3 | Merasa Janggal

2K 150 23
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Melina terus mencoba mengawasi keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Wanita itu jelas tidak bisa menyembunyikan perasaan ganjil yang dirasakannya sejak tadi. Bahkan mungkin, seharusnya ia sudah merasa ganjil sejak Wina datang ke kantornya untuk mengantarkan undangan reuni miliknya dan milik Dela.

"Dari mana Wina tahu, kalau aku tahu bahwa Dela tinggal kembali di Purwodadi? Kalau memang dia sudah tahu bahwa Dela selama ini ada di Purwodadi, kenapa dia tadi harus bertanya lagi? Apakah dia ingin memastikan?" batin Melina.

DELA
Jangan melamun terus. Nanti semua teman lama kita bingung dengan sikapmu itu.

Melina tersadar saat ada pesan yang masuk ke ponselnya dari Dela. Dela jelas benar. Dirinya tidak boleh menjadi sorotan siapa pun setelah lama tidak bertemu. Hal itu akan menimbulkan pertanyaan dan berujung ke arah negatif bagi yang tidak memahami jalan pikirannya.

DELA
Kalau ada yang tanya kenapa kamu melamun terus, bilang saja, 'aku sedang memikirkan Zahri' 🤣

MELINA
😤 Hm ... mulai lagi gilamu, Del. Awas kamu, ya! Aku benar-benar akan melaksanakan ancamanku yang tadi saat pulang nanti!

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Fajar--Ketua Kelas mereka dulu.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!!!"

"Alhamdulillah akhirnya kita bisa berkumpul lagi, setelah lulus dari SMP ini sebelas tahun lalu. Aku harap semuanya merasa senang karena bisa menghadiri acara reuni kecil-kecilan ini. Ada beberapa hal yang nantinya akan kita bahas bersama dalam reuni kali ini. Tapi sebelum itu, adakah yang mungkin ingin merequest sesuatu? Minta diperlihatkan foto-foto lama kita, misalnya. Atau minta diputarkan lagu favorit," tawar Fajar.

Dela baru akan bicara ketika tatapan dan telunjuk Melina seketika terarah kepadanya.

"Jangan coba-coba sebut nama Taylor Swift dan judul lagunya! Kamu akan aku lempar keluar sekarang juga kalau sampai berani!" ancam Melina.

Tubuh Dela langsung lemas dan wajahnya tertekuk tanpa bisa mengajukan protes.

"Enggak apa-apa, Mel. Biarkan saja kalau Dela memang mau ...."

"No, Wina! Big, no!" potong Melina dengan cepat. "Kecuali kamu mau dia membajak acara reuni hari ini dan mengubahnya menjadi acara konser pribadi, silakan."

"Satu lagu jelas tidak akan membuatku membajak acara ini, Mel," protes Dela, untuk pertama kalinya.

"Enggak! Pokoknya, enggak! Aku tahu persis betapa gilanya kamu kalau sudah mendengar lagu dari Taylor Swift!" tegas Melina.

Ahmad tertawa pelan saat melihat Dela mati kutu di tempatnya. Sejak dulu Dela memang selalu menuruti apa pun yang dikatakan oleh Melina. Hal itulah yang dulu membuat Ahmad suka pada Dela hingga kemudian berani mengungkapkan perasaan dan menjalin hubungan lebih dari teman.

"Oke, kalau begitu sebaiknya tidak ada yang request lagu untuk menghormati Dela yang dilarang merequest oleh Melina. Siapa tahu ada yang punya gosip terbaru, mungkin bisa dibagi di depan sini agar semua orang mendapat ...."

"Melina masih jomblo!" cetus Dela.

"Itu bukan gosip, Del. Itu fakta!" Melina mencoba untuk tetap waras ketika menghadapi Dela.

"Uhm, kalau begitu gosip yang lain. Ah! Melina tidak pernah ada usaha untuk menemukan calon pendamping sampai saat ini," Dela kembali mencoba.

Zahri mencoba menahan tawa di bagian belakang kelas, terutama saat ia baru saja melihat bagaimana ekspresi Melina.

"Persis seperti yang kamu lakukan sehari-hari. Aku dan kamu bertetangga. Setahuku, kamu setiap hari juga cuma bercengkrama sama hakpen dan benang rajut," balas Melina.

"Ya ... itu karena aku memang enggak hobi jalan dan lebih betah berada di rumah atau di studio. Kalau kamu? Apa alasanmu, coba? Keluar rumah setiap hari. Ketemu orang baru juga setiap hari. Tapi, kok, tetap saja tidak ada sinyal-sinyal akan segera mengakhiri masa lajang?"

"Oke ... cukup sekian perdebatannya," lerai Fajar. "Ternyata menyampaikan gosip bukan ide yang bagus, ya."

Fajar tertawa sumbang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Baiklah, karena semuanya sudah ada di sini dan pasti merasa tidak sabar ingin segera membahas beberapa hal penting yang tadi aku janjikan. Maka acara reuni kelas ini sebaiknya segera kita ...."

Melina mengangkat tangannya dan membuat Fajar berhenti bicara. Semua orang kembali menatap ke arah wanita itu, seakan ingin tahu apa yang akan disampaikannya kali ini.

"Iya, Melina. Silakan jika ada yang ingin ditanyakan," ujar Fajar.

"Tidak semuanya ada di sini, Fajar. Eka tidak ada di sini. Yang ada di sini justru Dela, bukan Eka," ujar Melina.

Semua orang mendadak diam ketika Melina menyebut nama Eka. Bahkan Aira--yang sejak tadi terus saja bicara berbisik dengan Dela--mendadak diam seraya menatap ke arah Wina dan Sari yang duduk di bagian depan.

"Kenapa kalian mengundang Dela yang tidak pernah menjadi alumni SMPN 1 Purwodadi, tapi tidak mengundang Eka yang lulus bersama kita di sekolah ini? Ada apa sebenarnya? Apakah ada sesuatu yang kalian sembunyikan? Acara reuni ini terasa sangat janggal sejak awal dan semakin janggal ketika aku maupun Dela tiba di sini," Melina mulai menduga-duga.

Fajar baru saja akan menjawab pertanyaan Melina, ketika suasana mendadak terasa mencekam dan begitu dingin. Beberapa orang merasa merinding tanpa alasan. Keadaan di luar kelas tampak seperti berkabut, seakan ingin memancing perhatian semua orang untuk menatap keluar. Melina--yang tidak tahu apa-apa--jelas langsung menatap keluar kelas. Ia bisa melihat bahwa di balik kabut itu ada banyak sekali makhluk halus yang hendak mencoba masuk ke dalam kelas tersebut.

"Mel, jangan lihat keluar!" teriak Zahri, terdengar sangat panik.

Melina mendengar suara pria itu dan ingin meresponnya. Namun fokusnya saat ini hanya tertuju pada semua makhluk halus yang tampak berupaya lebih keras untuk masuk. Ia tidak bisa mengabaikan hal yang tengah dilihatnya saat itu, padahal semua orang sudah berniat memejamkan kedua mata masing-masing karena merasa takut.

"DELA!!!" teriak Melina.

BRUBBBHHHHH!!!

Dela langsung mengeluarkan ajian wates wujud yang dikuasainya, untuk membendung makhluk-makhluk halus itu agar tidak memasuki kelas tersebut. Semua orang yang tadinya merasa ketakutan, mendadak menatap ke arah Dela dan ingin tahu apa yang dilakukan oleh wanita itu. Sesaat kemudian, Dela kembali mengeluarkan ajian lainnya dan berhasil mengusir semua makhluk halus yang tadi hanya tertahan di luar. Setelah keadaan di luar kelas tidak lagi berkabut, Melina pun menatap ke arah Dela sambil menahan rasa cemasnya.

"Kenapa makhluk-makhluk halus itu bisa muncul mendadak?" tanya Melina.

"Kenapa kamu tanya padaku? Tanya saja langsung sama orang yang tampaknya adalah sasaran dari semua makhluk-makhluk halus tadi," jawab Dela.

"Siapa? Siapa orangnya, Del?" Melina memaksa.

"Bian. Tanya langsung sama dia," tunjuk Dela.

Bian pun kini menjadi sorotan utama bagi Melina maupun Dela.

* * *

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang