- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Serangan yang membabi buta dari Mbah Naryo terus ditangkis dengan sangat mudah oleh Dela. Wanita itu memusatkan energi pada kedua tangannya, sambil terus membaca ayat-ayat Al-Quran ketika menggunakan kekuatannya untuk menangkis serangan tanpa jeda yang Mbah Naryo layangkan. Dela berencana ingin membuat Mbah Naryo semakin melemah setelah laki-laki tua itu menggunakan ajian ilmu hitam. Perlahan Dela mulai beranjak mendekat agar bisa mempersempit langkah Mbah Naryo. Namun ternyata Mbah Naryo masih belum mau menyerah dan justru tiba-tiba hampir menerjangnya dari depan. Semua orang yang mengintip dari balik pepohonan tempat mereka sembunyi sangat terkejut, saat melihat Dela menerima terjangan mendadak seperti itu. Keresahan kembali melingkupi perasaan mereka, karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada Dela.
"Bagaimana ini, Mas? Apakah kita akan tetap sembunyi saja di sini?" tanya Mira kepada Bian.
Bian pun langsung menatap ke arah Melina. Melina paham dengan arti tatapan Bian kepadanya. Dengan cepat ia langsung menggelengkan kepala, sebagai tanda agar Bian atau siapa pun tidak keluar dari tempat sembunyi saat itu.
"Astaghfirullah hal 'adzim!!! Astaghfirullah hal 'adzim!!! Astaghfirullah hal 'adzim!!!" teriak Rozi, sambil menutup kedua matanya akibat kaget dan ngeri dengan apa yang tengah dilihatnya.
Semua orang kini beralih menatap ke arah Rozi.
"Kenapa, Zi? Ada apa?" tanya Bian.
"Wujud Mbah Naryo tidak seram, Zi. Jadi kamu teriak karena apa?" heran Ahmad.
"Bukan wujudnya Mbah Naryo yang seram, Cah. Kono lho, sing ono ning mburi omahe Mbah Naryo*," sahut Zahri, yang juga sedang menatap ngeri ke arah wujud Eyang Rogo Geni.
Melina ikut mengintip, disusul oleh Ahmad, Bian, dan Mira. Eyang Rogo Geni benar-benar menunjukkan wujudnya ketika Mbah Naryo sedang bertarung dengan Dela. Iblis itu tampaknya sangat marah, karena wilayah kekuasaannya mendadak diusik oleh seorang manusia.
"Astaghfirullah hal 'adzim!!! Mbah Naryo ataupun Eka benar-benar memuja Iblis berwujud kobaran api seperti itu. Apakah mereka tidak takut akan terbakar di Neraka saat tiba hari pembalasan, nanti?" tanya Ahmad.
Ahmad terdengar masih tak bisa mempercayai yang dilihatnya saat itu. Namun sayangnya, ia tidak sendiri ketika melihat wujud Eyang Rogo Geni. Semua orang yang sedang bersembunyi saat itu juga melihat dan bahkan Rozi memilih tidak mengintip lagi, meski masih penasaran dengan jalannya pertarungan antara Dela dan Mbah Naryo.
"Setidaknya kita tidak perlu melihat wujud Iblis yang penuh dengan darah, seperti yang pernah aku lihat ketika Dela sedang membantuku menyelesaikan satu kasus aneh di daerah Jawa Barat. Kita masih beruntung karena wujud Iblis yang kita lihat saat ini hanya terlihat seperti kobaran api," ujar Melina.
"Eh? Masih ada yang lebih menyeramkan lagi daripada wujud Iblis yang kita lihat saat ini? Sebenarnya, sudah berapa kali kamu dan Dela menghadapi hal-hal aneh yang terkait dengan makhluk halus, Mel?" Zahri ingin tahu.
"Entah sudah berapa kali, Zah. Aku lupa menghitungnya," jawab Melina.
"Tolong ... sebaiknya jangan ada lagi yang seperti ini selanjutnya. Aku benar-benar takut dan tidak bisa mencoba untuk berani," mohon Rozi.
"Tapi Gista justru hobi ikut dengan Dela mengurus urusan gaib, Zi. Bagaimana, dong? Gista itu aslinya pemberani, bahkan terhadap Iblis sekalipun," balas Melina, menyampaikan fakta yang wajib Rozi ketahui.
Mendengar hal itu, Rozi pun kemudian mencoba memberanikan diri dan kembali mengintip. Dela masih bertarung dan Eyang Rogo Geni tampaknya mencoba membantu Mbah Naryo dengan cara melipatgandakan kekuatan yang laki-laki tua itu miliki. Ahmad semakin cemas terhadap Dela. Meski Dela sudah berpengalaman dalam menghadapi hal-hal gaib, bagaimana pun, Dela tetaplah manusia biasa yang pasti memiliki kelemahan. Maka dari itulah Ahmad tidak berhenti berdoa agar Dela selalu terlindungi saat berhadapan dengan Mbah Naryo maupun Eyang Rogo Geni.
Dela terdorong mundur beberapa langkah ke belakang, saat Mbah Naryo hendak memberinya pukulan gaib. Ia memilih segera menghindar, daripada terus mencoba melawan namun pada akhirnya akan tumbang. Karena jika dirinya tumbang, maka hal itu sama saja seperti dirinya memberikan celah bagi Mbah Naryo ataupun Eyang Rogo Geni untuk menyerang habis-habisan. Terus bertarung dengan Mbah Naryo jelas hanya akan mengulur-ulur waktu. Eyang Rogo Geni tidak boleh sampai melihat Dela kepayahan, sebelum ia berhasil menghancurkan tempat ritual yang dibangun oleh Mbah Naryo. Maka dari itu, Dela pun segera mengambil keputusan telak untuk menghentikan langkah Mbah Naryo sekaligus memberikan batas tak kasat mata agar Eyang Rogo Geni tidak ikut campur dengan urusannya.
"Itu ... apa yang Dela lakukan, Mel?" tanya Mira.
"Dia akhirnya mengambil keputusan untuk membuat Mbah Naryo berhenti di tempat, Mir. Dia baru saja menggunakan ajian endap raga," jawab Melina.
"ARRRGGGHHHH!!!"
Teriakan Mbah Naryo terdengar begitu nyaring oleh mereka semua, sesaat setelah Dela melepaskan ajian endap raga ke tubuh laki-laki tua itu. Mbah Naryo berhenti di tempat dengan rasa sakit yang menjalari seluruh tubuhnya tanpa henti. Entah ajian apa yang tadinya ingin dilepaskan ke arah Dela oleh Mbah Naryo. Yang jelas, ajian itu akhirnya berbalik kepada Mbah Naryo sendiri ketika Dela melepaskan dua ajian sekaligus. Setelah pertarungan dengan Mbah Naryo terhenti, Dela pun menoleh ke arah yang lainnya di balik pepohonan.
"Tetap di sana dan jangan keluar! Apa yang akan terjadi selanjutnya akan jauh lebih mengerikan untuk dihadapi! Jadi sebaiknya kalian terus berlindung dan tidak mendekat ke sini!" serunya.
"Ya, kami akan tetap di sini dan tidak mengganggu konsentrasimu!" tanggap Melina dengan cepat.
Dela pun kembali menatap ke arah Mbah Naryo.
"Apa yang dimulai selalu memiliki akhir. Dan inilah akhir yang akan aku berikan untukmu," ujar Dela.
Wanita itu langsung mengarahkan ajian remuk ageng pada tanah yang mereka pijak. Sasaran utamanya adalah rumah Mbah Naryo, agar ritual yang laki-laki tua itu lakukan selama ini benar-benar hancur tanpa sisa.
BHUUUUMMM!!!
BRAKKKK!!! KRAKKK!!! BRUSSHHH!!!
Hanya sekejap mata, rumah yang merangkap tempat ritual itu pun rata dengan tanah. Tempat mereka berpijak bergetar begitu kuat seiring dengan kehancuran tempat ritual yang mereka saksikan. Semua orang terpaku di tempat masing-masing dan tidak bisa mengatakan apa-apa, ketika melihat sejauh mana Dela bisa bertindak. Mbah Naryo kini sudah tak memiliki ilmu apa pun di dalam dirinya, serta tidak berdaya untuk menopang tubuhnya sendiri. Laki-laki tua itu terkulai lemas di tanah, sesaat usai Dela mencabut ajian endap raga dari tubuhnya. Dia tidak hidup, namun belum juga mengalami kematian.
Tatapan Dela kali ini tertuju pada Eyang Rogo Geni. Iblis itu sangat marah setelah dua orang pengikutnya yang sangat setia diganggu oleh Dela. Dia tampak siap untuk mengamuk dan Dela juga telah siap untuk mengirimnya kembali ke tempatnya berasal.
* * *
*TRANSLATE : Itu loh, yang ada di belakang rumahnya Mbah Naryo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM
Horror[COMPLETED] Dela sedikit merasa aneh dengan undangan reuni yang ia terima dari SMP tempatnya belajar di Purwodadi. Pasalnya, ia hanya belajar di SMP tersebut tak sampai dua tahun, karena dulu dirinya terpaksa harus pindah sekolah ketika orangtuanya...