17 | Antara Ahmad dan Dela

1.6K 114 23
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Ahmad terpaku di tempatnya, usai mendengar jawaban yang Dela berikan. Ia tidak menyangka akan mendengar pengakuan paling jujur dari Dela, setelah mereka berpisah belasan tahun lamanya. Ia pikir, hanya dirinya yang masih saja memikirkan wanita itu. Padahal kenyataannya, Dela bahkan sampai memberanikan diri untuk melewati bengkel itu hanya demi memastikan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Berarti selama ini, aku adalah orang yang pasif dalam hubungan kita, ya?" tanya Ahmad. "Kamu memberikan perhatian yang begitu besar padaku, sementara aku hanya berani membuka akun sosial mediamu dan tidak berusaha mencari keberadaanmu. Bahkan setelah tahu bahwa kita diadu domba oleh Eka dan setelah tahu bahwa kamu kembali ke sini, aku tetap saja diam di tempat dan tidak melakukan apa-apa. Tapi kamu justru yang paling aktif dan berinisiatif mencari tahu soal keberadaan dan kabarku. Kamu yang paling ...."

"Mas Ahmad paling sayang sama aku sejak dulu," potong Dela dengan cepat. "Mas Ahmad paling sering memperhatikan aku sejak dulu, lebih dari bagaimana aku memperhatikan Mas selama ini. Mas Ahmad paling sering berada di sisiku, meski terkadang aku asik sendiri dengan kesibukanku. Dan aku enggak bisa menyaingi semua itu, Mas. Apa yang aku lakukan hanya sebatas berani menatap kamu dari jauh dan lewat di depan bengkel ini sesekali. Aku tidak seberani kamu ketika mengutarakan perasaan padaku belasan tahun lalu, Mas. Aku hanya pengecut yang selalu menyatakan masih cinta sama kamu di depan Melina, tapi tidak berani menemui kamu secara langsung padahal tahu kamu ada di mana. Jadi ... sebaiknya tidak perlu ada yang kita bahas jika hanya akan membuat kita kembali salah paham. Baik itu Mas Ahmad maupun aku, mungkin kita sama-sama bodoh karena tidak pernah berani mencoba untuk merobohkan dinding yang memisahkan kita selama ini."

Ahmad paham dengan apa yang Dela katakan. Dela benar, hubungan mereka hanya akan kembali merenggang jika terus membahas hal yang tidak perlu dibahas. Dela sudah menurunkan egonya demi Ahmad dan tidak pernah membahas kesalahannya di masa lalu. Jadi Ahmad merasa sebaiknya ia juga menurunkan ego agar tidak ada lagi salah paham di antara mereka.

"Ayo masuk, Dek. Kita duduk di dalam saja biar lebih enak ngobrolnya," ajak Ahmad.

"Uhm ... Mas ... anu, sebenarnya aku ke sini karena ingin meminta ditemani pergi oleh Mas Ahmad. Aku tadinya mau pergi sendiri untuk mencari keberadaan Eka. Tapi Melina bilang, dia tidak akan memberikan izin kalau sampai aku pergi sendirian. Dia menyarankan agar aku pergi bersama Mas, makanya aku memberanilan diri datang ke sini," jelas Dela.

Ahmad pun kembali tersenyum. Dia menganggukkan kepala, pertanda bahwa ia paham dengan maksud yang ingin Melina sampaikan melalui Dela.

"Ya, sudah. Tunggu di sini sebentar, ya. Aku ambil dulu ponsel dan dompetku," pinta Ahmad.

"Iya, Mas. Aku akan menunggu di sini," balas Dela.

Tidak berapa lama Dela menunggu, Ahmad pun kembali keluar dan segera ikut di mobil wanita itu. Dela membiarkan Ahmad mengemudi, karena Ahmad tidak mau Dela merasa lelah setelah hampir setengah hari terus membawa mobil. Ahmad hanya bisa tersenyum saat melihat koleksi kaset CD yang semuanya adalah milik Taylor Swift di dalam mobil itu. Melina tampaknya benar, bahwa Dela akan mulai mengadakan konser jika sampai mendengar lagu milik Taylor Swift diputar.

"Kalau aku tekan tombol play, lagu Taylor Swift mana yang akan langsung terdengar di telingaku, Dek?" Ahmad ingin tahu.

Wajah Dela mendadak memerah ketika mendapat pertanyaan seperti itu dari Ahmad. Ia segera membuka laci dashboard dan memperlihatkan semua kaset CD milik Melina.

"Mas mau diputarkan lagu yang mana?" tawar Dela.

Ahmad melirik sekilas, lalu segera menggelengkan kepalanya.

"Enggak mau," tolak Ahmad, tanpa banyak pikir. "Aku mau langsung menekan tombol play dan mendengar lagu favorit kamu yang dinyanyikan oleh penyanyi favoritmu, Dek."

Dela jelas tidak bisa memberikan larangan kepada Ahmad. Hanya saja ia merasa malu, jika sampai Ahmad benar-benar mendengarkan lagu yang tadi sedang diputarnya ketika akan datang menemui pria itu.

"Kamu mau jawab, atau aku harus benar-benar menekan tombol play secara langsung, Dek?" Ahmad sebisa berusaha menahan tawa.

"Daylight, Mas. Judulnya Daylight, yang tadi aku dengarkan sebelum menemui Mas Ahmad," jawab Dela, tidak punya pilihan lain.

"Oh ... judulnya Daylight, tho? Kirain tadi kamu mendengar yang judulnya Afterglow, sama seperti nama studiomu," tanggap Ahmad.

Dela pun menatap Ahmad begitu lama, meski saat ini Ahmad sedang fokus menatap ke jalanan di depan.

"Mas tahu dari mana kalau studioku bernama Afterglow?" tanya Dela.

"Dari paper bag yang Mira bawa dari studiomu, Dek. Di sana jelas sekali tertera nama studiomu. Studio Rajut AFTERGLOW. Zahri dan Rozi bilang kalau Afterglow adalah salah satu judul lagu milik Taylor Swift. Jadi aku langsung mencoba cari lagu itu di Spotify dan mendengarkannya sejak kembali ke bengkel," jawab Ahmad.

Dela kini benar-benar diam setelah mendengar pengakuan Ahmad. Ahmad tahu kalau Dela sedang memikirkan ingin bicara apa untuk mengalihkan pembicaraan dari nama studio yang sedang dibahas.

"Harusnya aku yang mendengarkan lagu itu sejak lama, Dek. Harusnya aku yang introspeksi diri atas kesalahan dimasa lalu, karena memang akulah yang salah. Bukan kamu. Bukan kamu yang seharusnya memohon agar aku tidak pergi dari hidupmu. Seharusnya aku yang memohon agar kamu tidak pergi dari hidupku. Seharusnya aku yang ...."

"Mau memulai dari awal, Mas?" Dela memberanikan diri.

Ahmad terdiam ketika mendengar pertanyaan itu terlontar dari mulut Dela.

"Apakah bisa jika kita memulai lagi dari awal, tanpa harus membahas apa pun kesalahan dimasa lalu atau luka yang pernah kita rasakan? Apakah bisa, Mas?"

"Apakah kamu tidak akan merasa bahwa aku tidak adil, Dek? Aku yang sudah memutuskan hubungan kita secara sepihak hanya karena dihasut oleh Eka. Kamu yang aku salahkan sebagai penyebab diriku memutuskan secara sepihak. Apakah kamu tidak merasa bahwa aku sangat keterlaluan dimasa lalu, Dek?" Ahmad balik bertanya.

"Aku cinta sama kamu, Mas. Bagiku tidak ada yang terasa sangat keterlaluan meski ada salahmu dimasa lalu. Aku ingin memulai lagi, jika Mas mengizinkan dan jika aku memang masih pantas bagi Mas. Tapi jika Mas merasa kalau aku ...."

"Aku memang hanya menginginkan kamu, Dek. Selalu seperti itu jawaban hatiku ketika aku mempertanyakan soal perasaanku. Jadi mana mungkin kamu tidak pantas bagiku?"

Keduanya sama-sama terdiam cukup lama demi menentramkan perasaan masing-masing.

"Kalau memang kamu merasa yakin untuk memulai semua dari awal bersamaku, maka aku jelas tidak akan menolaknya, Dek. Tapi sebelumnya, aku tetap membutuhkan maaf dari kamu. Aku ingin kesalahanku padamu dimasa lalu mendapat maaf. Aku ingin rasa bersalah itu benar-benar berakhir, Dek. Aku tidak ingin terus dihantui dengan kesalahanku yang lebih percaya hasutan daripada percaya padamu," mohon Ahmad.

"Aku sudah maafkan Mas Ahmad sejak lama. Bahkan, aku tidak pernah menganggap hal itu sebagai kesalahan kamu, Mas. Mas benar-benar enggak salah bagiku. Jadi aku harap mulai sekarang jangan lagi Mas Ahmad merasa dihantui oleh rasa bersalah terhadapku. Masa lalu sudah berlalu dan sudah selesai, Mas. Mari kita benar-benar mulai dari awal lagi semuanya."

Ahmad pun menganggukkan kepalanya, seraya meraih tangan Dela untuk digenggam dengan lembut seperti kemarin.

"Ya, kita akan memulai semuanya dari awal, Dek. Jadi ... bolehkah aku langsung mengajakmu menikah?"

* * *

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang