PROLOG

6.4K 199 9
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

PERTENGAHAN JULI 2023 ...

Bian turun dari mobil setelah parkir di dalam garasi rumahnya. Jam baru menunjukkan pukul setengah sembilan malam, namun keadaan saat itu terasa lebih sepi daripada biasanya. Bian menyadari ada yang aneh dengan keadaan di sekitarnya, ketika sedang menutup pagar. Meski demikian, pria itu mencoba mengabaikan perasaan tidak enak yang mendadak menyelimuti hatinya. Hanya sesekali dirinya menatap area sekitar rumah dan juga jalanan yang biasa ia lewati. Ketika tidak ada apa-apa yang bisa ia temukan, ia pun langsung berjalan menuju pintu rumahnya. Beberapa kali ia mengetuk pintu seraya mengucap salam. Hingga tak lama kemudian ia segera masuk ke rumah, setelah istrinya membukakan pintu.

Pria itu tersenyum penuh cinta saat menatap wajah istrinya. Ia baru saja akan memberikan pelukan, ketika sesuatu tak kasat mata mendadak menyerangnya hingga akhirnya tersungkur di lantai ruang tamu dengan sangat keras.

BRUKKK!!!

"Astaghfirullah!!! Mas!!! Kamu kenapa, Mas???"

Mira sangat panik ketika suaminya terbanting begitu keras ke lantai tanpa alasan. Bian meringis kesakitan ketika sang istri mencoba membantunya bangkit dari lantai. Tubuhnya merasakan sakit yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Seakan dirinya baru saja ditabrak oleh sebuah truk dan membuat tulang-tulangnya bergeser.

"Sayang ... tolong panggilkan ... panggilkan ... Pak Aswan," pinta Bian, terbata-bata akibat menahan sakit.

"I-iya, Mas. Iya. Tunggu sebentar."

Tak berapa lama, pria bernama Aswan yang tak lain adalah seorang Ustadz di daerah tersebut pun datang. Aswan segera memeriksa keadaan Bian dan menyadari bahwa ada sesuatu yang ganjil, yang telah memberikan serangan terhadap Bian.

"Ini adalah serangan dari makhluk halus, Nak. Ini bukan serangan biasa. Kamu harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Kamu harus lebih waspada lagi dengan apa pun yang terasa ganjil di sekitarmu. Karena tampaknya, hal ini tidak akan berakhir begitu saja. Hal seperti ini mungkin akan terjadi berulang kali padamu," ujar Aswan.

"Bagaimana bisa begitu, Pak Ustadz? Kenapa makhluk halus tiba-tiba ingin menyerangku sampai seperti ini?" tanya Bian.

"Kemungkinan, ada orang yang sengaja mengirimkan sesuatu padamu dan sesuatu itu berbentuk serangan dari makhluk halus. Mungkin ada orang yang iri padamu atau merasa tidak suka dengan hidupmu yang tenang."

"Tapi, Pak Ustadz ... selama ini aku tidak pernah punya musuh. Aku selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik terhadap orang lain. Jadi, mana mungkin ada orang yang iri atau merasa tidak suka padaku?" Bian merasa heran.

Aswan menghela nafas sejenak sambil menepuk-nepuk pundak Bian untuk membuatnya tenang.

"Nak, di dunia ini ada banyak macam wajah yang terdapat pada diri manusia. Tapi kebanyakan, kita hanya akan bisa melihat wajah yang baik dan penuh senyum. Kerena wajah-wajah lainnya sengaja disembunyikan di balik senyuman tersebut. Benar adanya, bahwa kamu selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik terhadap orang lain di sekitarmu. Tapi kebaikanmu itu belum tentu benar-benar disukai oleh orang-orang di sekitarmu. Bisa saja mereka hanya berpura-pura senang menerima kebaikanmu, padahal sebenarnya mereka merasa tidak suka. Kita tidak pernah tahu isi hati manusia, Nak. Maka dari itulah kita harus selalu berhati-hati dan berusaha menyembunyikan apa pun pencapaian yang telah kita dapatkan. Karena ketika orang-orang yang tidak suka padamu mengetahui pencapaian terbaikmu, maka mereka bisa saja melakukan hal-hal yang tidak pernah kamu pikirkan sebelumnya. Contohnya, seperti serangan makhluk halus yang baru saja kamu terima," jelas Aswan.

Mira kini menatap suaminya sambil menahan airmata. Perasaannya benar-benar tak karuan setelah melihat kejadian tadi secara langsung, serta mendengar pembicaraan antara Bian dan Aswan.

"Ja-jadi ... apakah menurut Pak Ustadz serangan yang Suamiku dapatkan tadi tidak bisa dihentikan? Apakah Suamiku harus menghadapi hal seperti tadi seumur hidupnya?" tanya Mira.

"Insya Allah, bisa dihentikan. Namun banyak hal yang harus dilakukan untuk bisa menghentikan serangan makhluk halus yang telah menyerang Nak Bian. Salah satunya adalah dengan menemukan siapa orang yang telah mengirimkan serangan tersebut," jawab Aswan.

Di tempat lain--tepatnya di rumah seorang dukun sakti yang terkenal di daerah Purwodadi--seorang wanita begitu serius menatap ke arah wadah tanah liat yang sedang ditaburi kemenyan merah oleh sang dukun. Dukun itu tidak berhenti membaca mantra sejak tadi sambil memejamkan kedua matanya. Harapan wanita itu hanya satu, yaitu bisa menghancurkan hidup Bian tanpa ada yang tersisa.

"Bagaimana, Mbah? Apakah laki-laki yang aku tuju itu sudah mendapatkan rasa sakitnya? Apakah dia akan bisa aku hancurkan?"

Dukun itu pun membuka matanya dan tersenyum menjijikan ketika menatap ke arah wanita di hadapannya. Wanita itu merasa jengah saat ditatap oleh si dukun. Namun tentu saja ia tidak berani protes ataupun mengomel seperti biasanya.

"Ya, dia sudah mendapatkan rasa sakitnya yang pertama. Setelah malam ini berlalu, dia akan menerima banyak sekali rasa sakit yang tidak akan bisa dia hindari. Dia akan merasakan kesakitannya seumur hidup dan akan segera hancur, persis seperti yang kamu inginkan."

Wanita itu pun tersenyum senang. Di wajahnya penuh dengan kelicikan, seakan dirinya tengah menyusun sesuatu yang lebih parah untuk dikirimkan kepada Bian.

"Bagus! Itu sangat bagus! Bian harus segera mendapatkan kehancurannya. Dia tidak boleh berbahagia meski hanya satu detik di dunia ini. Aku tidak akan pernah membiarkan kebahagiaan datang ke dalam hidup laki-laki itu, dalam bentuk apa pun," gumamnya.

Si dukun pun tertawa, usai mendengar yang diucapkan oleh wanita itu.

"Tenang saja, Nduk. Semua harapan kamu itu bisa Mbah wujudkan dengan sangat mudah. Tapi ingat, jangan pernah kendur untuk membawa sesajen saat datang ke sini. Persyaratan yang sudah Mbah jelaskan diawal pun harus segera kamu penuhi. Kamu tidak akan rugi jika menemani Eyang Rogo Geni bersenang-senang semalam suntuk di gua belakang rumah ini. Mbah jamin, kamu justru akan menjadi semakin mudah mendapatkan semua keinginanmu. Kalau Eyang Rogo Geni merasa puas bersenang-senang denganmu, kamu jelas akan menjadi manusia kesayangannya."

Wanita itu pun menganggukkan kepalanya dan tetap tersenyum senang seperti tadi. Meski syarat yang ia dengar itu cukup berat, namun wanita itu jelas bersedia melakukannya demi membuat hidup Bian hancur tanpa sisa.

"Tidak akan sulit bagiku jika hanya diminta menemani dan membuat senang Eyang Rogo Geni pada malam-malam tertentu. Jika hasilnya adalah kehancuran hidup Bian, maka akan aku lakukan hal itu setiap malam sekalipun. Bian akan benar-benar habis di tanganku. Dia tidak akan pernah merasakan ketenangan," batin wanita itu, penuh dendam.

* * *

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang