"Boleh.., mau makan apa?" Natta tersenyum
"Terserah.." eva
"Oke.. mau makan dimana?" Natta
"Terserah.." eva tersenyum jahil
"Okey kalau gitu kita langsung aja menuju restoran terserah pesanan nona eva.." sahut natta sebal
"Emang ada?" Sahut eva jahil
"Oh tentunya.." sahut natta yakin
"Ada?" Sahut eva jahil
"Ntar gue bikin dulu restoran nya.." sahut natta ngawur
Eva hanya terkekeh saja melihat raut kesal natta setelah mendengar perkataan nya, ia tersenyum lebar kearah pria di sampingnya itu, terkadang ia takjub bagaimana bisa pria itu merasuki kehidupan nya dan merubah segalanya dengan cepat..
Terkadang ia juga berpikir kenapa bukan natta saja yang jadi kekasih nya pasalnya ia dengan mudah akrab dengan keluarganya, sementara regans kekasihnya sejak lama sulit sekali mendapatkan kesempatan untuk masuk lebih dulu, seandainya ia bertemu dengan natta lebih dulu mungkin dia akan lebih memilih natta dari pada lelaki yang membuat hatinya nyeri luar biasa.
"Kenapa ya akhir-akhir ini gue lebih nyaman sama natta, meskipun kita baru kenal tapi natta selalu aja ada buat gue.." batin eva
"Dia yang selalu tau cara untuk bikin gue senyum, dia yang selalu bisa di andelin di setiap waktu dan seburuk apapun kelakuan gue sama dia, dia selalu ada gue.."batin eva
"Walau terkadang lo memang tengil dan lebih sering bikin gue kesel, tapi gak tau kenapa gue selalu nyaman saat sama lo.." batin eva
"Gue gak tau apa yang gue rasain ini salah atau enggak, yang jelas gue mau menikmati ini semua.., gue cuma berharap gue gak akan pernah menyakiti orang sebaik lo.." batin eva
Eva terus tersenyum sembari menatap natta yang sedang fokus menyetir, rahang yang tegas itu, hidung yang mancung, alis tebal yang rapih serta bulu mata yang lentik seolah tak jenuh eva menatapnya.
"Kenapa liatin gue terus, suka ya.." goda natta
"Apaan sih geer.., orang gue lagi lihatin bibir lo tuh merah banget pake gincu ya?" Alibi eva
Wajahnya bersemu-semu malu sebab kedapatan memandangi natta, seketika ia langsung mengedarkan pandangan nya ke depan, natta yang melihat itu hanya tersenyum puas.
"Alibi.. suka mah bilang aja suka atuh, neng eva tenang aja aa natta bakal menerima neng eva dengan suka rela tulus hati dan senang hatii.." jahil natta
"Apaan sih, mana ada ya kayak gitu, kegeeran banget deh aa natta.." sahut eva
"Tuh.. tuh udah manggil saya aa, berarti suka kan.." jahil natta lagi
"Apa sih lo ngeselin banget.." sahut eva sambil mendorong pelan tubuh natta
Natta yang duduk di kursi kemudi itu hanya tertawa terbahak-bahak, sifat iseng dan tengilnya itu sepertinya memang sudah bawaan lahir, sementara dengan eva ia hanya bersidekap tangan dan tersenyum kesal..
"(Tertawa) Iya iya bercanda, tapi kalau lo beneran suka juga gak papa sih.." sahutnya sambil terkekeh
"Maunya.." sahut eva tertawa
"Btw serius deh kok bibir lo merah banget sih lo pake gincu nomo berapa?" sahut eva jahil
"Sialan.., (terkekeh) enak aja gue gak pake gincu emangnya gue apose.." sahut natta
"Iyey.. geli.." eva kembali terkekeh..
"Kagak elah gue gak pake gincu bibir gue emang merah dari lahir dan juga mungkin karna gue--" natta sambil fokus menyetir
"Karna lo?.." eva
"Gue gak ngerokok.." sahut natta
Eva menatap terkejut kearah natta, keheningan berlalu sejenak.
"Hah lo.. gak pernah ngerokok?" Eva
"(Geleng kepala)" natta
"Seumur hidup lo?" Eva
"(Mengangguk kepala), kenapa aneh ya" natta
"Gak aneh sih, cuma gue kaget aja.." eva
"Gini ini pertama kalinya gue ketemu cowok, yang gak ngerokok di era gempuran cowok perokok.., gue speechless aja.." eva
"I think I got it" natta
Eva tersenyum kearah natta begitu pun dengan natta yang juga memancarkan senyumnya.
Kini mereka sudah sampai di restoran tersebut, restoran ala sunda yang berada di kota bandung, mereka duduk lesehan di saung bambu sembari menikmati beberapa makanan yang tersedia, seperti gurame asam manis, gurame bakar kecap, cumi goreng tepung, jus melon dan es krim kelapa dan tak lupa dengan sayuran nya.
Mereka makan dengan lahap, tak perlu waktu lama mereka sudah usai makan dan perut mereka sudah kenyang, namun kendati begitu masih ada beberapa lauk yang belum mereka makan sama sekali, natta berinisiatif untuk meminta di bungkuskan makanan itu kepada waiters.
Sementara itu eva sedang terduduk sendirian sembari mengelus-ngelus perutnya yang kekenyangan itu, sesekali ia memakan es krim kelapa yang masih sisa setengah itu, sayup-sayup ia seperti mendengar suara yang di kenal nya.
"Sini aku bantu, pelan-pelan duduknya--
KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle Of Love [Completed]
Teen FictionCinta itu datangnya bisa dari mana saja dan tidak pernah terduga dari mana. asalnya, hal inilah yang kini tengah dirasakan oleh eva. Evanita seorang gadis berusia 20 tahun, yang terpaksa menjalin hubungan ldr dengan kekasih yang paling di cintai nya...