- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Eka terlihat turun dari mobilnya dengan terburu-buru. Kedua telinganya sudah memerah dan terasa sangat panas, akibat ajian mastani yang Dela kirimkan. Dela dan Ahmad sama-sama mengawasi perempuan itu dari dalam mobil. Pandangan mereka benar-benar tidak terlepas sedikit pun dari Eka. Ponsel milik Dela saat ini telah tersambung dengan ponsel Melina melalui video call.
"Assalamu'alaikum, Del. Ada apa? Apakah ada yang terjadi?" tanya Melina.
"Wa'alaikumsalam, Mel. Lihat itu. Eka akhirnya muncul di rumah terbengkalai milik Almarhum orangtuanya," jawab Dela, sambil mengarahkan ponselnya.
Melina dan Zahri melihat hal tersebut dengan sangat jelas. Bian--yang baru saja turun dari lantai dua--langsung bergabung dengan mereka dan ikut melihat pergerakan Eka melalui video call tersebut.
"Perempuan itu sedang apa di sana? Kenapa dia bertingkah aneh seperti itu?" tanya Zahri.
"Efek dari ajian yang aku kirim untuk memancing kedatangannya sudah berakhir. Kalau dia masih bertingkah aneh, berarti ada hubungannya dengan kegiatan perdukunan yang dulu dilakukan oleh Almarhum kedua orangtuanya," duga Dela.
"Apakah karena dia tidak meneruskan kegiatan perdukunan itu, ya?" pikir Ahmad. "Seharusnya, mau tidak mau, dia harus meneruskan kegiatan perdukunan itu, 'kan? Seperti yang diceritakan oleh Pak RT tadi. Pada saat Bapaknya meninggal, Ibunya langsung melanjutkan kegiatan perdukunan tersebut meski sebenarnya tidak mau."
"Ya, kemungkinan hal itu bisa saja ada benarnya," tanggap Melina. "Kalau menurutmu sendiri bagaimana, Del? Adakah yang ingin kamu ...."
"Makhluk yang membunuh kedua orangtua Eka masih ada di rumah itu, ternyata! Rumah itu sudah dijadikan sarang bagi makhluk itu!" seru Dela, tampak terlihat kaget.
"Hah? Ada makhluk halus yang kamu lihat di rumah itu? Makhluk itu keluar saat Eka datang?" tanya Melina.
"Iya, Mel. Makhluk itu sepertinya terpancing keluar karena Eka datang ke sana."
"Maksudnya ... makhluk yang kamu lihat saat ini, mengetahui kehadiran Eka yang kembali ke rumah itu, Dek?" Ahmad ingin tahu lebih jauh.
"Ya ... itulah yang aku maksud, Mas."
Eka baru saja merasa lega setelah suara yang terus memanggilnya sejak tadi berhenti, saat ia tiba di rumah milik kedua orangtuanya. Namun kelegaannya itu mendadak lenyap saat merasakan hawa panas yang dulu sering dirasakannya, ketika masih tinggal di rumah itu. Eka mulai mewaspadai keadaan di sekelilingnya, karena ia tidak bisa melihat makhluk halus lain selain Eyang Rogo Geni. Perempuan itu mundur perlahan-lahan, tanpa tahu kalau makhluk yang sudah menunggunya selama ini telah berada di depannya.
"Kalau dia tidak lari sekarang juga, maka dia akan diseret oleh makhluk itu ke dalam sana," gumam Dela.
"Dan kalau dia sampai terseret, bagaimana?" Ahmad ingin tahu.
"Dia akan mati di tangan makhluk itu, seperti yang terjadi pada kedua orangtuanya. Pesugihan yang diarahkan pada Almarhum Bapaknya membutuhkan tumbal, Mas. Jika tidak ada tumbal pada saat waktu yang sudah ditentukan, maka si pelaku pesugihan akan menjadi tumbal selanjutnya."
Ahmad langsung merasa merinding usai mendengar jawaban dari Dela. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika sampai harus melihat seseorang meninggal dunia, akibat dari urusan perdukunan yang pernah mereka jalani.
Eka baru saja berbalik dan hendak lari dari halaman rumah itu. Sayangnya, makhluk yang sudah menunggunya selama ini tidak ingin lagi kehilangan kesempatan. Makhluk itu langsung menarik kaki Eka hingga membuatnya terbanting di halaman rumah yang penuh rumput. Ahmad melihat bagaimana tubuh Eka terjatuh dengan sendirinya ke tanah. Namun lain halnya dengan Dela yang bisa melihat semua yang dilakukan oleh makhluk itu.
"Eka akan diseret ke dalam? Apakah kamu akan membiarkannya, Del?" tanya Melina.
"Aku tidak bisa menghentikannya, Mel. Tahu sendiri 'kan, kalau makhluk-makhluk yang sejenis itu tidak akan pernah berhenti sampai mendapatkan pengganti tumbalnya. Eka adalah pengganti tumbal yang selama ini tidak pernah lagi dia dapatkan. Mau tidak mau, itu sudah takdirnya," Dela berkata sejujur-jujurnya soal peluang Eka untuk selamat.
Tubuh Eka mulai terseret menuju ke dalam rumah itu. Eka berusaha menggapai rerumputan dan benda-benda yang ada di sekitarnya saat itu agar bisa bertahan.
"Lepaskan!!! Lepaskan aku!!! Aku tidak mau mati di tanganmu seperti Ibu dan Bapakku!!! Lepaskan!!!" teriak Eka.
Eka berusaha melepaskan kakinya yang terus saja ditarik oleh makhluk yang tidak terlihat olehnya. Perempuan itu masih berusaha keras, meski sudah berada di ujung tanduk saat menghadapi makhluk yang membunuh kedua orangtuanya. Dia benar-benar tidak suka menyerah. Dia benar-benar tidak suka dikalahkan.
"Kamu tidak akan bisa lolos dariku sekarang! Kamu akan menjadi santapan terakhirku, setelah Bapakmu memulai ritual pesugihan waktu itu!"
"Lepas, setan sialan!!! Tolong!!!" teriak Eka, sekali lagi.
"Tidak akan ada yang mendengar teriakanmu! Di dalam area rumah ini, suaramu sama saja seperti suara angin! Sama sekali tidak akan ada yang bisa membantumu lolos dariku!"
"Tidak!!! Aku tidak akan kalah darimu hari ini!!! Lepaskan aku!!! Eyang Rogo Geni!!! Bantu aku!!!" mohon Eka, lantang.
BLARRRR!!!
Mendadak terdengar sambaran petir yang begitu keras. Wajah Dela kembali berubah dan terlihat tidak bisa mempercayai hal yang tengah dilihatnya saat itu.
"Ada apa, Del? Kenapa ekspresimu berubah mendadak begitu?" Melina ingin tahu.
Ahmad--yang masih menentramkan debaran jantungnya setelah mendengar suara petir tadi--pun langsung menoleh ke arah Dela, usai mendengar pertanyaan yang Melina ajukan. Benar saja, ekspresi Dela benar-benar berubah total saat menatap ke arah halaman rumah milik kedua orangtua Eka.
"Ada makhluk lain yang datang membantu Eka, Mel. Tampaknya, makhluk itu berbeda jenis dan kemampuan dengan makhluk yang selama ini menunggu Eka di rumah itu," jawab Dela.
"Maksudmu ... Eka saat ini dibantu oleh makhluk halus yang ada kaitannya dengan dukun yang mengirim serangan pada Bian?" duga Melina.
"Ya. Tampaknya memang begitu."
Eka berhasil meloloskan diri ketika Eyang Rogo Geni muncul dan membantunya. Perempuan itu langsung melesat menuju mobilnya, lalu pergi begitu saja meski pertarungan antar makhluk halus di halaman rumah itu belum berakhir. Dela segera meminta Ahmad kembali mengemudi dan mengejar mobil milik Eka. Ahmad berusaha menjaga jarak agar Eka tidak menyadari bahwa dirinya sedang diikuti dari belakang.
"Bagaimana dengan makhluk-makhluk halus tadi? Apakah tidak masalah jika dibiarkan begitu saja?" tanya Bian, yang baru berani membuka mulut.
"Itu jelas bukan urusan kita, Bi. Urusan kita berfokus pada Eka dan menemukan tempatnya bersembunyi adalah prioritas utama untuk menyelesaikan masalahmu. Aku tidak akan buang-buang waktu untuk menghentikan urusan para makhluk halus. Aku hanya akan mengurus dan mengusir makhluk halus, apabila makhluk halus itu menyerang kamu dan Mira," jelas Dela.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM
Horor[COMPLETED] Dela sedikit merasa aneh dengan undangan reuni yang ia terima dari SMP tempatnya belajar di Purwodadi. Pasalnya, ia hanya belajar di SMP tersebut tak sampai dua tahun, karena dulu dirinya terpaksa harus pindah sekolah ketika orangtuanya...