36 | Menghancurkan Ketiga Mustika

1.3K 110 22
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"Stop, Zah! Stop!" pinta Melina, mendadak.

Zahri benar-benar menghentikan laju mobil tersebut, setelah mendengar permintaan Melina. Entah apa yang Melina pikirkan sehingga memintanya untuk berhenti, padahal sedikit lagi mereka hanya perlu berbelok untuk sampai di pelataran parkir Polsek Purwodadi.

"Ada apa, Mel? Kenapa kamu meminta berhenti tiba-tiba? Apakah ada yang ketinggalan di rumah?" tanya Zahri.

"Itu. Di depan sana ada mobilnya Eka," jawab Melina, sambil menunjuk ke arah seberang jalan.

Zahri pun melihat ke arah yang sama, sesuai dengan yang Melina tunjukkan padanya. Benar saja, mobil milik Eka ada di seberang jalan dan tampaknya sudah berhenti di sana sejak tadi.

"Kalau dia sampai melihat mobil ini tiba di Polsek Purwodadi, maka dia akan sadar bahwa sudah dua kali mobil ini dipakai untuk mengawasi rumahnya. Dia sempat melihat mobil ini ketika pulang ke rumah ataupun ketika akan pergi. Jadi dia jelas hafal jika sampai melihatnya lagi," jelas Melina.

Zahri pun langsung menggeleng-gelengkan kepala sambil mengepalkan tangan kanannya yang masih bertumpu pada kemudi. Pria itu tidak bisa menyembunyikan perasaan kesalnya ketika tahu bahwa Eka masih saja mencoba mengganggu hidup Bian, setelah Bian pindah tempat kerja.

"Apa sih maunya perempuan itu? Heran, aku! Bisa-bisanya dia sampai tahu kalau Bian pindah tempat kerja dan sekarang berada di Polsek Purwodadi! Benar-benar tidak habis pikir aku rasanya!" geram Zahri.

Melina langsung mengusap pundak Zahri dengan lembut, agar pria itu bisa kembali menetralkan perasaannya dari amarah. Zahri berhenti mengepalkan tangannya dan meraih tangan Melina untuk digenggam.

"Kamu sepertinya tidak kaget dengan kemunculan Eka kali ini," ujar Zahri, seraya mengecup punggung tangan Melina dengan lembut.

"Dela sudah tahu kalau akan begini keadaannya, Zah. Dia bilang padaku semalam, bahwa pastinya ada orang yang mengkhianati Bian ketika dia masih bekerja di kantornya yang lama. Hal itulah yang membuat Eka tahu gerak-gerik Bian selama ini, jika Bian sedang berada di kantor. Maka dari itulah aku tidak kaget dengan kemunculan Eka yang saat ini sedang mencoba mengawasi tempat kerja Bian yang baru," jelas Melina.

Mobil milik Eka terlihat mulai melaju meninggalkan tempatnya parkir di seberang jalan. Setelah mobil itu benar-benar pergi, barulah Melina memberi tanda pada Zahri untuk kembali mengemudi menuju Polsek Purwodadi.

"Langsung lurus saja, Zah. Kita parkir di belakang kantor saja, agar mobil ini tidak kelihatan jika Eka nanti kembali," saran Melina.

"Oke. Aku akan lurus saja dan parkir di belakang," tanggap Zahri, sambil terus fokus pada jalanan kecil yang sedang ia hadapi.

Mereka berdua kemudian turun dari mobil setelah parkir pada tempat yang Melina maksud. Melina mengajak Zahri masuk ke kantor untuk menemui Bian di ruangannya. Bian tampak kaget karena Melina dan Zahri akhirnya muncul. Pria itu terlihat gelisah sambil sesekali melihat keluar jendela yang ada di ruangannya.

"Kalian datang ke sini? Bagaimana dengan Dela?" tanya Bian.

"Kamu terus melihat keluar jendela, Bi. Kamu tahu kalau Eka sejak tadi mengawasi kantor ini?" tanya Melina.

Bian pun langsung mengangguk. Zahri segera mengajaknya untuk duduk di sofa yang ada pada ruangan tersebut, agar Bian bisa menenangkan diri.

"Sabar, Bi. Sebentar lagi akan segera selesai. Aku akan kabari Dela bahwa kami sudah tiba di sini untuk menghadapi Eka," Melina mencoba menenangkan Bian.

"Menurutmu Eka akan kembali ke sini lagi?" Bian agak sedikit kaget.

"Ya, dia akan kembali. Maka dari itulah kami berdua datang ke sini. Kamu tidak boleh muncul di depan Eka. Kamilah yang akan menghadapinya," jawab Zahri, mewakili Melina yang sedang sibuk bicara di ponsel.

Setelah Melina selesai menelepon, wanita itu segera menatap kembali ke arah Bian dan Zahri. Kedua pria itu balas menatap ke arahnya, karena sama-sama ingin tahu soal hal yang dikatakan oleh Dela.

"Bersiaplah, Bi. Dela akan mulai menghancurkan ketiga mustika yang sudah ada di tangannya saat ini. Teruslah berdoa dan jangan lupa baca ayat kursi sebanyak-banyaknya," ujar Melina.

Ahmad dan Rozi diminta menjauh oleh Dela, ketika wanita itu telah mendapat kepastian soal posisi Melina dan Zahri saat itu. Wanita itu tampak mulai bersiap untuk menghancurkan ketiga mustika yang ada di hadapannya.

"Oh, ya ... kalau nanti kalian mendengar suara ledakan, aku harap kalian tidak perlu kaget. Itu cuma suaranya saja. Ledakan aslinya akan terjadi di tempat dukun suruhan Eka menjalani ritualnya. Bukan di sini," Dela memberi peringatan.

"Boleh aku pakai earbuds?" tanya Rozi, sambil mengusap kedua telinganya.

"Boleh, jika memang kamu bawa," jawab Dela.

Ahmad dan Rozi segera merogoh saku masing-masing untuk mengeluarkan earbuds yang mereka miliki. Dela mengumpulkan ketiga mustika itu menjadi satu, lalu meraih palu besi dan bersiap menghancurkan ketiganya sekaligus. Wanita itu memusatkan seluruh energinya pada tangan yang memegang palu besi. Hingga sesaat kemudian, ia langsung mengarahkan palu besi tersebut pada ketiga mustika yang menjadi targetnya.

"Bismillahirrahmanirrahim, A'udzubikalimatillahi taammati min syarri maa khalaq," lirih Dela.

KRAKKKK!!!

BOOMMMMM!!!

Mbah Naryo yang saat itu sedang bertapa di depan meja ritual seketika terlempar dari posisinya, hingga tubuhnya menghantam dinding begitu keras. Laki-laki tua itu mengerang kesakitan diiringi dengan kemunculan Eyang Rogo Geni di rumah tersebut tanpa ia duga. Mbah Naryo berusaha bangkit dan bersimpuh di hadapan Eyang Rogo Geni.

"Kulo nyuwun pangapunten, Eyang*," mohon Mbah Naryo.

"Sopo sing wani ngrusak telung mustikaku? Sopo sing wani nantang aku nganti semono? Goleki nganti ketemu! Gowo ning ngarepku!**" titah Eyang Rogo Geni, murka.

"Inggih, Eyang. Inggih."

Eyang Rogo Geni pun kembali menghilang dari hadapan Mbah Naryo. Mbah Naryo pun segera berjalan terseok-seok menuju ke tempat air suci. Ia berusaha memberi tahu Eka melalui air suci tersebut.

"Bagaimana bisa kamu kehilangan mustika geni? Seharusnya kamu menjaga mustika geni itu baik-baik! Laki-laki yang kamu inginkan agar menderita seumur hidup itu sudah terlepas dari jeratan ritual yang aku lakukan! Orang yang membantunya berhasil menemukan ketiga mustika dan menghancurkannya! Cari orang itu! Cari sampai dapat dan bawa dia padaku!" perintah Mbah Naryo.

Eka sendiri saat ini sedang menahan sakit yang tidak terkira pada sekujur tubuhnya. Perempuan itu sedang menyetir dan harus mengerem mendadak ke tepi jalan ketika merasakan tubuhnya terasa seperti terbakar. Bisikan dari Mbah Naryo terdengar olehnya dan pada saat itu ia menyadari bahwa dirinya telah kehilangan kesempatan untuk membuat Bian hidup menderita selamanya.

"KURANG AJAR!!! SIAPA YANG MEMBANTUMU, BIAN??? SIAPA ORANG ITU???" amuk Eka, hingga berhasil membuat kaca jendela mobilnya retak.

* * *

*TRANSLATE : Saya memohon ampunan, Eyang
**TRANSLATE : Siapa yang berani menghancurkan ketiga mustikaku? Siapa yang berani menantangku sampai sejauh itu? Cari sampai ketemu! Bawa ke hadapanku!

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang