Three years later...
Pov Nasril
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Ada banyak hal yang berubah dalam hidup ku. Saat ini aku sudah tidak bekerja menjadi sekretaris lurah lagi. Ayah menyuruh ku menggantikan dia untuk mengelola perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan. Setelah berpikir panjang dan berdiskusi dengan ayah, aku memutuskan untuk mengembangkan perusahaan itu dengan menggabungkan beberapa restoran yang ku miliki. Perusahaan itu ku beri nama 'Nasz Group'. Aku turut terjun langsung di perusahaan, aku juga merangkap sebagai CEO sehingga membuat ku selalu sibuk.
Mengenai kehidupan pribadi ku, saat ini aku masih belum menikah. Walaupun sekarang aku sudah bertunangan dengan Dewi teman ku waktu SMA tapi aku belum kepikiran untuk ke jenjang yang lebih serius lagi. Sebenarnya aku belum ingin terikat, tapi keluarga ku sudah sibuk menyuruh ku untuk segera menikah dengan alasan umurku sudah semakin tua. Entahlah, hampir setahun ini aku menjalin hubungan dengan Dewi tetapi rasa sayang ku hanya sebatas rasa sayang sebagai sahabat. Aku sudah mencoba membuka hatiku untuk menerima Dewi, tapi sosok Hani di hati ku masih belum terganti.
Katakan lah aku egois, aku sudah jujur dengan Dewi tapi dia mencoba meyakinkan ku untuk menerima dia. Kegigihan Dewi mendekatiku selama dua tahun mengetuk hatiku tak ada salahnya mencoba. Bukan berarti aku menerima Dewi sebagai pelampiasan untuk melupakan Hani, aku tidak berpikir seperti itu.
Tentang Hani, sejak aku tau dia memiliki hubungan dengan Putra aku sudah tidak pernah mengganggu nya lagi. Aku juga sempat melihat fotonya ketika wisuda beberapa tahun yang lalu. Tapi setelah itu aku tidak tau tentang gadis itu lagi, sepertinya dia mengganti nomor telpon dan sosial media nya. Walaupun sejujurnya jauh di lubuk hatiku aku masih menyimpan rasa padanya.
Tok.. Tok..
Aku tersadar dari lamunan, ku lihat Edo sekretaris ku mendekat ke arah ku.
"Permisi pak, saya mau ngasih berkas ini untuk bapak tanda tangani" Edo sekertaris ku merangkap sekaligus asisten pribadi ku.
"Okey nanti saya cek dulu" Aku menerima berkas yang Edo berikan
"Emm..itu pak, buk Dewi ada diluar mau ketemu bapak" Ucap Edo lagi.
"Suruh dia masuk" Perintah ku pada Edo.
Setelah Edo Pamit keluar, aku menghela nafas ku panjang. Rasanya energi ku akan terkuras habis hari ini.
"Hai sayang!!" Sapa Dewi yang tiba-tiba muncul di pintu dan melangkah ke arah ku.
"Tumben kamu kesini tidak bilang" Biasanya Dewi akan menghubungi ku terlebih dahulu jika ingin datang ke kantor ku
Dewi mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan ku.
"Sesekali biar surprise" Ucapnya ceria
"Emang kamu tidak masuk kerja? Biasa kamu sibuk terus" Akhir-akhir ini aku dan Dewi emang jarang bertemu. Apalagi profesi nya sebagai dokter di salah satu rumah Sakit swasta, membuat nya jarang memiliki waktu senggang.
"Hari ini pasien aku enggak terlalu ramai, jadi aku ada waktu sama kamu sampai siang nanti" Aku ber oh ria menanggapi ucapan Dewi.
Aku membiarkan Dewi sibuk dengan ponselnya, aku melanjutkan pekerjaan ku mengecek email yang masuk.
"Kerjaan kamu masih banyak?" Tanya Dewi
Aku mengangguk.
"Ada beberapa email yang harus aku cek" Aku masih fokus dengan laptop ku
Aku dengar Dewi mengela nafas di seberang sana. Aku menatap nya seolah bertanya kenapa.
"Padahal aku mau ngajak kamu makan siang diluar, udah lama kita enggak makan bareng" Protes Dewi.
Aku melihat jam yang melingkar di tangan ku, sudah jam 11.45. Aku melihat Dewi yang menatap penuh harap padaku.
"Yasudah ayok" Aku beranjak setelah mematikan laptop ku.
"Yeyy gitu dong" Ucap Dewi yang sudah kegirangan.
Setelah membereskan meja kerja, kami keluar dari ruangan. Dewi berjalan sambil menggandeng tangan ku, beberapa kali aku mencoba melepaskannya karena aku risih di lihat oleh karyawan ku. Tapi Lagi-lagi tangan ku di gandeng Dewi, karena kesal aku membiarkan nya saja.
Pov and
🍃🍃🍃
"Eh lu mau berangkat sekarang?" Tanya Pia yang sedang menonton di ruang TV
"Iyaa ni, takut entar macet di jalan" Aku memasukkan kaki ku kedalam sepatu
"Lu enggak sarapan dulu, gue ada masak nasi goreng tuh" Tawar Pia
"Gue buru-buru ni, entar sarapan di kantor aja. Lu enggak kerja?" Tanya ku yang melihat Pia masih santai.
"Masih jam setengah 7, gue masuk jam 8" Jawab Pia
"Ohh okey, gue duluan kalau gitu. Byee, assalamualaikum" Pamit ku sebelum keluar rumah.
"Waalaikumsalam" Teriak Pia dari dalam.
Pia adalah teman satu kontrakan ku. Awalnya aku dan Pia adalah teman satu kerja. Setelah lulus kuliah, beberapa bulan kemudian aku di terima bekerja di salah satu bank sebagai teller, disitulah aku bertemu dengan Pia yang kebetulan sudah bekerja terlebih dahulu sebagai customer service. Pia yang tinggal sendirian di kontrakan mengajak ku untuk tinggal bersamanya. Demi menghemat pengeluaran aku pun menerima ajakan Pia sehingga sewa kontrakan kami bagi dua. Kontrakan kami cukup luas, ada dua kamar, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Lingkungan nya juga membuat ku nyaman, karena orang-orang nya tidak toxic.
Dua tahun lebih aku bekerja di bank dengan Pia. Karena bosan aku memutuskan untuk resign dari bank dan melamar di beberapa perusahaan. Awalnya cukup susah mendapat pekerjaan baru apalagi ada begitu banyak saingan. Tapi aku tak putus asa, aku terus mengirim lamaran kebeberapa perusahaan. Akhirnya aku di Terima oleh Perusahaan Nasz Group, dan aku di tempatkan pada bagian accounting sesuai dengan jurusan ku waktu kuliah.
🍃🍃🍃
Aku sampai di kantor tepat jam 7 pagi, suasana kantor sudah mulai ramai. Aku melangkah menuju ruangan ku di lantai dua. Kantor ini terdiri dari tiga lantai, lantai bawah ada bagian administrasi, sedangkan lantai tiga khusus ruangan CEO dan ruangan untuk rapat.
Aku membuka pintu ruangan ku, terlihat beberapa karyawan sudah datang.
"Good morning" Sapaku
"Eh baru datang lu?" Tanya Bang Reza basa basi
"Iya bang, tadi gue beli sarapan dulu. Enggak sempat sarapan di rumah" Ucapku. Bang Reza mengangguk paham
Aku mendudukkan diri di meja kerja ku, ku lihat Chindy juga sudah datang. Aku cukup akrab dengan Chindy karena kami berdua yang paling muda di Tim kami.
"Udah dari tadi lu?" Basa basi ku pada Chindy
"Iyaa tadi gue nebeng sama bokap gue makannya datang pagi" Jawab Chindy sambil menguap
"Eh lu bawa apaan tuh?" Tunjuk Chindy melihat bungkusan plastik yang aku letak di atas meja.
"Roti, gue belum sarapan. Mau lu? " Aku membuka bungkus roti itu, dan menawari Chindy.
"Boleh deh, gue juga belum sarapan. Mau ke kantin keburu bentar lagi jam kerja" Chindy pun ikut memakan roti yang ku bawa.
Jam 7.30 kami mulai sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Aku lihat sekeliling ku semua sedang fokus dengan laporan maupun komputer yang ada di meja mereka.
Sebenarnya tak begitu sulit untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan ku yang baru. Terlebih aku memang lulusan Akuntansi sehingga lebih mempermudah ku dalam bekerja. Tak terasa sudah hampir tiga bulan aku bekerja di perusahaan ini. Tim kami berjumlah 10 orang, diketuai oleh buk Santi sebagai manajer keuangan. Aku pernah bertemu dengan nya sesekali karena ruangan manajer terpisah dengan karyawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hani
General FictionNasril Khairi, seorang pemuda yang cukup populer dikalangan wanita, tapi sikap dingin nya tak jarang membuat wanita menganggap nya pria yang sombong. Sedangkan Hani Pratiwi adalah gadis yang baik, ceria, dan mandiri, banyak lelaki yang menyukai nya...