"Ini kita jalan kemana, Neng?" Tanya Sadam setelah selesai memasang seatbeltnya dan duduk tenang di balik kemudi. Sherina yang duduk di kursi penumpang di sampingnya pun menoleh.
"Aku ngikut aja, terserah kamu mau bawa kemana, kamu ga lupa kan jalannya?" Tanya Sherina memastikan Sadam tidak lupa jalanan Jakarta.
Sadam terkekeh, "Ya lumayan sih, Neng. Soalnya udah 8 tahunan ga disini lagi, terakhir waktu SMA, emang Jakarta ga berubah selama itu?" Balas Sadam dengan pertanyaan lagi.
"Hahaha iya juga sih, udah lama juga kan ga netap disini. Pantas kalau lupa. Yaudah kamu seingetnya aja dulu jalannya, nanti kalau emang lupa banget, aku yang arahin." Ujar Sherina sambil menatap Sadam dengan senyuman manisnya yang membuat lelaki itu terkekeh gemas, lalu, mengacak rambutnya pelan.
"Manis banget sih senyumnya." Puji Sadam, singkat namun memberi efek kuat bagi Sherina, ia merasakan pipinya memerah, segera ia memalingkan pandangan ke arah depan sebelum Sadam menyadari hal itu lalu menggodanya. Namun, telat.
"Pipinya sampai merah gitu, lucu banget." Sadam sempat melihatnya dan seperti yang bisa dibaca barusan, ia menggoda Sherina.
"Kita bisa jalan sekarang, Bapak Sadam?" Tanya Sherina dengan formalnya yang dihadiahi delikkan dari Sadam. Lho ini yang kesel kan harusnya Sherina ya, kok jadi Sadam yang mendelik?
"Kenapa liatin aku begitu?" Tanya Sherina saat melihat tatapan Sadam yang tidak biasa itu.
Cup~~
Sedetik kemudian sebuah kecupan mendarat di bibir Sherina membuat gadis itu membelalakkan matanya, ototnya mendadak kaku dan lidahnya kelu. Manuver Sadam yang tiba-tiba itu membuatnya belum bisa mencerna apa korelasi antara tatapan Sadam dengan kecupan barusan?
"Ehemm..." Deheman Sadam sontak membuat Sherina mengerjapkan matanya lucu. Ia menatap lelaki itu dengan kening yang mengerut.
"Itu hukuman karna kamu manggil aku Bapak Sadam lagi." Ujar Sadam santai. Sherina menatapnya tak percaya. Ia siap mendebat saat lelaki itu kembali berbicara.
"Udah, ga usah didebat kalau ga mau dicium lagi." Titah Sadam lalu mulai menjalankan mobilnya berkeliling kota tak tentu arah.
Sherina bersedekap dada, menyenderkan badannya ke kursi penumpang dan menatap lurus ke depan. Ia hanya terdiam, masih berperang dengan pikirannya, ia tak akan tenang sebelum mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi sangat ingin ia tanyakan kepada lelaki itu.
Melihat Sherina yang hanya terdiam sejak tadi, Sadam berusaha untuk memecah keheningan.
"Diem aja, Neng. Biasa juga nyerocos." Ujar Sadam santai sambil sesekali melirik ke arah Sherina.Bibir gadis itu mengerucut sempurna melihat reaksi Sadam yang kelewat santai itu. Dia ga sadar apa sama yang dia buat barusan? Pake nanya lagi, batin Sherina menggerutu.
"Heii, kenapa ga dijawab sih, Neng? Kamu sariawan? Atau kamu kebelet boker? Kita putar bal---" pertanyaan nyeleneh Sadam tidak dilanjutkan karna Sherina memotongnya.
"Aku ga sariawan dan aku ga mau boker ya, Yayang si anak mami. Tapi, aku masih kesel karna ga dibolehin berdebat sama kamu." Sherina setengah memekik mengatakan kalimat itu kepada Sadam membuat lelaki itu sedikit terkesiap dan menoleh ke arah Sherina sekilas.
"Yaudah, iya, kamu mau ngeluarin semuanya? Silakan, aku dengerin." Ujar Sadam sabar setelah paham maksud dari perkataan Sherina.
Dengan pandangan yang masih menatap ke jalanan yang ada di depannya, bibir yang masih mengerucut, dan tangan yang masih bersedekap di dada, Sherina mengeluarkan semua apa yang ada di kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saujana
Fanfiction/Sau∙ja∙na/ : sejauh mata memandang Beberapa tahun berpisah ternyata tidak sontak merubah apa yang pernah terjalin. Walaupun awalnya agak canggung tapi naluri dua orang sahabat selalu menemukan jalan untuk kembali bersedia seperti sebelumnya. "Di p...