Bab 7 - Mulai Memperhatikan

735 30 2
                                    


Aku baru saja pulang dari kantor, matahari di luar terlihat terik, karena ini masih siang. Aku emang lebih cepat pulang karena pekerjaan ku tak banyak hari ini. Perlahan aku merebahkan diriku di atas ranjang yang empuk.

"Ah,, enak banget rebahan gini" Aku menutup mata menikmati empuknya kasur ini.

Tak lama pikiran ku tertuju dengan gadis yang tadi pagi ku temui. Gadis yang beberapa tahun terakhir ini mulai ku perhatikan dari jauh. Aku mengingat-ngingat bagaimana awal mulanya aku memperhatikan gadis itu.

Flashback on
Sore ini aku dengan kedua teman ku sedang berkumpul di caffe tempat biasa anak muda nongkrong. Moment seperti ini jarang kami lakukan karena kami kuliah di Universitas yang berbeda. Aku kuliah di kota ku sendiri di Pekanbaru, Rudi kuliah di kota Medan, sedangkan Andi kuliah di pulau Jawa di salah satu universitas yang cukup terkenal. Diantara kami bertiga emang otaknya yang lebih pintar sehingga tidak heran dia dapat beasiswa untuk kuliah di pulau seberang sana. Libur semester seperti ini lah baru kami bisa berkumpul kembali sekedar silaturahmi dan bercerita tentang kegiatan kami.

"Gimana kuliah lu berdua?" Aku menatap Rudi dan Andi bergantian

" Ya gak gimana-gimana, lu kagak tau gue kuliah cuma jadi mahasiwa kupu-kupu kagak ada yang menarik, gue kuliah juga kalau nggak bokap nyokap gue yang nyuruh gue ogah" Jelas Rudi malas

"Yee lu mah kagak heran gue, lu kuliah ngabisin duit nyokap bokap lu doang nyet" Andi melempar kulit kacang ke arah Rudi

"Dih malah lu yang sewot, gue bukan elu si pangeran buku yang tahan kencan dengan buku-buku setebal harapan orang tua gue, iiih liat tuh buku aja ngeri gue"  Rudi bergidik ngeri menatap Andi

"Dihh, lu mah holang kaya, kagak kuliah yang bener juga warisan emak bapak lu cukup buat tujuh turunan elu, kagak kayak gue, kuliah aja kudu dapat beasiswa dulu. Jadi mau nggak mau gue harus belajar nyet" Jelas Andi pada Rudi.

Rudi emang berasal dari keluarga yang kaya, orang tuanya memiliki ratusan hektar kelapa sawit di kota kami ini. tapi dia tidak pernah sombong, itu yang aku sukai dari dia. Sedangkan Andi berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja ibunya adalah seorang guru dan Ayah nya adalah buruh tani harian, jadi jika dia tidak mendapat beasiswa dia tidak akan kuliah, apalagi adik nya dibawah dia juga masih banyak.

Sedangkan aku, ayahku memiliki perusahaan di bidang perhotelan dan beberapa hotel di kota ini. Dan ibuku sudah meninggal waktu melahirkan aku.

"Yaelah lu berdua malah debat, gue tinggal balik ni lu pada" Ancam ku pada mereka berdua.

Perdebatan seperti ini sudah sering terjadi, dan aku sudah tak heran melihat dua makhluk ini berdebat. Rudi dan Andi emang lebih banyak bicara di banding aku yang banyak diam dan mengamati saja, tak heran jika aku selalu menjadi penengah diantara mereka berdua.

"Ehh jangan dong" Andi menahanku agar tidak pulang

"Yaelah Nas, lu pulang buru-buru kayak ada bini aja lu dirumah" Rudi tampak mengejek ku

Aku mendelik malas melihat dua manusia di hadapan ku ini. Memang di antara kami bertiga hanya aku yang tak memiliki kekasih. Makannya dua makhluk di hadapan ku ini sangat suka membully ku tentang itu.

Tak berapa lama perhatian kami bertiga teralihkan pada beberapa anak remaja yang masuk ke dalam caffe ini, sepertinya mereka baru pulang sekolah terlihat dari bajunya yang masih menggunakan seragam sekolah. Mereka duduk di pojok caffe tak jauh dari kami, sehingga aku dapat melihat mereka dengan jelas. Perhatian ku tertuju pada satu gadis yang sepertinya ku kenal, rambut sebahunya di kuncir satu, membuat wajahnya terlihat imut. Sekilas dia juga melihat ke arah kami bertiga. 'Ah lucu sekali' ucap ku dalam hati.

My HaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang