EPILOG

2.1K 108 32
                                    

- DUA EPISODE TERAKHIR
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

🎶 Ladies and gentlemen, will you please stand?
With every guitar string scar on my hand
I take this magnetic force of a man to be my, lover ...
My heart's been borrowed and yours has been blue
All's well that ends well to end up with you
Swear to be overdramatic and true to my, lover* ... 🎶

Entah sudah berapa kali Melina memutar kedua bola matanya, saat lagu milik Taylor Swift kembali diperdengarkan pada acara pernikahan tersebut. Ia jelas merasa sebal setengah mati, karena Dela berhasil melaksanakan niatnya memutar lagu Taylor Swift pada saat acara pernikahannya dengan Ahmad berlangsung. Bahkan harapan Dela yang satu itu disetujui oleh Ahmad begitu saja tanpa banyak pertimbangan sama sekali.

"Entah apa yang merasuki pikiran Ahmad, sehingga dia bisa langsung setuju dengan keinginan Dela untuk memutar lagu Taylor Swift di acara resepsi pernikahan mereka," ujar Zahri.

"Entahlah, Zah. Intinya aku saat ini sedang tidak bisa membatasi kegilaannya Dela. Entah itu gilanya dia karena cinta mati sama Ahmad, ataupun gilanya dia karena ngefans berat sama Taylor Swift," sahut Melina.

"Dan Dela memenangkan kedua-duanya. Sudah, doakan saja yang terbaik untuk mereka," saran Gista, menggunakan bahasa isyarat.

"Semoga mereka langgeng sampai akhir hayat, Ya Allah. Semoga mereka punya banyak anak dan punya banyak cucu. Semoga mereka bahagia setiap saat. Semoga mereka sehat selalu, terutama Dela, agar Dela bisa menghantui hidup Melina dengan cara memutar lagu Taylor Swift setiap hari. Aamiin yaa rabbal 'alamiin," doa Rozi.

Zahri pun langsung menahan tangan Melina agar tidak berhasil menjambak rambut Rozi. Rozi sendiri segera diselamatkan oleh Gista, sebelum pria itu mengalami kebotakan dini akibat amukan Melina yang tidak pernah gagal.

Di pelaminan, Ahmad sejak tadi terus menggenggam tangan Dela dengan penuh cinta. Dela merasa sangat bahagia, karena akhirnya impian dan doanya untuk bisa menjadi pendamping di sisi Ahmad dikabulkan oleh Allah. Ia merasa hidupnya begitu lengkap dan ia bersyukur dengan semua itu.

"Apakah kamu bahagia, Dek?" tanya Ahmad.

"Alhamdulillah, aku bahagia, Mas. Aku bahagia karena sudah resmi menjadi Istrimu hari ini, serta aku bahagia karena akhirnya kita tidak menuruti saran yang Melina dan Gista cetuskan satu minggu lalu," jawab Dela, sejujur biasanya.

Ahmad pun tertawa begitu lepas, meski pikirannya dan pikiran Dela harus kembali melayang pada ingatan absurd satu minggu yang lalu.

Melina, Gista, Mira, dan Dela berkumpul sore itu di gedung yang akan menjadi tempat resepsi pernikahan antara Dela dan Ahmad. Mira bertugas mencatat semua hal yang akan dicari sebelum hari H tiba. Melina dan Gista sendiri bertugas untuk memberi masukan pada Dela.

"Karena warna favorit Ahmad itu sama persis dengan warna favoritku, maka sebaiknya pakaian pengantin yang kalian kenakan adalah warna oranye," saran Melina.

"Oh ... aku akan langsung terlihat seperti jeruk sunkist," keluh Dela.

Gista ikut menambahkan saran tak lama kemudian.

"Dan pakaian untuk pagar ayu dan pagar bagus sebaiknya berwarna hijau."

"Hah? Hijau, Gis?" kaget Dela. "Biar apa? Biar aku dan Mas Ahmad merasa seperti buah jeruk di tengah kumpulan daun jeruk? Iya? Begitu maksudmu?"

"Ha-ha-ha-ha-ha-ha! Boleh juga idenya," sahut Mira, merasa geli sendiri.

Dela tampak sengsara setelah mendengar pendapat yang Mira katakan.

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang