri ke samping Sadam, berdiri bersisian dengan lelaki itu.

"Nggak ah, aku emang sengaja bangun cepet biar kamu bangun-bangun udah tinggal makan. Aku tau kamu selama ini lakuin apa-apa sendiri, jadi, selama aku disini biarin aku buat ngerjain semuanya sendiri." Balas Sadam yang membuat perasaan Sherina menghangat. Sejak kapan Sadamnya berubah menjadi lelaki gentleman seperti ini?

"Tapi, aku bisa sendiri, Dam." Lagi-lagi rasa tak enak membuat Sherina mendebat perkataan Sadam.

"Aku tau kamu bisa, tapi, biarin aku. Anak tunggal kayak kamu harus ada yang manjain." Balas Sadam dengan tangan yang terangkat untuk mengacak rambut gadis itu singkat. Bibir Sherina mengerucut, lucu.

"Anak tunggal tuh dituntut harus bisa semua sendiri, Dam. Kamu apa kabar? Anak terakhir harusnya kan lebih butuh dimanja. Apalagi kamu kerjanya di tengah hutan Kalimantan. Butuh juga kan?" Debat Sherina lagi, sepertinya memang benar dua anak manusia ini love language nya adalah berdebat.

Sadam menghela nafasnya pelan, kemudian mematikan kompor dan menghadap Sherina dengan tatapan lembutnya. Bak terhipnotis gadis itu terpaku membalas tatapan Sadam tepat di manik mata lelaki itu.

"Aku tambahin ya, anak tunggal emang dituntut harus bisa semua sendiri, tapi, ga setiap hal harus dilakuin sendiri. Aku emang anak terakhir dan satu-satunya laki-laki, Neng, tapi, aku udah full dimanja dari kecil sama Mami Papi dan teteh-teteh aku, bahkan sampai mau ngelakuin apapun dilarang sama mereka. Bukan berarti kamu ga dimanja sama Ayah Ibu, nggak, cuma aku tau dari kecil kamu selalu berusaha untuk bisa ngelakuin semua sendiri. Kita temenan bukan setahun dua tahun, Neng. Hampir setengah umur aku dihabisin bareng kamu dan kamu juga gitu. Jadi, jangan salahkan kalau aku tau sebenernya kamu maunya apa, karna nyatanya aku tetep bisa ngebaca kamu walaupun kita sempat lost contact 8 tahun." Panjang lebar lelaki itu menjelaskan dan Sherina merasa betapa lelaki itu peka akan hal detail tentangnya. Ini memang salah satu rahasia yang ia keep untuk dirinya sendiri, bahkan pada Sadam ia tak ingin menceritakannya. Karna sejujurnya semua yang dikatakan oleh Sadam itu adalah benar, ia sangat ingin bermanja-manja dengan seseorang yang ingin melakukan semua itu untuknya tanpa diminta. Namun, sekarang ketika Sadam sudah melakukan itu semua untuknya, ia malah jadi tidak enak. Ribet emang ya jadi Sherina di universe ini wkwk.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang