Bab 54 - Ngidam

787 25 1
                                    

Sudah dua hari sejak kembali kerumah, aku dan mas Nasril mulai berbicara meskipun pembicaraan singkat.

Sedari tadi aku bolak balik melihat ke arah jendela tapi mobil Mas Nasril belum keliatan. Tadi setelah maghrib dia pamit pergi bertemu klien, ingin melarang tapi tidak mungkin karena ini soal pekerjaan penting tidak bisa diwakilkan. Aku melirik ke arah jam sudah jam 9 malam.

Aku melangkah ke arah kulkas mencari cemilan yang bisa dimakan, tetapi tidak ada makanan yang menarik minat ku. Aku kembali menutup pintu kulkas setelah itu kembali ke ruang tamu menghidupkan televisi dan mencari siaran yang bagus. Setengah jam aku menatap televisi akhirnya aku merasa bosan. Sudah setengah sepuluh, aku mematikan TV lalu melangkah ke arah kamar. Lebih baik aku tidur.

Tengah malam aku terbangun, semenjak hamil aku emang lebih cepat merasa lapar. Tiba-tiba aku ingin makan sate dipinggir jalan, aku melirik kesebelah ku mas Nasril masih terlelap dengan tenang. Ingin membangunkan tapi aku segan, aku tidak tau dia pulang jam berapa bisa saja dia baru tidur. Baiklah Hani mari kita tidur saja, lupakan keinginan untuk makan sate itu. Aku mencoba memejamkan mata, tapi tetap tidak bisa, bayang-bayang kuah sate melintas di pikiran ku. Arghhh aku bisa gila jika seperti ini.

🍃🍃🍃

Pov Nasril

Aku sampai dirumah sudah jam 11 malam. Setelah maghrib aku tadi sempat pamit kepada Hani untuk bertemu klien. Karena banyak yang dibahas jadilah Aku pulang malam begini. Aku membuka pintu rumah, suasana sepi. Sepertinya Hani sudah tidur.

Aku sebenarnya tidak ingin meninggalkan Hani sendiri dirumah. Tetapi karena ini kerja sama penting tidak bisa di wakilkan oleh orang lain terpaksa aku yang pergi.

Hubungan ku dengan Hani masih perang dingin, entah kenapa Hani seperti menjauh dariku Sejak malam yang kami berdebat di rumah sakit. Aku ingin memulai pembicaraan juga tidak tahu dari mana. Akhirnya kami bicara jika penting saja. Walaupun diam-diam aku selalu memperhatikan istriku itu. Aku tidak mau dia sampai kenapa-kenapa

Aku melangkah ke arah kamar. Ku lihat Hani sudah tertidur. Aku mengambil handuk kemudian melangkah ke kamar mandi, tubuhku sudah gerah rasanya.

Aku meletakkan sajadah kembali ke tempat nya. Selesai mandi aku langsung solat isya karena tadi tidak sempat.

Aku membawa tubuhku ke atas ranjang, aku berbaring di sebelah Hani. Ku bawa tubuh istri kecil ku itu kedalam pelukan ku. Hanya saat tidur seperti ini aku bisa berdekatan dengan Hani. Ah rasanya aku rindu sekali dengan cerewetnya wanita ini. Biasanya pagi-pagi suaranya sudah heboh membangunkan ku. Beberapa hari ini terasa sepi.

"Selamat istirahat sayang" Aku mengecup kening Hani lama.

Setelah itu tangan ku berpindah mengusap perut rata Hani, sudut bibir ku selalu terangkat jika mengingat didalam sana anak ku sedang tumbuh.

Perlahan mata ku mulai terlelap, baru saja aku tertidur beberapa saat aku kembali terbangun karena pergerakan dari sebelah ku. Segera aku melepas pelukan ku dan menjauh dari Hani, aku kembali pura-pura tertidur.

Aku memperhatikan dalam diam aku melihat Hani bangun dan terduduk di atas ranjang cukup lama. Aku penasaran dia sedang memikirkan apa. Setelah itu dia kembali berbaring, untuk beberapa saat tidak ada pergerakan. Aku mengira dia sudah tidur kembali, tetapi salah Hani kembali bergerak gelisah. Ada apa sebenarnya dengan istriku ini, aku bertanya-tanya dalam hati.

"Kenapa hmm?" Tanya ku pelan

Hani yang sedikit terkejut menoleh ke arah ku.

"Eh enggak ada mas"

Aku menghela nafas

"Yasudah lanjut tidur, ini masih tengah malam" Ujar ku.

Hani kembali membaringkan tubuhnya, aku yang sudah mengantuk mulai memejamkan mata ku.

My HaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang