53 | Rencana Absurd Dela

1.4K 98 10
                                    

- DUA EPISODE TERAKHIR
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Gista telah selesai mengumpulkan semua bukti soal perselingkuhan Hari. Ia segera mengirimkan bukti tersebut kepada istri laki-laki itu pada hari yang sama. Keesokan harinya, Melina mendengar kabar bahwa istri Hari langsung melaporkan soal perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya beserta dengan bukti-bukti yang telah dilihatnya. Hari langsung dipanggil oleh atasannya dan terancam akan menerima sanksi pemecatan secara tidak hormat.

"Beritanya sudah akurat?" tanya Dela, sambil mengeluarkan cream cheese dan sour cream dari kulkas.

"Iya, Del. Beritanya sudah akurat. Hari benar-benar terancam akan mendapat sanksi pemecatan secara tidak hormat setelah penyelidikannya selesai," jawab Melina.

"M-hm. Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Apakah kamu akan terus memantau perkembangan soal Hari?"

"Sudah jelas aku akan terus memantau perkembangan soal Hari. Sekarang yang lebih penting adalah, sebaiknya kita sampaikan berita itu kepada Bian."

"Bian masih dalam masa cuti, 'kan? Apakah menurutmu dia ada di rumahnya?"

"Dia tidak pergi ke mana-mana, Del. Dia benar-benar menghabiskan waktunya di rumah bersama Mira selama cuti. Dia ingin beristirahat total sambil mencoba melupakan semua hal yang pernah terjadi pada hidupnya."

Kedua orangtua Mira duduk bersama dengan Bian di ruang tamu. Mereka mendengarkan dengan seksama tentang semua hal yang menjadi pusat masalah Bian. Mira masih saja merasa cemas, karena takut kalau kedua orangtuanya akan kembali memaksanya untuk meninggalkan Bian. Hal itulah yang membuat Mira memutuskan menghabiskan waktu sendirian di dapur sejak pagi. Ia tidak mau mendengar hal-hal buruk lagi. Ia hanya ingin melanjutkan hidup yang tenang bersama Bian.

"Jadi, perempuan yang terus mengirimkan serangan gaib itu sekarang berada di Rumah Sakit Jiwa? Dia menjadi gila setelah temanmu membantu kamu mengatasi masalah yang perempuan itu timbulkan?" tanya Rina.

"Benar, Bu. Perempuan itu sekarang berada di Rumah Sakit Jiwa. Dia ditempatkan di sana karena tidak lagi memiliki kewarasan. Ibu bisa lihat sendiri melalui video yang direkam oleh salah satu temanku yang ikut menyaksikan pada hari itu. Perempuan itu terus saja berteriak-teriak, memohon agar kelabang dan ular yang mengerubungi tubuhnya segera dijauhkan darinya. Tapi kenyataannya, tidak pernah ada kelabang ataupun ular di tubuhnya. Menurut Dela, itu adalah karma yang harus dia terima setelah mengkhianati Iblis yang dia puja," jawab Bian, apa adanya.

Wahyu menyimpan ponsel milik Bian ke atas meja, setelah melihat keseluruhan video yang direkam diam-diam oleh Rozi. Rozi sengaja merekam, karena bagaimana pun ia merasa kalau Bian butuh dokumentasi untuk membuktikan kepada banyak orang, bahwa dirinya bukanlah seseorang yang membawa sial dalam hidup orang lain seperti yang Eka sebarkan selama beberapa bulan terakhir. Hal itu jelas sangat berguna bagi Bian, karena perlahan beberapa orang telah kembali mempercayainya dan tidak lagi membahas permasalahan yang sudah berlalu.

"Perempuan itu memang pantas menerima karma, setelah melakukan kejahatan dan hampir membuat hidupmu menderita serta berantakan. Sudah sewajarnya kalau dia ditempatkan di Rumah Sakit Jiwa," ujar Wahyu.

Belum sempat Bian menanggapi, di luar terdengar suara mobil yang tampaknya baru saja memasuki halaman. Mira yang sejak tadi hanya menghabiskan waktu di dapur segera berlari keluar, karena sudah hafal dengan suara mobil yang datang. Dela dan Melina segera mengucap salam sambil berlari ke arah Mira, lalu memeluknya bersama dengan sangat erat. Bian keluar tak lama kemudian. Ia juga akan menyambut kedatangan Dela dan Melina. Namun sayangnya, kedua wanita itu dengan cepat mendorong Bian agar menjauh dari mereka tanpa Mira tahu.

"Kalian kangen cuma sama Mira? Aku gimana?" tanya Bian.

"Hush! Jauh-jauh! Bawa saja cheesecake buatan Dela ke dalam, dan jangan coba-coba memakannya karena itu dibuat khusus untuk Mira seorang," Melina menambahkan kalimat usiran dengan kalimat penuh ancaman.

"Setelah cheesecake itu kamu bawa masuk, langsung urus saja pohon mangga di depan sana. Mira adalah milik kami, jika kami datang bertamu," tambah Dela, tak ingin dibantah.

Bian langsung memasang wajah nelangsa, sementara Mira tertawa begitu lepas karena jahilnya Dela dan Melina terhadap Bian sedang kumat. Kedua wanita itu masuk ke rumah dan ikut duduk bersama di ruang tamu dengan orangtua Mira. Mira kembali ke dapur untuk membuatkan minuman, sementara Bian duduk di tempatnya semula.

"Kami punya kabar soal Hari, Bi. Itulah alasan kami datang ke sini," ujar Melina.

Bian pun terdiam. Wahyu dan Rina yang sudah tahu siapa itu Hari setelah Bian menceritakannya--tadi--juga ikut terdiam dengan perasaan berdebar.

"Istri Hari melaporkan perselingkuhan yang dilakukan oleh Suaminya. Saat ini sedang dilakukan penyelidikan atas perkara tersebut, dan Hari terancam akan menerima pemecatan secara tidak hormat setelah penyelidikannya selesai," jelas Melina.

Bian pun kemudian bernafas dengan lega.

"Jujur saja, aku senang mendengar kabar itu. Bukan senang karena Hari akhirnya mendapatkan masalah, tapi senang karena akhirnya kepolisian tidak akan lagi membiarkan orang seperti Hari ada di dalam institusi," ungkap Bian, apa adanya.

"Ya, aku tahu apa maksud perasaan senangmu itu. Kalau aku ada di posisimu pun, maka aku akan merasakan hal yang sama," tanggap Melina, tenang seperti biasanya.

Mira tiba di ruang tamu dan langsung menyajikan minuman untuk Dela dan Melina. Cheesecake yang dibawa oleh Dela pun sudah ia sajikan pada piring-piring kecil agar semua orang bisa mencicipinya.

"Padahal rencananya aku mau mengirimkan kopi yang akan aku taburi merica bubuk untuk Hari. Lalu aku akan menyimpan catatan di bawah gelas kopinya dengan tulisan, 'Kamu telah meminum kopi yang sudah aku taburi bubuk seperti yang pernah kamu berikan pada Bian. Tunggulah, kamu akan segera merasakan hal yang sama seperti yang Bian rasakan'. Eh ... rencanaku belum kesampaian, Harinya sudah terancam akan dipecat," gerutu Dela.

Wahyu, Bian, dan Rina langsung terlihat kaget usai mendengar niatan jahil Dela. Mira berusaha keras menahan tawa, sementara Melina ternganga di tempatnya.

"Ha-ha-ha ... ha-ha ... ha-ha ...!" Melina tertawa sumbang, seraya menatap ke arah kedua orangtua Mira. "Maafkan teman saya, Pak ... Bu ... jangan terlalu dipikirkan. Pikirannya terkadang memang terlalu imajinatif."

"Tapi aku setuju kalau Dela memang mau menyiksa Hari dengan cara seperti itu, Mel. Kapan lagi 'kan, bisa membuat psikologis seseorang menjadi berantakan seperti yang dialami olehku dan Suamiku," sahut Mira.

"Tuh, dengar! Mira saja setuju, kok," Dela merasa dibela.

"Enggak usah aneh-aneh! Nanti kalau mendadak terjadi sesuatu yang buruk pada Hari setelah kamu mengerjai dia, bagaimana? Jangan hanya bisa memikirkan hal jahil tanpa memikirkan risikonya, Del," omel Melina.

"Paling cuma keselek, Mel. 'Kan yang ditabur dalam kopinya adalah merica bubuk," Bian menyahut.

"Bian!!!" tegur Wahyu, Rina, dan Melina, kompak.

* * *

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang